Januari 2020
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

* Kisah Syaikh Mus'ab Penfound, Santri Habib Umar asal Manchester Inggris.



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Oke, sebagaimana yang saja janjikan sebelumnya saya akan menceritakan tentang Syaikh Mus'ab Penfound, salah satu Bule paling adem dipandang ketika saya masih di Tarim, wajah beliau tenang, teduh, sejuk dan menentramkan.  Anugerah Allah begitu besar atasnya karena ia memiliki hubungan yang sangat erat dengan Siidil Habib Umar. Siidil Habib seringkali memerintahkan beliau untuk memberi Tausyah pada acara Maulid di Darul Musthofa tiap malam Jum'atnya, bahkan akhir-akhir ini beliau kerap mendampingi Siidil Habib di berbagai rihlah dakwahnya, termasuk di Indonesia dan Singapura kemarin.

Saya pernah membaca tulisan beliau di Majalah Atawasol (التواصل), disitu beliau menceritakan bahwa nama aslinya adalah Locky, ketika baru saja masuk Islam beliau sama sekali tidak mengetahui tentang Tarim. Baru ketika Habib Ali Al-Jufri berkunjung ke Inggris, melihat senyum dan akhlak mulia Habib Ali, Syaikh Mus'ab langsung jatuh hati, beliau berkata dalam hatinya :

" inilah sosok yang selama ini aku cari.."

Habib Ali-lah yang akhirnya menyarankan beliau untuk memperdalam ilmu agama di Tarim. Menurut cerita Musthofa, sahabat saya yang juga asal Manchester, sejak dulu Syaikh Mus'ab tak henti-hentinya berdoa agar keluarganya diberi hidayah untuk masuk Islam, karena di keluarganya hanya beliau yang memeluk agama Islam. Hingga akhirnya suatu ketika, kala itu Habib Umar beceramah di depan Qubah Makam Nabi Hud :

" dengan barokah majlis ini, akan ada orang-orang diluar sana yang masuk Islam dan akan datang ke tempat mulia ini juga.. "

Mendengar itu Syaikh Mus'ab teringat kedua orang tuanya, beliau berdoa semoga orang tuanya termasuk golongan yang disebut oleh Habib Umar itu..

Suatu malam beliau melihat ayahnya sedang berseteru dengan kakaknya, beliau masuk kamar dan berdoa :

" Ya Allah sampai kapanpun Engkau tetaplah Arhamurrahimin.. Dzat yang paling menyayangi hamba-hamba-Mu. "

Pagi harinya, keajaiban itu datang, sang ayah meminta beliau untuk dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat..

Cerita ibu beliau lebih ajaib lagi. Ketika ayah beliau masuk Islam, sang ibu memang masih kukuh dengan agama lamanya. Sampai suatu malam, Syaikh Mus'ab bermimpi, dalam mimpinya ia berjumpa Siidil Habib Umar. Siidil Habib berkata padanya :

" wahai Mus'ab kumandangkanlah Adzan.. "

Di pagi harinya.. Tanpa sebab apapun, sang Ibu meminta Syaikh Mus'ab untuk menuntun dirinya mengucapkan dua kalimat Syahadat.

Dengan keikhlasan dan doa yang tak henti-henti, akhirnya kedua orang tua Syaikh Mus'ab mendapat hidayah dan bisa sampai juga ke Tarim. bahkan ayah beliau juga menghadiri dan memberi sambutan di Majelis ziarah Nabi Hud persis seperti yang Habib Umar katakan beberapa tahun sebelumnya :

" dengan barokah majlis ini, akan ada orang-orang diluar sana yang masuk Islam dan akan datang ke tempat mulia ini juga.. "

Aah.. Untung saja dunia ini tidak hanya berisi orang-orang bodoh dan pendosa seperti kita.. Masih banyak orang-orang seperti Siidil Habib Umar dan para kekasih Allah lainnya, yang seluruh waktu, detik, fikiran dan tenaga mereka seakan hanya didermakan untuk memberi manfaat dan berbagi kebaikan kepada sesama.. Syaikh Mus'ab Penfound, tokoh kita dalam catatan ini adalah setetes dari lautan barokah mereka..

رب فانفعنا ببركتهم * و اهدنا الحسنى بحرمتهم * و أمتنا في طريقتهم * و معافاة من الفتن

* Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 10 Oktober, 2019

ditulis ulang oleh ~ Pak Rt

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

RAHASIA NABI KHIDIR AS DAN NABI ILYAS AS DI BERI UMUR PANJANG OLEH ALLAH HINGGA HARI AKHIR.

Ilustrasi 


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Suatu hari Nabi SAW sedang duduk didalam masjid Beliau SAW, ketika itu tampak dua orang yang berpenampilan bersih dan rupa yang tampan datang menghampiri.

Mereka memberi Salaam.

Riau Bertanya:
Dari mana kalian berdua................??

Mereka menjawab:
Kami berasal dari masa yang sudah lama berlalu.

Sudah lama kami menyembah Allah dan kami telah mendengar untaian kata-kata yang lebih indah dari segala kata yang pernah ada.

Dari seluruh Kitab Allah yang ada, untaian kata-kata ini disebutkan sebagai yang terindah, dan untaian kata-kata ini hanya akan muncul di akhir zaman, didalam Kitab yang paling akhir muncul yakni Al Qur’an Karim.

Jadi kami kemudian beribadah selama seribu tahun hingga Allah bertanya kepada kami berdua karunia apa yang bisa diberikan-NYA kepada kami.

Kami memohon agar bisa mendengar untaian kata-kata indah itu, yakni surah Al-Faatihah.”

Allah tidak menjawab mereka.

Lalu mereka berdua kembali berdoa selama seribu tahun.

Baru Allah menjawab mereka.

DIA berfirman:
Surah ini hanya Ku peruntukkan bagi Kekasihku Tercinta Muhammad SAWS dan umatnya.”

Kedua lelaki itu berdoa selama seribu tahun lagi hingga Allah kembali bertanya kepada mereka karunia apa yang bisa DIA berikan kepada mereka.

Mereka menjawab:
Karena kami tak bisa dikaruniai Al-Faatihah mohon agar ijinkan kami  berdua hidup berusia panjang agar bisa menjadi bagian dari Umat Beliau SAW, menyalami Beliau SAW, dan mendengar pembacaan surah Al-Faatihah, walau hanya sekali saja. Sehingga kami kemudian wafat dalam keadaan puas/ridho.”

Kedua lelaki ini adalah
Nabi Khidir AS dan
Nabi Ilyas AS.
Mereka kemudian ber-Syahadah kepada Nabi SAW yang dengannya mereka merasa puas.

Mereka tidak lagi menjadi Nabi tapi “hanyalah” bagian dari Umat Muhammad SAW.

Mereka memohon agar Nabi SAW berkenan membacakan Al-Faatihah untuk mereka.

Beliau SAW kemudian membacakan surah Al-Faatihah untuk mereka berdua dan kemudian mereka berdua membacanya bersama Beliau SAW Lalu mereka semua bersama-sama mengucapkan:
Amiin yang artinya:
Duhai Allah, mohon terimalah doa kami.

Mereka kemudian bertanya:
Duhai Rassulullah, apa balasannya membaca Al-Faatihah............?

Rosululloh menjawab:
Jika saja Allah mengaruniaiku kehidupan hingga akhir masa, maka tidaklah cukup untuk mengatakan kepadamu semua manfaatnya, semua kebaikan yang akan kita terima karena membaca surah Al-Faatihah.”

Rosululloh meneruskan perkataannya
Aku akan mengatakan kepadamu manfaat dari mengucapkan Amiin.”

ALIF, tertulis pada Arsy Allah.

MIM, ada pada kaki dari Kursi-NYA.

YAA, ada pada Lawhul Mahfudz.

NUN, ada pada Pena (Kalam).”

Khidir as, dan Ilyas as, berkata:
Mohon ceritakan lebih banyak lagi,
kata kedua lelaki itu.

ALIF, tertulis di kening Israfil AS.

MIM, tertulis di kening Mikail AS.

YAA, tertulis di kening Jibril AS.

NUN, tertulis di kening Izrail AS.

Siapa saja yang mengucapkan: Amiin, akan mendapat manfaat dari keempat Malaikat ini”.

Mohon ceritakan lebih banyak lagi, kata mereka berdua. 

ALIF, tertulis didalam Taurat.

MIM, tertulis didalam Zabur.

YAA, tertulis didalam Injil.

NUN, tertulis didalam Qur’an.

Siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam mengucapkan: “Amiin” setelah pembacaan al-Faatihah, maka seolah-olah dia telah membaca Keempat Kitab Suci itu”.

Rosululloh bertanya:
“Kalian mau yang lebih lagi.............?”

Mereka berdua Menjawab: “Ya…”

ALIF, tertulis di kening Sayyidina Abu Bakar RA.

MIM, tertulis di kening Sayyidina Umar RA.

YAA, tertulis di kening Sayyidina  Utsman RA.

NUN, tertulis di kening Sayyidina Ali RA.

Siapa saja yang mengucapkan:
“Amiin” akan mendapat manfaat dari Keempat Sahabat ini”.

Kedua lelaki baru saja akan berdoa memohon agar Allah mencabut nyawa mereka sebagaimana yang mereka kehendaki apabila keinginan mereka sudah mereka peroleh, ketika Nabi SAW menghentikan maksud mereka.

Beliau SAW berkata:
Allah telah mengaruniai kalian usia yang panjang dan kekuatan khusus.

Umatku lemah dan mereka membutuhkan kalian.”

Kemudian Allah mengaruniai mereka usia yang panjang untuk berkhidmat kepada Umat Sayyidina Muhammad SAWS.

ILYAS AS DI DARATAN
KHIDIR AS DI LAUTAN

Dikutip dari Hajzah Anne Aminah Adil al-Haqqani, Istri dari maulana syaikh Naziem Adil al Haqqoni.

Wallahu'alam


Allohumma solli wasallim wabarik 'ala sayyidina wamaulana muhammadin



آميــــــــــــــن يـــــــــــــارب العالميــــــــــــــــــن
ditulis ulang oleh ~ Pak Rt

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Biografi Sayyidi Syaikh Hasan Al-Masyath


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath
( الشيخ حسن المشاط ) Biografi Syaikh Hasan Al-Masyath: Gurunya Para Ulama Besar Dunia - Syaikh Hasan Al-Masyath Gurunya Para Maha Guru - Sosok yang akan kami bagikan biografinya kali ini bisa dikatakan sebagai gurunya para ulama besar dunia yang melalui tangan dinginnya yang penuh berkah itu lahirlah para ulama besar ahlus Sunnah wal Jama'ah semisal Muhadtis terkehal, Musnidud dunya, sang pemilik sanad terbanyak di dunia, Sayyidi Asy-Syaikh Hasin bin Isa Al-Fadani. Dan masih banyak lagi para ulama besar generasi akhir yang lahir dan melanjutkan perjuangan dakwah islam ahlus sunnah wal jama'ah yang penuh keindahan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam itu.

Ya, gurunya para ulama besar itu tak lain dan tak bukan adalah Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath, seorang ulama besar yang lahir di kota suci Makkah Al-Mukarramah pada tanggal 3 Syawwal tahun 1317 Hijriyah. Beliau dikenal sebagai al-Muhadits al-Ushuli dan bergelar Syaikhul Ulama atau gurunya para ulama. Nama lengkap beliau adalah Sayyidi Asy-Syaikh Abu Ahmad Hasan bin Muhammad bin Abbas bin Ali bin Abdul Wahid Al-Masyath Al-Makki Al-Maliki. Beliau merupakan ulama besar yang lahir dari keluarga al-Masyath. Keluarga atau marga Al-Masyath memang selama ini dikenal sebagai keluarga yang telah berhasil melahirkan ulama-ulama besar, misalnya saja:
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Masyath, seorang ulama besar terkemuka di masanya yang lahir pada abad 13 hijriyah yang biografi kehidupannya diabadikan dalam sebuah kitab bernama Nihayatu Khazanil Adab
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad bin Abbas Al-Masyath, ayah dari Syaikh Hasan sendiri
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Masyath
dan lain sebagainya
Sejak kecil Syaikh Hasan telah mendapatkan tarbiyah islamiyah secara ketat oleh ayahnya sendiri, yaitu Syaikh Muhammad. Mulai dari pemahaman islam paling dasar dan pengajaran al-Quran serta ilmu keislaman lainnya, yang tentu saja membuat suasana islami keluarga Syaikh hasan menjadi sangat terasa dan penuh berkah. Mengenai hal ini, beliau pernah berujar kurang lebih sebagai berikut:

"Aku hidup dan dibesarkan dalam pengawasan kedua orang tuaku yang menjadi pemimpin keluarga Al-Masyath hingga aku mencapai usia sembilan tahun. Setelah itu ayahku mengirimkau ke salah satu kuttab di daerah kami untuk belajar ilmu tajwid, berhitung, membaca dan menulis. Setelah itu ayahku memasukkanku di madrasah Saulatiyyah pada sekitar tahun 1329 hijriyah untuk memperdalam ilmu agama, berkhidmad pada para guru dan ulama yang mengajar di dalamnya, sebuah madrasah yang didirikan oleh seorang ulama sholeh yang bertakwa kepada Allah, yaitu Asy-Syikh Rahmatullah bin Khalil Al-Hindi Ad-Dahlawi pada tahun 1292 hijriyah."

Dari penuturan di atas dapat diketahui perjalanan thalabul ilmi Syaikh Hasan Masyath selanjutnya, dimana beliau kemudian melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Saulatiyyah, tepatnya pada tahun 1329 hijriyah. Selama di Saulatiyyah, Syaikh Hasan merupakan seorang santri yang sangat tekun dan fokus dalam setiap pelajaran yang dipelajarinya, mulai dari ilmu shorof, ilmu nahwu, ilmu balaghah, ilmu adab, ilmu fiqh, ilmu hadits, ulumul hadits, tafsir dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Salah satu keunggulan beliau selama thalabul ilmi adalah kemampuan beliau dalam menghafal. Banyak sekali kitab matan yang telah beliau pelajari juga beliau hafalkan hingga para guru terbuat takjub dan bangga, yang dengan kemampuan itulah beliau kemudian dipercaya untuk menjadi asisten dan tugaskan sebagai badal atau pengganti guru yang berhalangan hadir.

Merasa belum puas belajar di kota Makkah, beliau pun melanjutkan rihlah thalabul ilminya ke berbagai negara di luar negeri Hijaz, seperti ke Mesir dan Sudan.

Syaikh Hasan Al-Masyath ketika Muda

Pada sekitar tahun 1364 hijriyah, Syaikh Hasan Al-Masyath pergi ke Sudan memenuhi panggilan Sayyidi Asy-Syaikh Ali Mairginy. Di Sudan beliau tinggal selama kurang lebih lima bulan dan tinggal di Kahtoum. Selama di sana, beliau belajar kepada para ulama besar Sudan dan mengambil Sanad serta Ijazah dari mereka. Beliau juga diberi kepercayaan penuh untuk memberikan kuliah umum dan pengajian umum kepada para masyarakat yang tinggal di sana. Keluasan ilmu dan akhalak terpuji yang beliau miliki menjadikan beliau mudah dikenal dan mendapatkan simpati sangat besar dari masyarakat di sana.

Dari Sudan beliau melanjutkan thalabul ilminya di negeri para Nabi, yaitu Mesir. Di sana beliau juga menjadi santri dan belajar kepada para ulama besar. Diantara ulama yang menjadi tempat beliau belajar yaitu:
Sayyidi Asy-Syaikh Al-Imam Zahid Al-Kautsari, seorang imam dan emimpin ulama dinasti Usmaniyah yang bergelar Imam Asyari pada zaman akhir, karena keluasan ilmu agamanya
Sayyidi Asy-Syaikh Salamah Al-Quda'i
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Khadr Husain
Sayyidi Asy-Syaikh Mustafa Hamamy
dan lain sebagainya
Dari Mesir, perjalanan beliau kembali dilanjutkan ke Syam atau Siria sekarang, dan ke Lebanon dan kemudian pada tahun 1377 hijriyah beliau kembali lagi ke Mesir. Selama di Syam beliau bertemu dan mengambil sanad kepada Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Aziz Uyun Assud, seorang mufti Hamas, Syiria. Selain itu beliau juga bertemu dengan beberapa ulama besar lainnya semisal Sayyidi Asy-Syaikh Sholeh Al-Farfur, Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Fattah Abu Guddah, dan para ulama besar lainnya. Selanjutnya, selama di Lebanon, Syaikh Hasan bertemu dan mengambil sanad kepada Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Arabi Al-Azuzi, seorang mufti Agung di Beirut.

Setelah dari Syiria, Syaikh Hasan kembali lagi ke Mesir dan menetap di sana selama kurang lebih 1 bulan. Setelah itu beliau kembali lagi ke kota kelahirannya, Makkah Al-Mukarramah dengan membawa berbagai macam kitab yang sangat penting dan jarang dijumpai di tempat lain.

Guru-Guru Syaikh Hasan Al-Masyath

Dalam perjalanan thalabul ilminya, Syaikh Hasan Al-Masyath berhasil menimba ilmu dari banyak ulama besar di masanya. Beliau juga banyak mengambil riwayat dan mengambil sanad. Sanad ali atau tinggi beliau ambil dari beberapa ulama terkemuka seperti Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, seorang gurunya para guru terkemuka di masanya. Beliau juga mengambil sanad ali kepada Sayyidi Asy-Syaikh Al-Bajuri. Adapun sanad nazil atau sanad rendah beliau telah meriwayatkan dari ratusan ulama dan lima puluh tiga di antaranya disebutkan dalam kitabnya yang berudul Tsabatl Al-Kabir dan Al-Irsyad bi dzikri ba'di ma li minal ijazati wal isnad.

Berikut ini daftar guru yang menjadi tempat menuntut ilmu Syaikh Hasan Al-Masyath:
Sayyidi Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dahhan. Dalam kitabnya yang berjudul Al-Irsyad, Syaikh Hasan menuturkan sebagai berikut, "Aku senantiasa mengikuti dan memperhatikan pengajian guru kami yang tercinta dan penuh luapan berkah, Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dahhan dalam mengajar Shahih Muslim. Dalam pelajarannya tersebut beliau menjelaskan dengan sangat baik dan mengkisahkan kemuliaan Salafush Shalih. Aku amat bergembira karena senantiasa dipercaya sebagai muqri' atau pembaca kitab Shahih Muslim tersebut, dan kebahagiaan yang kurasakan tersebut tidak dapat ku ungkapkan melalui kata-kata."
Sayyidi Asy-Syaikh Habibullah As-Sanqiti bin Ma'yabi, seorang ulama besar yang sangat berpengaruh bagi beliau. Beliau bertemu dengan Syaikh Habibullah ini ketika berada di Mesir. Mengenai gurunya satu ini beliau berkata, "...Aku telah membacakan di hadapannya banyak kitab dan beliau memberikan ijazah serta sanad kepadaku. Aku telah membacakan kitab di hadapannya kitab Nazam Thalaat Al-Anwar dan Ndzam Maraqy Assuud yang dikarang oleh Sayyidi Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Alawy. Beliau mengijazahkannya kepadaku dengan sanad yang bersambung kepada si pengarang kitab tersebut. Aku juga membacakan di hadapannya kitab Nadzam Addalil as-Salik Ila Muwaththa' Imam Malik, Kitab Shahih Bukhari dan berbagai kitab lainnya...". Selain itu, dari gurunya ini beliau juga mendapatkan ijazah semua sanad yang dimilikinya. Diantara kitab yang paling penting adalah kitab Fihris Al-Faharis yang beliau terima secara langsung dari Syaikh Habibullah, yang diterima Syaikh Habibullah dari Sayyidi Asy-Syaikh Al-Hafidz Abdul Hay Al-Kitani, dan kitab tersebut disusun atas permintaan Syaikh Habibullah sendiri.
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Hay Al-Kittani. Dari gurunya ini beliau menerima sanad dan ijazah ketika Syaikh Abdul Hay melaksanakan haji pada tahun 1350 hijriyah, demikian dijelaskan oleh beliau dalam kitabnya yang berjudul Atsbat Al-Kabir pada halaman 171-178.
Sayyidi Asy-Syaikh Isa Rawwas
Sayyidi Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dahhan
Sayyidi Asy-Syaikh Umar Hamdan Al-Mahrusi
Maulana Al-Habib Aydrus bin Salim Al-Bar
Sayyidi Asy-Syaikh Musytaq Ahmad
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Khidhr Al-Jakni Al-Mauritani
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Kattani
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Hasyim Al-Fuuti Al-Fulaani
Sayyidi Asy-Syaikh Hamdan Al-Wanisi Al-Jaairi Al-Madani
Sayyidi Asy-Syaikh Jamal Al-Maliki
Sayyidi Asy-Syaikh As-Sayyid Ali Al-Mirghani
Sayyidi Asy-Syaih Al-Fatih Qaribullah
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammd Zahid Al-Kawtsari
Sayyidi Asy-Syaikh Salamah Al-Qudhaie
Sayyidi Asy-Syaikh Ibrahim Al-Bajuri
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Aziz Uyun
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Fatah Abu Ghuddah
Sayyidi Asy-Syaikh Salih Farfur
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Abdul Baqi al-Ayubi
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Khidr bin Mayabi Al-Jakani
Sayyidi Asy-Syaikh Khalifah An-Nabhani
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Hasyim Al-Futi
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Qadir Syalbi
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki
Sayyidi Asy-Syaikh Abdullah Al-Ghazi
Sayyidi Asy-Syaikh Umar Ba Junaid
Sayyidi Asy-Syaih Abdul Sattar Ad-Dehlawi
dan lain sebagainya 

Syaikh Umar Hamdan: salah satu guru Syaikh Hasan

Murid-Murid
Setelah melakukan perjalanan thalabul ilmi ke berbagai negara, Syaikh Hasan Al-Masyath kemudian mulai mengajar di madrasah Saulathiyyah dan di masjidil haram dengan spesialisasi hadits dalam kitab-kitab shahih, tafsir, fiqh, ushul fiqh, lughah dan berbagai macam disiplin ilmu lainnya. Diantara murid-murid beliau yang menonjol adalah sebagai berikut:
Maulana Al-Habib Muhammad Alwi Al-Maliki Qaddasallahu Sirrahul Azizi
Wali Quthub di masanya, Sayyidi Asy-Syaikh Al-Hajj Zaini Abdul Ghani atau Guru Ijai, Martapura, Kalimantan Selatan
Sayyidi Asy-Syaikh Ismail Zain
Sayyidi Asy-Syaikh Ibrahim Al-Ahdal
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Badali
Sayyidi Asy-Syaikh Ismail Hariri
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Masyath
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Halwani
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Zaki Yamani
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Damanhuri
Sayyidi Asy-Syaikh Shalih Mahjub
Sayyidi Asy-Syaikh Zaini Bawean
Sayyidi Asy-Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani, Ulama asal Nusantara yang memiliki sanad terbanyak di dunia
Sayyidi Asy-Syaikh Abdullah Al-Lahji
Maulana Al-Habib Hasan Tholib Al-Jufri
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Fattah Rawah
Sayyidi Asy-Syaikh Zakariya Bil
Sayyidi Tuan Guru Haji Salleh Musah, Pondok Sik, Kedah, Malaysia
Sayyidi Tuan Guru Haji Hasyim bin Abi Bakar, Pondok Pasir Tumbuh, Kelantan, Malaysia
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari Al-Makki
Sayyidi Tuan Guru Haji Abdullah, Pondok Lubuk Tapah
Sayyidi Tuan Guru Haji Abdulah Sijang
Sayyidi Asy-Syaikh Syarwani Abdan atau Guru Bangil
dan lain sebagainya
Karya Tulis Syaikh Hasan Al-Masyath
Berikut ini diantara karya tulis Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath, yaitu:
Is'af Ahlil Islam bi Wazaif Al-Hajj Ila Bait Allah Al-haram
Nasaih Diniyyah wa Wasaya Hammah
Isaf Ahlul Iman bi Wazaf Syahri Ramadhan
Al-bahjah As-Saniyyah Fi Syarh Al-Kharidah
Inarah Ad-Duja fi Maghazi Khairi al-Wara
Ta'liqat Syarifah Ala Lubab Al-Ushul fi ushul Al-Fiqh
Raf'u al-Istar 'an Mahya Mukhadirat Thal'ah al-Anwar fi Ilm Athar An-Nabi Al-Mukhtar
TAl-Hudu Al-Bahiah fi Al-Qawaid Al-Mantiqiyyah
At-Taqrirat As-Saniyyah fi Syarh Al-Manzumah Al-Baiquniyyah
At-Tuhfah As-Saniyyah fi Ahwal Al-Warithah Al-Arbainiyyah
At-Tarjamah Az-Zatiyyah
Bughyah al-Musytarsyidin
Al-Irsyad bi Dzkri Ba'di Mali Min Al-Ijazah wa Al-Isnad
Al-Jawahir Ath-Thamaniyyah fi Adillah Alim Al-Madaniyyah
dan lain sebagainya
Wafat

Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath wafat pada hari rabu tanggal tujuh Syawwal tahun 1399 hijriyah, bertepatan dengan 31 Agustus tahun 1979 masehi. Beliau dikebumikan di pemakaman Ma'lah, Makkah Al-Mukarramah.

Maulana Habib Muhammad Al-Maliki: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Pemilik Sanad Terbanyak di Duni, Syaikh Yasin Padang, Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Asy-Syaikh Ismail Az-Zain: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Sekumpul Martapura Kalsel: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Haji Saleh Musa, Malaysia: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tun Guru Haji Abdullah, Pondok Lubuk Tapah: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari Al-Makki: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Haji Hasyim bin Abu Bakar: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Abdullah Sijang: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Lughatuna Al-Jamilah
ditulis ulang oleh ~ pak rt

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

NU AKAN JADI SOLUSI PROBLEM DUNIA


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~
Sudah terlihat dengan datangnya para Ulama' dunia berbagai negara yang ingin belajar ke PBNU... Serta di terima dan  berkembangnya cabang NU di berbagai manca negara.

Bapak Pluralisme Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyimpan rahasia masa depan. Sebelum wafat pada 30 Desember 2009 silam, Gus Dur pernah meramalkan tentang fitnah kepada NU, dan hal itu sudah terbukti di masa sekarang.

Selain itu, Gus Dur juga sempat memprediksi tentang peta dunia di masa yang akan datang. Ia memprediksi, jauh sebelum saat ini, bahwa perang dagang akan segera dimulai.

Gus Dur kala itu mengatakan bahwa Amerika dan Cina sudah bergeliat menunjukkan taring perang dagang masing-masing.

Setelah itu, kata Gus Dur, akan terjadi perang energi sebelum akhirnya terjadi perang pangan dan perang total (mungkin perang militer).

Hal tersebut ia ungkapkan kepada Kiai Mun’in DZ dan Kiai Adnan. Namun, kepada keduanya Gus Dur mengatakan agar jangan khawatir karena masih ada NU yang kelak menjadi solusi problem dunia.

Dilansir dair Duta Islam, Sabtu, 28 Desember 2019, berikut pesan Gus Dur ke Kiai Adnan dan Kiai Mun’in DZ selengkapnya:

“Sekitar 60 hari sebelum wafat, Gus Dur memanggil saya dan Kiai Mun’im DZ. Beliau dawuh begini, ‘Sampeyan akan tiba di peralihan zaman, menjelang jaman kehancuran peradaban... Dunia akan kacau balau.
Dimulai dari perang dagang, lalu perang energi, lalu perang pangan, lalu perang total. Perang dunia ketiga. Anak akan membunuh ayahnya.
Tapi tidak usah khawatir, karena ada organisasi penyangga, yaitu NU. Siapa yang berpegangan kepada NU, maka dia akan selamat. NU akan menjadi solusi bagi problem dunia’,” kata Kiai Adnan menyampaikan pesan Gus Dur kala itu kepada dirinya.

Kesaksian tersebut disampaikan oleh Kiai Adnan dalam acara Pendidikan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN-MB) Kemenag RI di BDK Ciputat, Tengerang, 28 Desember 2019.

“Semoga Indonesia dan dunia diselamatkan dari perang nuklir yang sangat membahayakan peradaban manusia. Dan NU sudah menyiapkannya sejak era Kiai Shiddiq, tentang ukhuwwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah,” ujar Kiai Adnan

ditulis oleh ~ Ansa Antaraji
#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

KISAH SYECH JUNAID AL-BAGHDADI DAN PENGEMIS



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Suatu hari Imam Junaid al-Baghdadi duduk-duduk di Masjid asy-Syuniziyyah. Bersama penduduk Bagdad lainnya ia menunggu beberapa jenazah yang hendak mereka shalati. Di depan mata Imam Junaid, seseorang yang tampaknya ahli ibadah terlihat sedang meminta-minta. "Andai saja orang ini mau bekerja hingga terhindar dari perbuatan meminta-minta tentu lebih bagus," kata Imam Junaid dalam hati. Kondisi aneh terasa ketika Imam Junaid pulang dari masjid itu. Ia punya rutinitas shalat dan munajat sampai menangis tiap malam. Tapi, kali ini ia benar-benar sangat berat melaksanakan semua wiridnya.

Ulama yang juga biasa disapa Abul Qasim ini hanya bisa begadang sambil duduk hingga rasa kantuk menaklukannya. Dalam gelisah, Imam Junaid pun terlelap. Tiba-tiba saja orang fakir yang ia jumpai di Masjid asy-Syuniziyyah itu hadir dalam mimpinya. Anehnya, si pengemis digotong para penduduk Bagdad lalu menaruhnya di atas meja makan yang panjang. Orang-orang berkata kepada Imam Junaid, "Makanlah daging orang fakir ini. Sungguh kau telah mengumpatnya." Imam Junaid terperangah. Ia merasa tidak pernah mengumpat pengemis itu.

Sampai akhirnya ia sadar bahwa ia pernah menggunjingnya dalam hati soal etos kerja. Dalam mimpi itu Imam Junaid didesak untuk meminta maaf atas perbuatannya tersebut. Sejak saat itu Imam Junaid berusaha keras mencari si fakir ke semua penjuru. Berulang kali ia gagal menjumpainya, hingga suatu ketika Imam Junaid melihatnya sedang memunguti dedaunan  di atas sungai untuk dimakan.

Dedaunan itu adalah sisa sayuran yang jatuh saat dicuci. Segera Imam Junaid menyapanya dan tanpa disangka keluar ungkapan balasan, "Apakah kau akan mengulanginya lagi wahai Abul Qasim?" "Tidak." "Semoga Allah mengampuni diriku dan dirimu."

Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Junaid sendiri sebagaimana terekam dalam Raudlatur Rayâhîn karya 'Abdul As'ad al-Yafi'i.
ditulis ulang oleh ~
sumber
#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara