Articles by "Manaqib"
Tampilkan postingan dengan label Manaqib. Tampilkan semua postingan
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

* Kisah Syaikh Mus'ab Penfound, Santri Habib Umar asal Manchester Inggris.



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Oke, sebagaimana yang saja janjikan sebelumnya saya akan menceritakan tentang Syaikh Mus'ab Penfound, salah satu Bule paling adem dipandang ketika saya masih di Tarim, wajah beliau tenang, teduh, sejuk dan menentramkan.  Anugerah Allah begitu besar atasnya karena ia memiliki hubungan yang sangat erat dengan Siidil Habib Umar. Siidil Habib seringkali memerintahkan beliau untuk memberi Tausyah pada acara Maulid di Darul Musthofa tiap malam Jum'atnya, bahkan akhir-akhir ini beliau kerap mendampingi Siidil Habib di berbagai rihlah dakwahnya, termasuk di Indonesia dan Singapura kemarin.

Saya pernah membaca tulisan beliau di Majalah Atawasol (التواصل), disitu beliau menceritakan bahwa nama aslinya adalah Locky, ketika baru saja masuk Islam beliau sama sekali tidak mengetahui tentang Tarim. Baru ketika Habib Ali Al-Jufri berkunjung ke Inggris, melihat senyum dan akhlak mulia Habib Ali, Syaikh Mus'ab langsung jatuh hati, beliau berkata dalam hatinya :

" inilah sosok yang selama ini aku cari.."

Habib Ali-lah yang akhirnya menyarankan beliau untuk memperdalam ilmu agama di Tarim. Menurut cerita Musthofa, sahabat saya yang juga asal Manchester, sejak dulu Syaikh Mus'ab tak henti-hentinya berdoa agar keluarganya diberi hidayah untuk masuk Islam, karena di keluarganya hanya beliau yang memeluk agama Islam. Hingga akhirnya suatu ketika, kala itu Habib Umar beceramah di depan Qubah Makam Nabi Hud :

" dengan barokah majlis ini, akan ada orang-orang diluar sana yang masuk Islam dan akan datang ke tempat mulia ini juga.. "

Mendengar itu Syaikh Mus'ab teringat kedua orang tuanya, beliau berdoa semoga orang tuanya termasuk golongan yang disebut oleh Habib Umar itu..

Suatu malam beliau melihat ayahnya sedang berseteru dengan kakaknya, beliau masuk kamar dan berdoa :

" Ya Allah sampai kapanpun Engkau tetaplah Arhamurrahimin.. Dzat yang paling menyayangi hamba-hamba-Mu. "

Pagi harinya, keajaiban itu datang, sang ayah meminta beliau untuk dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat..

Cerita ibu beliau lebih ajaib lagi. Ketika ayah beliau masuk Islam, sang ibu memang masih kukuh dengan agama lamanya. Sampai suatu malam, Syaikh Mus'ab bermimpi, dalam mimpinya ia berjumpa Siidil Habib Umar. Siidil Habib berkata padanya :

" wahai Mus'ab kumandangkanlah Adzan.. "

Di pagi harinya.. Tanpa sebab apapun, sang Ibu meminta Syaikh Mus'ab untuk menuntun dirinya mengucapkan dua kalimat Syahadat.

Dengan keikhlasan dan doa yang tak henti-henti, akhirnya kedua orang tua Syaikh Mus'ab mendapat hidayah dan bisa sampai juga ke Tarim. bahkan ayah beliau juga menghadiri dan memberi sambutan di Majelis ziarah Nabi Hud persis seperti yang Habib Umar katakan beberapa tahun sebelumnya :

" dengan barokah majlis ini, akan ada orang-orang diluar sana yang masuk Islam dan akan datang ke tempat mulia ini juga.. "

Aah.. Untung saja dunia ini tidak hanya berisi orang-orang bodoh dan pendosa seperti kita.. Masih banyak orang-orang seperti Siidil Habib Umar dan para kekasih Allah lainnya, yang seluruh waktu, detik, fikiran dan tenaga mereka seakan hanya didermakan untuk memberi manfaat dan berbagi kebaikan kepada sesama.. Syaikh Mus'ab Penfound, tokoh kita dalam catatan ini adalah setetes dari lautan barokah mereka..

رب فانفعنا ببركتهم * و اهدنا الحسنى بحرمتهم * و أمتنا في طريقتهم * و معافاة من الفتن

* Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 10 Oktober, 2019

ditulis ulang oleh ~ Pak Rt

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Biografi Sayyidi Syaikh Hasan Al-Masyath


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath
( الشيخ حسن المشاط ) Biografi Syaikh Hasan Al-Masyath: Gurunya Para Ulama Besar Dunia - Syaikh Hasan Al-Masyath Gurunya Para Maha Guru - Sosok yang akan kami bagikan biografinya kali ini bisa dikatakan sebagai gurunya para ulama besar dunia yang melalui tangan dinginnya yang penuh berkah itu lahirlah para ulama besar ahlus Sunnah wal Jama'ah semisal Muhadtis terkehal, Musnidud dunya, sang pemilik sanad terbanyak di dunia, Sayyidi Asy-Syaikh Hasin bin Isa Al-Fadani. Dan masih banyak lagi para ulama besar generasi akhir yang lahir dan melanjutkan perjuangan dakwah islam ahlus sunnah wal jama'ah yang penuh keindahan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam itu.

Ya, gurunya para ulama besar itu tak lain dan tak bukan adalah Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath, seorang ulama besar yang lahir di kota suci Makkah Al-Mukarramah pada tanggal 3 Syawwal tahun 1317 Hijriyah. Beliau dikenal sebagai al-Muhadits al-Ushuli dan bergelar Syaikhul Ulama atau gurunya para ulama. Nama lengkap beliau adalah Sayyidi Asy-Syaikh Abu Ahmad Hasan bin Muhammad bin Abbas bin Ali bin Abdul Wahid Al-Masyath Al-Makki Al-Maliki. Beliau merupakan ulama besar yang lahir dari keluarga al-Masyath. Keluarga atau marga Al-Masyath memang selama ini dikenal sebagai keluarga yang telah berhasil melahirkan ulama-ulama besar, misalnya saja:
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Masyath, seorang ulama besar terkemuka di masanya yang lahir pada abad 13 hijriyah yang biografi kehidupannya diabadikan dalam sebuah kitab bernama Nihayatu Khazanil Adab
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad bin Abbas Al-Masyath, ayah dari Syaikh Hasan sendiri
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Masyath
dan lain sebagainya
Sejak kecil Syaikh Hasan telah mendapatkan tarbiyah islamiyah secara ketat oleh ayahnya sendiri, yaitu Syaikh Muhammad. Mulai dari pemahaman islam paling dasar dan pengajaran al-Quran serta ilmu keislaman lainnya, yang tentu saja membuat suasana islami keluarga Syaikh hasan menjadi sangat terasa dan penuh berkah. Mengenai hal ini, beliau pernah berujar kurang lebih sebagai berikut:

"Aku hidup dan dibesarkan dalam pengawasan kedua orang tuaku yang menjadi pemimpin keluarga Al-Masyath hingga aku mencapai usia sembilan tahun. Setelah itu ayahku mengirimkau ke salah satu kuttab di daerah kami untuk belajar ilmu tajwid, berhitung, membaca dan menulis. Setelah itu ayahku memasukkanku di madrasah Saulatiyyah pada sekitar tahun 1329 hijriyah untuk memperdalam ilmu agama, berkhidmad pada para guru dan ulama yang mengajar di dalamnya, sebuah madrasah yang didirikan oleh seorang ulama sholeh yang bertakwa kepada Allah, yaitu Asy-Syikh Rahmatullah bin Khalil Al-Hindi Ad-Dahlawi pada tahun 1292 hijriyah."

Dari penuturan di atas dapat diketahui perjalanan thalabul ilmi Syaikh Hasan Masyath selanjutnya, dimana beliau kemudian melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Saulatiyyah, tepatnya pada tahun 1329 hijriyah. Selama di Saulatiyyah, Syaikh Hasan merupakan seorang santri yang sangat tekun dan fokus dalam setiap pelajaran yang dipelajarinya, mulai dari ilmu shorof, ilmu nahwu, ilmu balaghah, ilmu adab, ilmu fiqh, ilmu hadits, ulumul hadits, tafsir dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Salah satu keunggulan beliau selama thalabul ilmi adalah kemampuan beliau dalam menghafal. Banyak sekali kitab matan yang telah beliau pelajari juga beliau hafalkan hingga para guru terbuat takjub dan bangga, yang dengan kemampuan itulah beliau kemudian dipercaya untuk menjadi asisten dan tugaskan sebagai badal atau pengganti guru yang berhalangan hadir.

Merasa belum puas belajar di kota Makkah, beliau pun melanjutkan rihlah thalabul ilminya ke berbagai negara di luar negeri Hijaz, seperti ke Mesir dan Sudan.

Syaikh Hasan Al-Masyath ketika Muda

Pada sekitar tahun 1364 hijriyah, Syaikh Hasan Al-Masyath pergi ke Sudan memenuhi panggilan Sayyidi Asy-Syaikh Ali Mairginy. Di Sudan beliau tinggal selama kurang lebih lima bulan dan tinggal di Kahtoum. Selama di sana, beliau belajar kepada para ulama besar Sudan dan mengambil Sanad serta Ijazah dari mereka. Beliau juga diberi kepercayaan penuh untuk memberikan kuliah umum dan pengajian umum kepada para masyarakat yang tinggal di sana. Keluasan ilmu dan akhalak terpuji yang beliau miliki menjadikan beliau mudah dikenal dan mendapatkan simpati sangat besar dari masyarakat di sana.

Dari Sudan beliau melanjutkan thalabul ilminya di negeri para Nabi, yaitu Mesir. Di sana beliau juga menjadi santri dan belajar kepada para ulama besar. Diantara ulama yang menjadi tempat beliau belajar yaitu:
Sayyidi Asy-Syaikh Al-Imam Zahid Al-Kautsari, seorang imam dan emimpin ulama dinasti Usmaniyah yang bergelar Imam Asyari pada zaman akhir, karena keluasan ilmu agamanya
Sayyidi Asy-Syaikh Salamah Al-Quda'i
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Khadr Husain
Sayyidi Asy-Syaikh Mustafa Hamamy
dan lain sebagainya
Dari Mesir, perjalanan beliau kembali dilanjutkan ke Syam atau Siria sekarang, dan ke Lebanon dan kemudian pada tahun 1377 hijriyah beliau kembali lagi ke Mesir. Selama di Syam beliau bertemu dan mengambil sanad kepada Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Aziz Uyun Assud, seorang mufti Hamas, Syiria. Selain itu beliau juga bertemu dengan beberapa ulama besar lainnya semisal Sayyidi Asy-Syaikh Sholeh Al-Farfur, Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Fattah Abu Guddah, dan para ulama besar lainnya. Selanjutnya, selama di Lebanon, Syaikh Hasan bertemu dan mengambil sanad kepada Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Arabi Al-Azuzi, seorang mufti Agung di Beirut.

Setelah dari Syiria, Syaikh Hasan kembali lagi ke Mesir dan menetap di sana selama kurang lebih 1 bulan. Setelah itu beliau kembali lagi ke kota kelahirannya, Makkah Al-Mukarramah dengan membawa berbagai macam kitab yang sangat penting dan jarang dijumpai di tempat lain.

Guru-Guru Syaikh Hasan Al-Masyath

Dalam perjalanan thalabul ilminya, Syaikh Hasan Al-Masyath berhasil menimba ilmu dari banyak ulama besar di masanya. Beliau juga banyak mengambil riwayat dan mengambil sanad. Sanad ali atau tinggi beliau ambil dari beberapa ulama terkemuka seperti Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, seorang gurunya para guru terkemuka di masanya. Beliau juga mengambil sanad ali kepada Sayyidi Asy-Syaikh Al-Bajuri. Adapun sanad nazil atau sanad rendah beliau telah meriwayatkan dari ratusan ulama dan lima puluh tiga di antaranya disebutkan dalam kitabnya yang berudul Tsabatl Al-Kabir dan Al-Irsyad bi dzikri ba'di ma li minal ijazati wal isnad.

Berikut ini daftar guru yang menjadi tempat menuntut ilmu Syaikh Hasan Al-Masyath:
Sayyidi Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dahhan. Dalam kitabnya yang berjudul Al-Irsyad, Syaikh Hasan menuturkan sebagai berikut, "Aku senantiasa mengikuti dan memperhatikan pengajian guru kami yang tercinta dan penuh luapan berkah, Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dahhan dalam mengajar Shahih Muslim. Dalam pelajarannya tersebut beliau menjelaskan dengan sangat baik dan mengkisahkan kemuliaan Salafush Shalih. Aku amat bergembira karena senantiasa dipercaya sebagai muqri' atau pembaca kitab Shahih Muslim tersebut, dan kebahagiaan yang kurasakan tersebut tidak dapat ku ungkapkan melalui kata-kata."
Sayyidi Asy-Syaikh Habibullah As-Sanqiti bin Ma'yabi, seorang ulama besar yang sangat berpengaruh bagi beliau. Beliau bertemu dengan Syaikh Habibullah ini ketika berada di Mesir. Mengenai gurunya satu ini beliau berkata, "...Aku telah membacakan di hadapannya banyak kitab dan beliau memberikan ijazah serta sanad kepadaku. Aku telah membacakan kitab di hadapannya kitab Nazam Thalaat Al-Anwar dan Ndzam Maraqy Assuud yang dikarang oleh Sayyidi Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Alawy. Beliau mengijazahkannya kepadaku dengan sanad yang bersambung kepada si pengarang kitab tersebut. Aku juga membacakan di hadapannya kitab Nadzam Addalil as-Salik Ila Muwaththa' Imam Malik, Kitab Shahih Bukhari dan berbagai kitab lainnya...". Selain itu, dari gurunya ini beliau juga mendapatkan ijazah semua sanad yang dimilikinya. Diantara kitab yang paling penting adalah kitab Fihris Al-Faharis yang beliau terima secara langsung dari Syaikh Habibullah, yang diterima Syaikh Habibullah dari Sayyidi Asy-Syaikh Al-Hafidz Abdul Hay Al-Kitani, dan kitab tersebut disusun atas permintaan Syaikh Habibullah sendiri.
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Hay Al-Kittani. Dari gurunya ini beliau menerima sanad dan ijazah ketika Syaikh Abdul Hay melaksanakan haji pada tahun 1350 hijriyah, demikian dijelaskan oleh beliau dalam kitabnya yang berjudul Atsbat Al-Kabir pada halaman 171-178.
Sayyidi Asy-Syaikh Isa Rawwas
Sayyidi Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dahhan
Sayyidi Asy-Syaikh Umar Hamdan Al-Mahrusi
Maulana Al-Habib Aydrus bin Salim Al-Bar
Sayyidi Asy-Syaikh Musytaq Ahmad
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Khidhr Al-Jakni Al-Mauritani
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Kattani
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Hasyim Al-Fuuti Al-Fulaani
Sayyidi Asy-Syaikh Hamdan Al-Wanisi Al-Jaairi Al-Madani
Sayyidi Asy-Syaikh Jamal Al-Maliki
Sayyidi Asy-Syaikh As-Sayyid Ali Al-Mirghani
Sayyidi Asy-Syaih Al-Fatih Qaribullah
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammd Zahid Al-Kawtsari
Sayyidi Asy-Syaikh Salamah Al-Qudhaie
Sayyidi Asy-Syaikh Ibrahim Al-Bajuri
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Aziz Uyun
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Fatah Abu Ghuddah
Sayyidi Asy-Syaikh Salih Farfur
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Abdul Baqi al-Ayubi
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Al-Khidr bin Mayabi Al-Jakani
Sayyidi Asy-Syaikh Khalifah An-Nabhani
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Hasyim Al-Futi
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Qadir Syalbi
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki
Sayyidi Asy-Syaikh Abdullah Al-Ghazi
Sayyidi Asy-Syaikh Umar Ba Junaid
Sayyidi Asy-Syaih Abdul Sattar Ad-Dehlawi
dan lain sebagainya 

Syaikh Umar Hamdan: salah satu guru Syaikh Hasan

Murid-Murid
Setelah melakukan perjalanan thalabul ilmi ke berbagai negara, Syaikh Hasan Al-Masyath kemudian mulai mengajar di madrasah Saulathiyyah dan di masjidil haram dengan spesialisasi hadits dalam kitab-kitab shahih, tafsir, fiqh, ushul fiqh, lughah dan berbagai macam disiplin ilmu lainnya. Diantara murid-murid beliau yang menonjol adalah sebagai berikut:
Maulana Al-Habib Muhammad Alwi Al-Maliki Qaddasallahu Sirrahul Azizi
Wali Quthub di masanya, Sayyidi Asy-Syaikh Al-Hajj Zaini Abdul Ghani atau Guru Ijai, Martapura, Kalimantan Selatan
Sayyidi Asy-Syaikh Ismail Zain
Sayyidi Asy-Syaikh Ibrahim Al-Ahdal
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Badali
Sayyidi Asy-Syaikh Ismail Hariri
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Masyath
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Al-Halwani
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Zaki Yamani
Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Damanhuri
Sayyidi Asy-Syaikh Shalih Mahjub
Sayyidi Asy-Syaikh Zaini Bawean
Sayyidi Asy-Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani, Ulama asal Nusantara yang memiliki sanad terbanyak di dunia
Sayyidi Asy-Syaikh Abdullah Al-Lahji
Maulana Al-Habib Hasan Tholib Al-Jufri
Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Fattah Rawah
Sayyidi Asy-Syaikh Zakariya Bil
Sayyidi Tuan Guru Haji Salleh Musah, Pondok Sik, Kedah, Malaysia
Sayyidi Tuan Guru Haji Hasyim bin Abi Bakar, Pondok Pasir Tumbuh, Kelantan, Malaysia
Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari Al-Makki
Sayyidi Tuan Guru Haji Abdullah, Pondok Lubuk Tapah
Sayyidi Tuan Guru Haji Abdulah Sijang
Sayyidi Asy-Syaikh Syarwani Abdan atau Guru Bangil
dan lain sebagainya
Karya Tulis Syaikh Hasan Al-Masyath
Berikut ini diantara karya tulis Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath, yaitu:
Is'af Ahlil Islam bi Wazaif Al-Hajj Ila Bait Allah Al-haram
Nasaih Diniyyah wa Wasaya Hammah
Isaf Ahlul Iman bi Wazaf Syahri Ramadhan
Al-bahjah As-Saniyyah Fi Syarh Al-Kharidah
Inarah Ad-Duja fi Maghazi Khairi al-Wara
Ta'liqat Syarifah Ala Lubab Al-Ushul fi ushul Al-Fiqh
Raf'u al-Istar 'an Mahya Mukhadirat Thal'ah al-Anwar fi Ilm Athar An-Nabi Al-Mukhtar
TAl-Hudu Al-Bahiah fi Al-Qawaid Al-Mantiqiyyah
At-Taqrirat As-Saniyyah fi Syarh Al-Manzumah Al-Baiquniyyah
At-Tuhfah As-Saniyyah fi Ahwal Al-Warithah Al-Arbainiyyah
At-Tarjamah Az-Zatiyyah
Bughyah al-Musytarsyidin
Al-Irsyad bi Dzkri Ba'di Mali Min Al-Ijazah wa Al-Isnad
Al-Jawahir Ath-Thamaniyyah fi Adillah Alim Al-Madaniyyah
dan lain sebagainya
Wafat

Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath wafat pada hari rabu tanggal tujuh Syawwal tahun 1399 hijriyah, bertepatan dengan 31 Agustus tahun 1979 masehi. Beliau dikebumikan di pemakaman Ma'lah, Makkah Al-Mukarramah.

Maulana Habib Muhammad Al-Maliki: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Pemilik Sanad Terbanyak di Duni, Syaikh Yasin Padang, Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Asy-Syaikh Ismail Az-Zain: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Sekumpul Martapura Kalsel: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Haji Saleh Musa, Malaysia: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tun Guru Haji Abdullah, Pondok Lubuk Tapah: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari Al-Makki: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Haji Hasyim bin Abu Bakar: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Tuan Guru Abdullah Sijang: Murid Syaikh Hasan Al-Masyath

Lughatuna Al-Jamilah
ditulis ulang oleh ~ pak rt

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI
KISAH PENUH HIKMAH 
(Kiai Kok Gak Meyakinkan!)


Muktamar NU, di Yogyakarta, 1989. Almaghfurlah KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz, dengan penampilannya yang (sangat) sederhana mau memasuki gedung acara. Beliau, seperti orang biasa, berpakaian seadanya, datang tepat waktu bahkan sebelum acara dimulai.

Sebelumnya, Banser yang menjadi penjaga gedung telah diberi kabar bahwa Kiai Sahal bakal rawuh. Dalam bayangan Banser yang sama sekali belum pernah bertemu Maestro Fiqh Sosial itu, Kiai Sahal adalah sosok kiai yang gagah, dikawal para pendereknya, lengkap dengan asesoris Kiai dan memakai sorban melilit di kepala.

Begitu Kiai Sahal rawuh dengan penampilannya yang bersahaja dan ingin masuk, Banser curiga dan mencegat Kiai Sahal. “Bapak siapa gih?” tanya Seorang Banser. “Saya Sahal.." Si Banser menatap lekat-lekat pria di depannya, dari ujung kaki hingga pucuk kepala. Kesimpulannya, Seseorang di depannya ini bukanlah Kiai Sahal Mahfudz. "Wong kiai kok penampilannya nggak meyakinkan begitu.!" batinnya. “Maaf, tapi Mungkin Bapak bisa menunggu di luar gedung dulu ya Pak…” si Banser ini bermaksud mengusir Kiai Sahal dengan halus.

Di dalam gedung, panitia ketar-ketir menunggu Kiai Sahal yang tidak juga hadir. Salah seorang panitia akhirnya bertanya ke Banser, Kok Kiai Sahal belum rawuh? Apa tadi ndak ada seseorang bernama Kiai Sahal mau masuk. “Ya, Kang. Ada, tadi. Orangnya biasa saja. Kayaknya sih bukan Kiai. Lha wong penampilannya saja kaya gitu, juga ndak pakai sorban di kepalanya..” .
“Aduh, mati aku.! ” sahut panitia yang langsung melesat pergi mencari Kiai Sahal di sekitar gedung dan menemukannya duduk santai bersama penjual dawet! “Lha wong tadi nggak boleh masuk sama Banser dan diminta nunggu di sekitar gedung, ya wis. Saya manut sama Banser.” jawab Kiai Sahal sambil tersenyum. 

Khususon ilaa Kiai Sahal Mahfudz, 
Lahu al-Faatihah..
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

KEANEHAN SUBUH KH MAIMOEN ZUBAIR



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

KEANEHAN SUBUH KH MAIMOEN ZUBAIR
Tidak asing bagi santrinya Mbah Yai, bahwa Mbah Yai selalu Sholat Subuh akhir waktu..
Tapi ada cerita aneh dari Ustadz Saudi.
Pada suatu hari, beliau menunggu jamaah sholat subuh.
Sangat lama, sampai beliau melihat diluar mushola sudah agak terang, beliau takut matahari sudah terbit.
Akhirnya beliau menuju Dalem Mbah Yai, untuk memberi tahu kalau diluar sudah agak terang..
Tp anehnya ketika beliau mau mengetuk pintu, Mbah Yai membuka pintu dahulu dan berkata "Ono opo Di, percoyo karo aku (Ada apa Di, percayalah pada ku)..
Setelah kejadian itu, beliau tidak pernah ragu kepada Mbah Yai, walaupun melihat di luar mushola sudah agak terang.
SALAM SUBUH, MATAHARI LANGSUNG TERBIT
Inilah pengalaman saya pribadi.
Saya pernah mendengar perkataan Alumni," Walaupun Mbah Yai sholat subuh di akhir waktu, tp matahari tidak terbit kecuali Mbah Yai sudah salam"
Ketika itu tahun 2006, saya baru saja mondok.
ketika menunggu jamaah sholat subuh, saya merasa aneh dan takut, karena melihat di luar mushola sudah agak terang dan jam menunjukkan pukul jam 05.40 WIS (Waktu Istiwa), biasanya kalau di desa sholat subuh jam 4.30 WIS dan tentunya masih petang dan gelap..
Ketika iqomah sholat subuh jam 5.45 WIS, saya jamaah bersama Mbah Yai dan di hati saya masih mikir kalau matahari sudah terbit.
Ketika beliau salam, saya langsung lari menuju Laut (karena memang pondok dekat laut dan bisa lihat matahari langsung)
Ketika sampai di pinggir laut, saya kaget dan merasa aneh.
Karena matahari ternyata belum terbit.
tapi setelah sekitar satu menit, matahari langsung terbit dan naiknya terlihat agak cepat.
Dan kejadian ini tidak hanya satu kali..hampir setiap hari seperti itu..
Masak setiap Mbah Yai salam sholat subuh, matahari langsung terbit. Kok bisa pas pada akhir waktu.????
Dan dipastikan setelah Mbah Yai selesai wiridan, sholat subuh sudah waktu Qodho'.
Saya sering melihat Mbah Yai sholat sunnah selesai wiridan shubuh, sepertinya beliau sudah tau kalau matahari sudah terbit, karena jika belum terbit, tidak boleh sholat sunnah.
# mungkin hanya sebagian santri yang pernah berjamaah bersama beliau yang merasakan keanehan ini.
Abah Ubab MZ pernah bercerita, " Mbah Moen memang mulai dulu, sejak ketika di makkah ,beliau selalu sholat subuh akhir waktu, walaupun di masjid sudah iqomah awal waktu. mungkin ada sirr (rahasia) bagi beliau kenapa selalu sholat subuh akhir waktu.
Abah Ubab MZ juga dawuh "Wes kang, anuto Mbah Moen, anut Mbah Moen mesti enak uripmu (Sudah Kang, ikutlah Mbah Moen, Ikut Mbah Moen pasti enak hidupmu)"
Semoga kita mendapatkan barokah, ilmu manfaat dan sirr beliau.. Amiiiin.


ditulis ulang oleh ~ pak rt
sumber. FB cak as'ad sadewa
#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Manaqib KH.MUHAMMAD MUHAJIRIN AMSARAD DAARI
pimpinan pondok pesantren annida al islamy bekasi.



Assalamu'alaikum wahai para sahabatKH Muhammad Muhadjirin Amsar, panggilan akrab KH Muhadjirin atau Mat Jirin adalah ulama yang dikenal luas di kalangan masyarakat Bekasi, yang besar andilnya dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. Sebagai ilmuwan, ia dikenal tidak saja di lingkungan Bekasi tetapi juga di luar negeri, khususnya di Masjidil Haram. Sebagai salah seorang guru terbaik di Masjidil Haram, ia menerima penghargaan berupa sebuah jam tangan berlapis emas bertuliskan al Mamlakatussuudiyyah dari Raja Faisal.

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, KH Muhajirin aktif di organisasi Hizbullah, tetapi sebatas sebagai penjalin ukhuwah di kalangan pejuang dengan landasan patriotisme dan nasionalisme yang tinggi.

KH Muhajirin lahir di Jakarta, 10 November 1921. Pendidikan formal ditempuhnya di Darul ‘Ulum Addiniyyah, Makkah Al-Mukarramah (1949-1955). Ia juga memperdalam ilmu melalui sejumlah jalur pendidikan nonformal, seperti Pesantren Mester (Jatinegara) Jakarta (1936-1946), beberapa pesantren di Jawa Barat (1942), pesantren di Jakarta Kota (1942), Pesantren Buntet Cirebon (1942-1945), Masjidil Haram, Mekkah (1947-1955), dan Masjid Nabawi, Madinah (1947-1955).
Ia dikenal sebagai salah seorang staf pengajar di Darul Ulum Makkah al-Mukarromah. Di dalam negeri ia mengajar di Pesantren Bahagia bersama Kiai Abdur Rahman dan Kiai Noer Ali. Aktivitasnya tidak terbatas pada mengajar karena pada 1963 ia pun mendirikan Perguruan Annida Al-Islamy Bekasi, sekaligus menjadi pimpinannya.

Karya tulisnya antara lain Misbah Al Zhulam Fi Syarhi Al Bulugh A Maram, 8 Jilid (fiqih hadist), Idhoh Al Maurud, 2 Jilid (ushul fiqih), Muhammad Rasulullah (tarikh), Mirah A Muslmin Fi Siroh Khulafa Al Rasyidin (tarikh), Al Muntakhab Min Tarikh Daulah Umayah (tarikh), Qowaid Al Khoms Al Bahiyyah (qowaid fiqih), al-Istidzkar(mustholah hadist/ushul hadits), Ta’liqot Ala Matini Al jauharoh 2 Jilid (tauhid), Mukhtaroh Al Balaghoh 2 Jilid (balaghah), Qowaid Al Nahwiyah 2 Jilid (nahwu/tata bahasa Arab), Al Qoul Al Hatsis Fi Mustholah Al Hadits (ushul fiqih), Taysir Al Ushul I Ilmi Al Ushul (ushul fiqih), Qowaid Al Mantiq 2 Jilid (mantiq), Mutholaah Mahfudzot, Takhrij Al Furu’ Ala Al Ushul, Tathbiq Al Ayat Bi Al Hadist, Tasawwuf, dan Faroid. Selain itu ada juga tulisan2 yang belum sempat dicetak.

ditulis ulang oleh ~ Pak RT
sumberdr berbagai sumber
#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Habib Abdullah Zaky al-Kaff (Bandung) bercerita saat dirinya hendak mondok ke Mbah Maimun Zubair. Sebelum berangkat ke pondok, Habib Zaky dikasih tahu oleh pamannya, “Nanti kalau sudah di sana, jangan kasih tahu Mbah Maimun kalau kamu ini masih dzuriyah G (cucu Nabi) ya?!”
Sesampainya di sana, Habib Zaky sowan ke Mbah Maimun Zubair. Kemudian, ia ditanya oleh Mbah Maimun, “Nama kamu siapa?”

“Nama saya Zaky,” jawab Habib Zaky menutup-nutupi jati dirinya. Selain juga karena wajah Habib Zaky tidak begitu ke-Arab-an. Walhasil, saat perkenalan para santri usai mulailah aktifitas seperti biasanya. Semua kembali ke kamar masing-masing untuk tidur dan beristirahat.
Singkat cerita, saat waktu tengah malam, kamar Habib Zaky digedor-gedor. Para santri pun kaget, ternyata yang menggedor-gedor pintu kamar adalah Mbah Maimun Zubair. “Mana yang namanya Zaky? Kamu tidak ngaku ya, kalau kamu masih dzurriyah Nabi?! Saya barusan didatangi Rasulullah di dalam mimpi. Lalu, Rasulullah berpesan kepada saya untuk nitip cucunya.”
Kemudian Mbah Maimun Zubair melanjutkan, “Kalau kamu masih tidak mengaku dzurriyah Nabi, pilih mana mondok di tempat saya atau keluar dari pondok saya?!”

Mbah Yai Maimun Zubair terkenal sebagai tokoh ‘alim yang juga terkenal karena keta’dzimannya dan kecintaannya pada dzurriyah Rosulullah. Itulah contoh akhlaq Mbah Moen terhadap dzurriyah Nabi. Semoga kita bisa mencontoh dan mendapatkan berkah para habaib, ulama’ dan wali Allah. Amien. (red)

ditulis ulang oleh Pak Rt
sumber https://bangkitmedia.com/titipkan-dzurriyahnya-mondok-rasulullah-saw-datangi-mbah-moen-sarang/

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#PejuangIslamNusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

MENGENANG KISAH TURUNNYA SIMTHUD DURAR

Buku biografi Habib Ali Al Habsy.



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~
Allahumma sholli alaa sayyidina muhammad wa aalihi washohbihi wassalim
Mawlid Simtud Duror merupakan kitab maulid yang cukup agung yang dibaca oleh umat muslim di seluruh dunia khususnya yang dibawa dari bani alawy yaitu para habaib yang berdakwah menyebar keseluruh dunia.
Banyak keistimewaan dan keberkahan alam Mawlid ini.
Berikut dikisahkan dari buku biografi Habib Ali Al Habsy tentang penulisan kitab mulia ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ketika usia Habib 'All menginjak 68 tahun, ia menulis kitab maulid yang diberinya nama Simtud Durar.

Pada hari Kamis 26 Shafar 1327 H, Habib 'All mendiktekan paragraf awal dari Maulid Simtud Durar setelah memulainya dengan bacaan basmalah:

"Alhamdulillahil qowiyyi Sultonuh,Alwadlihi Burhanuh(u)"

sampai dengan ucapan beliau:

"Wa Huwa Min Fawqi 'Ilmi ma Qodroathuuu,Rif'atan fi syuuwnihi wa Kamalaa.."

Ia kemudian memerintahkan agar tulisan itu dibacakan kepada beliau. Setelah pendahuluan yang berupa khutbah itu dibacakan, beliau berkata, "Insya Allah aku akan segera menyempurnakannya. Sudah sejak lama aku berkeinginan untuk menyusun kisah maulid. Sampai suatu hari anakku Muhammad datang menemuiku dengan membawa pena dan kertas, kemudian berkata kepadaku, 'mulailah sekarang.' Aku pun lalu memulai-nya."

Kemudian dalam majelis lain beliau mendiktekan maulidnya

"Fasubhanalladzi Abroza Min Hadrotil Imtinan,Wa Yuktabu Biha Bi'inayatillahi Hizbih..."

Pada hari Selasa, awal Rabi'ul Awwal 1327 H, ia memerintahkan agar maulid yang telah beliau tulis dibaca. Beliau membukanya dengan Fatihah yang agung. Kemudian pada malam Rabu, 9 Rabi'ul Awwal, beliau mulai membaca maulidnya di rumah beliau setelah maulid itu disempurnakan. Beliau berkata, "Maulid ini sangat menyentuh hati, karena baru saja
selesai diciptakan."

Pada hari Kamis, 10 Rabi'ul Awwal beliau menyempurnakan-nya lagi. Pada malam Sabtu, 12 Rabi'ul Awwal 1327 H, ia membaca maulid tersebut di rumah muridnya, Sayyid 'Umar bin Hamid as-Saggaf. Sejak hari itu Habib 'Ali kemudian membaca maulidnya sendiri: Simtud Durar. Sebelumnya ia selalu membaca maulid al-Haftdz ad-Diba'i.

Maulid Simtud Durar yang agung ini kemudian mulai tersebar luas di Seiwun, juga di seluruh Hadhramaut dan tempat-tempat lain yang jauh. Maulid ini juga sampai ke Haramain yang mulia, Indonesia, Afrika, Dhafar dan Yaman. Disebutkan bahwa maulid Simtud Durar pertama kali dibaca di rumah Habib 'Ali, kemudian di rumah muridnya, Habib 'Umar bin Hamid. Para sahabat beliau kemudian meminta agar Habib 'All membaca maulid itu di rumah-rumah mereka. Ia berkata kepada mereka, "Selama bulan ini, setiap hari aku akan membaca Maulid Simtud Durar di rumah kalian secara bergantian.

Tanggal 27 Sya'ban 1327 H, Sayyid Hamid bin 'Alwi al-Bar akan pergi ke Madinah al-Munawwarah membawa satu naskah maulid Simtud Durar yang akan dibacanya di hadapan Nabi shallalldhu 'alaihi wa sallam. Nabi shallalldhu (alaihi wa sallam akan merasa sangat senang.

Habib 'All radhialdhu 'anhu berkata:
Dakwahku akan tersebar ke seluruh wujud. Maulidku ini akan tersebar ke tengah-tengah masyarakat, akan mengumpul-kan mereka kepada Allah dan akan membuat mereka dicintai Nabi shallalldhu 'alaihi wa sallam.

Jika seseorang menjadikan kitab maulidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya, maka rahasia (sir) al-Habib shallalldhu 'alaihi wa sallam akan tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab itu dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubung-an dengan Nabi shallalldhu 'alaihi wa sallam. Pujianku kepada Nabi shallalldhu 'alaihi wa sallam dapat diterima oleh masyarakat.

1ni karena besarnya cintaku kepada Nabi shalldlahu alaihiwa sallam. Bahkan dalam surat-suratku, ketika aku menyifatkan Nabi shallaltdhu 'alaihi wa sallam, Allah membukakan kepadaku susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah kepadaku. Dalam surat menyuratku ada beberapa sifat agung Nabi shallaahu 'alaihi wa sallam andaikan Nabhani membacanya, tentu ia akan memenuhi kitab-kitabnya dengan sifat-sifat agung itu.

Munculnya Maulid Simtud Durar di zaman ini akan menyempurnakan kekurangan orang-orang yang hidup di zaman akhir. Sebab, tidak sedikit pemberian Allah kepada orang-orang terdahulu yang tidak dapat diraih oleh orang-orang zaman akhir, tapi setelah maulid ini datang, ia akan menyempurnakan apa yang telah terlewatkan. Dan Nabi shallaltdhu 'alaihi wa sallam sangat menyukai maulid ini.

Maulid Hari Kamis Akhir Bulan Rabi'ul Awwal

Suatu hari Habib 'Abdul Qadir bin Muhammad bin 'Ali al-Habsyi, cucu penulis Simtud Durar berpidato:

"Wahai saudara-saudaraku. Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah atas nikmat yang agung dan karunia yang besar ini. Allah Jalla wa 'Ala bermurah kepada kita sehingga kita dapat mengadakan acara agung yang dahulu diselenggarakan sendiri oleh penulis kitab Maulid ini, pendiri acara yang agung ini sejak 90 tahun yang lalu. Acara itu dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah. Ada yang datang dari Hijaz, Dhafar, Sawahil dan negara-negara lainnya. Ada yang memperkirakan, jumlah orang yang menghadiri maulid tersebut sekitar 30.000 orang.

Habib 'Ali membiayai keperluan mereka semua. Dan beliau juga mengurus jamuan dan kendaraan mereka. Sebab, saat itu tidak ada mobil atau pesawat. Semua orang datang dengan mengendarai onta dan kendaraan lain. Beberapa orang dan pegawai pemerintah mengkhawatirkan hal ini, "Wahai Habib 'Ali, manusia berdatangan dari segenap penjuru, bagaimana pembiayaannya" Habib 'Ali menjawab, "Kalian sambut saja mereka, bukalah rumah kalian untuk mereka, Allah nanti yang akan memberi mereka rezeki, bukan aku atau kalian. Bukalah rumah kalian untuk mereka, aku akan menyediakan segala sesuatunya kepada kalian. Jika ada yang kekurangan, pergilah ke tempat fulan dan fulan." Beliau menyebutkan beberapa nama sehingga mereka dapat mendatangi orang-orang itu untuk mengambil semua yang diperlukan.

Maulid yang agung ini dihadiri oleh para munshib, dai dan ulama yang berasal dari berbagai daerah. Mereka semua berkumpul sehingga turunlah madad, kebaikan, keberkahan dan nafahat yang agung. Para munshib datang dengan rombongan hadhrah mereka: ada yang dari Syihr, Ghail dan dari berbagai tempat lain. Kota Seiwun dipadati oleh manusia sebagaimana dikatakan oleh Habib 'Ali:

Seiwun memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain.

Menjelang hari Kamis terakhir bulan Rabi'ul Awwal, para buruh meminta ijin dari majikan mereka untuk tidak masuk kerja. Pernah seorang buruh ditanya mengapa harus libur, ia menjawab: Wahai Habib, ketahuilah, waktuku setahun berlalu begitu saja; sia-sia. Sekarang yang kumiliki tinggal dua hari ini saja, yaitu hari-hari pembacaan maulid. Nanti, ketika manusia telah berkumpul di lembah itu, Habib 'Ali akan berdiri dan menyeru orang-orang ke jalan Allah, mengajak mereka bertobat dan mendoakan mereka, maka semua dosa dari orang-orang yang berkumpul di situ pasti diampuni.

'Ammi 'Umar bin Hasan al-Haddad berkata, "Perhatikanlah, bagaimana kaum awam dapat menemukan sir."
Sumber: Buku biografi Habib Ali Al Habsy.

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Mawlana Habib Luthfi Bin Yahya "Siroh Singkat Wali Sanga"   

Assalamu'alaikum wahai para sahabat~
Sebenarnya Wali Sanga di Indonesia itu tidak hanya yang biasa dikatakan oleh ahli sejarah, Saya akan bercerita tentang Wali Sanga yang ini menyimpang dari para ahli sejarah. Ahli sejarah itu membuatnya berdasarkan kepentingan politik. Wali sanga itu ada lima generasi.

Generasi pertama dipimpin oleh Syaikh Jamaludin Husein atau Syeikh Jumadil Kubro yang membawahi delapan wali lainnya. Sebagian terpencar di Sumatera.

Generasi kedua dipimpin oleh Syaikh Maulana Al-Malik Ibrahim yang membawahi delapan wali lainnya diantaranya Sayyidina Imam Quthub Syarif bin Abdullah Wonobodro, Syaikh Muhammad Sunan Geseng, Sayyid Ibrahim, Sunan Gribig, Amir Rahmatillah Sunan Tembayen, Imam Ali Ahmad Hisamuddin (Cinangka, Banten lama), al-Imam Ahmad Zainul Alam.

Generasi ketiga dipimpin oleh Imam Maulana Ibrahim Asmoroqondi / Pandito Ratu (Tuban, Gresik) yang membawahi delapan sunan, diantaranya: Sunan Ali Al-Murtadlo (Genjang), Wali Lanang (Maulana Ishaq), Imam Ahmad Rahmatillah, Sayyid Jalal Tuban, Syaikh Datuk Kahfi / Dzatul Kahfi / Sayyid Mahdi Cirebon, Syaikh Muhammad Yusuf Parang Tritis Jogja, Syaikh Maulana Babullah (Belabenung).

Generasi keempat dipimpin oleh Imam Ahmad Rahmatillah (Sunan Ampel) yang membawahi delapan sunan diantaranya: Sultan Abdul Fatah, Sunan Drajat, Syaikh Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syaikh Maulana Utsman Haji, Syaikh Muhammad bin Abdurrahman (Sunan Mejagung), Syaikh Maulana Ja’far Shadiq (Sunan Kudus), Sayyid Abdul Jalil (Sunan Bagus Jeporo, Bukan Syaikh Siti Jenar).

Generasi kelima dipimpin oleh Sunan Bonang yang membawahi delapan wali, diantaranya Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijogo, Sultan Trenggono, Sunan Zainal Abidin / Qadli Demak, Sunan Muria.

Pada masa Syaikh Jamaluddin Husein perjuangan dititikberatkan pada keorganisasian, dedikasi, ekonomi. Kemudian dilanjutkan dalam dunia pendidikan dan pengkaderan pada masa Sayyid Malik Ibrahim, sehingga dapat memasuki wilayah kerajaan tanpa campur tangan politik dan (imbalan) ekonomi. Selanjutnya pada masa Syaikh Asmoroqondi, mulai dilakukan pengaturan struktur organisasi sebagai media dakwah serta memperkuat perekonomian dan spiritual. Selanjutnya pada masa Sunan Ampel dilanjutkan dengan pemetaan geografi dan antropologi, pembangunan ekonomi dan pertanian, pengelolaan tanah hadiah dari Hayam Wuruk dan Gajah Mada, sehingga bisa menghidupi dakwah dan pendidikan. Selain itu, kerapian organisasi lebih disempurnakan sehingga melahirkan ketatanegaraan/negarawan, ekonom, pertanian, yang diantaranya dipegang oleh putra beliau, Maulana Hasyim, seorang ulama, fuqoha, tasawwuf, ekonom, mampu memberdayakan ekonomi umat, sehingga fuqara, masaakin, aytam, dan para siswa terjamin hidupnya.

Sunan Bonang; merupakan seorang yang ‘allaamah, membidangi segala ilmu, guru besar dari para sultan/ratu, senopati, adipati, tumenggung, dan guru para wali dan ulama. Kedudukan beliau shulthaan al-auliyaa’ fii zamaanihi.

Imam Ja’far Shadiq; merupakan seorang muhaddits dan faqiih, mahir ilmu kelautan, ekonomi, dan pola pendidikan sehingga mampu mensejahterakan kerajaan dan lingkungan, serta seorang budayawan.

Sunan Kalijogo; merupakan seorang ‘alim yang sangat memahami budaya, sekalipun aliran-aliran dan agama lain, sehingga mampu mengendalikan segala aliran, dari situ beliau mendapat gelar Kalijogo (kalinya aliran-aliran). Disamping itu, beliau merupakan budayawan, seniman, pengarang gending dan lagu yang berbentuk puisi ataupun syair. Beliau juga seorang dalang yang mampu memadukan dari mahabharata menjadi carangan, dari carangan menjadi karangan dan karangan itu menjadi pakem para dalang. Media tersebut juga menjadi media dakwah.

Sunan Giri (Muhammad ‘Ainul Yaqin); merupakan seorang yang mahir hukum, mufti di zamannya dan fatwanya sangat ditaati, pengaruh beliau sampai pada anak cucunya, diantara keabsahan para sultan di jawa, beliaulah yang melantiknya.

Sultan Abdul Fatah; merupakan seorang ‘alim bijaksana, luas wawasannya dalam kebangsaan, seorang negarawan, seorang politisi yang sangat rapi dalam mengatur struktur pemerintahan di zamannya, pengaruh beliau sampai malaka bahkan Turki di zaman itu.

Syaikh Ali Zainal Abidin / Qadli Demak; merupakan orang yang ‘allamah, kebijakan-kebijakan beliau dalam syariat sangat dihargai pada waktu itu, beliau sangat sukses dalam menjaga pemerintahan, keamanan, dan pertahanan nasional.

Sunan Gunung Jati; merupakan orang yang sangat ‘allamah, negarawan, budayawan, ahli strategi, pengaruhnya sangat luar biasa di kalangan muslim maupun non muslim, disegani dan dicintai umat, serta menjadi pelindung umat dan bangsa.

Sunan Muria; merupakan shulthaan al-Auliyaa’ fii zamanihi, pembesar ahli thariqah, budayawan, seniman, ekonom. Pengaruh beliau sangat luar biasa dari semua kalangan menengah, atas, dan bawah. Pertumbuhan thariqoh di zamannya mekar. Beliau pendamai dan sangat disegani dan dicintai umat.

Sunan Bagus Jeporo (Syaikh Abdul Jalil); merupakan seorang sufi yang faqih, pengendali dari bentuk gejolak yang akan membawa perpecahan, sehingga tumbuh kedamaian dan ketentraman. Syaikh Abdul Jalil ini bukan Syaikh Abdul Jalil yang Syaikh Siti Jenar.

Demikianlah Siroh singkat Wali Songo yang disampaikan Habib Muhammad Luthfi Yahya di ndalem beliau pada hari jumat tanggal 13 April 2012, yakni ketika kami dari Idarah ‘Aliyah MATAN berkonsultasi terhadap pola pengkaderan di MATAN, lalu beliau memberi masukan agar pola pengkaderan di MATAN seperti kisah Wali Songo.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran, hikmah, dan menjadikan kisah di atas sebagai teladan untuk gerak dan perjuangan kita. Amien. Al-Fatihah


ditulis ulang oleh Pak Rt
sumber Suluk JATMAN

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI


Assalamu'alaikum Para Santri~

GUS MIEK Di sebuah Hotel di kawasan Surabaya, suasana kafe gaduh. Hentakan musik menggebrak setiap sudut ruangan. Kepulan asap rokok menyesakkan dada. Bau alkohol menusuk hidung. Seorang lelaki berwajah teduh duduk mengobrol di pojok kafe, tubuhnya sedang, rambutnya ikal.

Sebatang rokok terselip di antara jari-jarinya. Ia ditemani beberapa orang.Dari mulutnya meluncur kalimat-kalimat menyejukkan. Terkadang terdengar tawa segar. Lelaki itu adalah Gus Miek yang akrab mereka panggil dengan sebutan PAPI. Kata banyak orang lelaki itu sering menghabiskan waktunya di kafe tersebut. Bahkan tidak hanya di Kafe Elmi, di beberapa diskotik Surabaya pun namanya banyak dikenal. 

Suatu ketika Gus Miek diderekaken Gus Farid (putra KH Ahmad Siddiq) yang dikenal sebagai muridnya, bertandang ke sebuah diskotek. Di sana, Gus Farid mencoba menutupi identitas Gus Miek agar tidak dilihat dan dikenali pengunjung diskotek itu.“Gus, apakah jama’ah sampeyan kurang banyak?""Apakah sampeyan kurang kaya?""Kok mau masuk tempat seperti ini?" Tanya Gus Farid kemudian. Gus Miek terlihat emosi mendengar pertanyaan orang terdekatnya, yang telah lama mengikutinya.“Biar nama saya cemar""Apalah arti sebuah nama. Paling mentok, nama Gus Miek hancur di mata umat.""Semua orang yang di tempat ini, di diskotik ini, juga menginginkan surga, bukan hanya kaum santri dan bersarung saja yang menginginkan surga. Tetapi, siapa yang berani masuk ke tempat seperti ini..?""Kyai mana yang mau masuk ke tempat-tempat seperti ini?!” Jawab Gus Miek.

Gus Farid terdiam. Tak lama setelah itu, Gus Miek pun kembali ceria seolah lupa dengan pertanyaan Gus Farid barusan. Itulah dunia Kiai Hamim Jazuli alias Gus Miek. Beliau adalah tokoh sentral pendiri Semaan Al-Quran JANTIKO, yang artinya JANTIKO adalah Jama'ah anti koler yang pengikutnya ribuan orang. Semaan adalah kegiatan membaca Al-Quran oleh para penghafal Al Qur'an atau hafidz secara bergantian, dan didengar atau disemak oleh banyak orang dalam sebuah majelis. Beliau dikenal sebagai Kiai yang mengayomi umat, terutama rakyat jelata. Kekhasan gayanya dalam menyebarkan kebenaran sangat unik. Tidak seperti ulama lainnya, lahan garapannya adalah orang-orang pinggiran yang sering disebut “Manusia Malam.” 

Banyak cerita yang beredar tentang almarhum Gus Mik. Mulai dari kehidupan sehari-harinya sampai keanehan-keanehan yang sering di luar nalar. Beliau memang memiliki kelebihan yang unik. Hampir di sepanjang hayatnya Gus Miek dekat dengan kaum pinggiran atau yang terpinggirkan. Gus Miek ketika keluar lebih suka berpakaian trendi, seperti bercelana jeans memakai kaos dan tak lupa berkacamata hitam. 
Pergaulannya sangat luas. “Saya merasa dituntut untuk menguasai bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati,” Katanya suatu ketika.Tentang dakwahnya di tempat tempat maksiat, Gus Miek berkata“Kalau saya masuk ke tempat-tempat seperti diskotik, karaoke, saya hanya tertawa. Saya sendiri senang. Tetapi saya lebih tertarik pada pendapat seorang ulama terdahulu, jika tidak salah namanya Imam Ahmad bin Hambal. Kalau masuk ke tempat hiburan yang diharamkan oleh Islam, justru Imam Ahmad bin Hambal berdoa, di pintu pertama ia berdoa: Ya Allah, seperti halnya Kau buat orang-orang ini berpesta-pora di tempat seperti ini, semoga berpesta poralah di akhirat nanti.

”Sewaktu Gus Miek masih sugeng, banyak orang memburunya, bahkan tidak sedikit yang merelakan waktunya berjam-jam, bahkan berhari-hari untuk dapat bertemu dengannya, walau hanya sekedar bersalaman. Tamunya berdatangan dari berbagai golongan, mulai dari tukang becak, santri, politikus, pejabat sampai jenderal. Dari yang muslim sampai yang non muslim. Mereka percaya bertemu dengan Gus Mik akan membawa berkah tersendiri. Mereka kebanyakan datang untuk minta nasihat tentang berbagai persoalan hidup.Meski dikenal sebagai seorang Kyai, Gus Miek sangat rendah hati. “Saya ini bukan kiai, bukan ulama. Saya adalah orang yang dipaksakan untuk dipanggil kiai. Saya cuma ingin benar dan tak ingin terlalu banyak salah,” katanya. 

Gus Miek juga tak segan-segan membantu orang yang dalam kesusahan. Bisa dimaklumi jika tamunya berjubel. Beliau mengaku tak kuasa menolak tamu, yang minta doa untuk menyelesaikan berbagai masalah, mulai dari bisnis sampai soal perjodohan.Selain rendah hati, sesungguhnya Beliau adalah orang yang sangat sederhana. 
Ketika berada di Surabaya Gus Miek lebih suka tidur beralaskan kertas koran di rumah Pak Syafii, kawasan Masjid Ampel, salah seorang sahabatnya. Kadang-kadang tidur di kursi plastik jebol ditemani sebuah teko kuningan berisi teh kental tak lupa sebuah asbak pebuh puntung rokok kretek. Karena Beliau memang perokok berat.

Disuatu kesempata Gus Mik dhawuh "Kita jangan sekali-kali sok suci atau super bersih. Sebab di bumi ini ada dua penampilan.""Pertama, penampilan sebagai manusia satu-satunya di bumi yang paling top, paling sukses, paling suci, paling bersih."
"Kedua, sebaliknya, sebagai manusia penghuni bumi yang bukan apa-apa. SAYA HANYALAH SAYA. Insyaallah kalau dalam jiwa kita sudah tertanam perasaan sebagai hamba Allah, akan tertanam pula rasa dosa, rasa salah, rasa kekurangan, sehingga keinginan untuk mohon pengampunan kepada Allah akan lebih besar dan meningkat, dan itu ternyata sulit."

"Termasuk saya sendiri, yang ngomong belum tentu bisa apa-apa,”

illaruhi kagem Gus Miek Biridlolillah Afatekhah....amin

ditulis Ulang oleh Pak Rt
sumber berbagai sumber

#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan 
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

SEBUAH TELADAN GUS DUR " Tidak Ingin Kebaikannya Dibicarakan Orang" 




Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

KH. Marzuki Mustamar : " Gus Dur Tidak Ingin Kebaikannya Dibicarakan Orang".

Inilah alasan mengapa Gus Dur sering ke gereja dan dekat dengan non-muslim, oleh KH. Marzuki Mustamar.

Tadi malam saat memberikan mau'idloh dlm acara Haul Mbah Ibrohim Asmoroqondi, KH. Marzuki Mustamar berkisah banyak tentang Gus Dur yang tentu layak kita jadikan inspirasi :

Kisah Pertama

Di suatu saat Kyai Mahfud (sahabat dekat Gus Dur) menyampaikan sebuah fakta kepada KH. Marzuki Mustamar tentang alasan Gus Dur dekat dengan para pastur, seperti Romo Mangun.

Gus Dur menyampaikan bahwa "Tujuanku dekat dengan "Si Romo" adalah agar dia menghentikan misi kristenisasinya".

Diketahui bahwa Si Romo ini memang seorang misionaris, yakni biasanya mendatangi desa-desa terpencil dan membagikan sembako disertai nasehat atau ceramah tentang kekristenan. Maka, setelah Gus Dur dekat dengannya tentu sering diajak ke tempat-tempat tersebut dan tentu juga tak mungkin Si Romo melancarkan misinya karena malu kepada Gus Dur.

Kisah Kedua

Gus Dur pernah ditanya oleh Kyai Marzuki sendiri mengapa sering ke gereja, maka jawab beliau : "Apa tidak boleh aku ikut merawat umat yang tercecer ?", Apa kamu kira di gereja tidak ada umat islam yang bekerja di sana ?, Apa salah bila di Gereja aku menyampaikan kebenaran tentang islam, agar mereka mengetahui tentang islam yang sebenarnya, sehingga yang muslim tetap islam dan yang kristen bisa masuk islam ?".

Biasanya Gus Dur juga bertanya dan menasehati para muslim yang bekerja di gereja ; "Kamu masih islam kan ?, kuatkan ke islaman-mu !".

Kisah Ketiga

Pernah diketahui bahwa Gus Dur "terlihat kontras" dengan Mbah Yai Maimun Zubair, Sarang. Namun nyatanya saat Gus Dur wafat yang termasuk jadi imam sholat jenazah adalah beliau. Dan saat peringatan 1000 hari wafatnya Gus Dur, Mbah Yai Maimun Zubair memimpin kegiatan tahlilan dan punya kesempatan menyampaikan fakta yang sungguh mengharukan.

Bahwa ternyata semua adalah rekayasa Gus Dur sendiri agar beliau tidak dibicarakan kebaikannya saat masih hidup, yakni saat Mbah Yai Maimun "mau mantu", Gus Dur bermaksud menawarkan bantuan beberapa puluh juta rupiah kepada MbahYai Maimun dengan catatan ini dirahasiakan dan hanya beliau berdua yang mengetahui, bahkan Gus Dur malah merekayasa agar seakan-akan "ada permusuhan" di antara keduanya.

Maka selanjutnya terjadilah, banyak orang mencibir Gus Dur dan menyebutnya santri yang sudah tidak perhatian dan taat kepada Kyai.

Kisah Keempat

Di sini ada dua kisah yang dialami sendiri oleh KH. Marzuki Mustamar :

Kisah pertama : setelah peringatan 40 hari wafatnya Gus Dur, tiba-tiba ada tamu yang datang ke "ndalem" KH. Marzuki Mustamar dan memberikan sebuah piagam juga beberapa ratus sarung pemberian Gus Dur. Kyai Marzuki Mustamar bertanya : "Kok tidak diberikan saat beliau masih hidup ?", si tamu menjawab: "Karena ini adalah wasiat Gus Dur".

Kenapa piagam dan sarung ?. Diketahui bahwa KH. Marzuki Mustamar telah berhasil menguasai gereja di Malang dengan mengislamkan banyak orang di sana, sehingga gerejanya jadi kosong. Lalu KH. Marzuki Mustamar membeli gereja itu dan menjadikannya madrasah.

Rupanya Gus Dur mendengar hal tersebut dan berinisiatif memberikan "penghargaan" dan sejumlah sarung sebagai bentuk dukungan bagi para mu'allaf. Namun hal ini tidak beliau berikan semasa masih hidup karena tidak ingin kebaikannya dibicarakan banyak orang.

Kisah kedua, yaitu setelah 100 hari peringatan wafatnya Gus Dur, ada tamu lagi yang datang ke "ndalem" KH. Marzuki Mustamar dan menyerahkan tiga koper tas yang setelah dibuka berisi uang Rp 3.000.000.000 (3 miliar). Tamu tersebut menyampaikan pesan bahwa uang tersebut adalah pemberian Gus Dur dan agar dibagikan ke para yatim piatu se-Kabupaten Malang.

Lagi-lagi Gus Dur tidak mau kebaikannya dibicarakan selama masih hidup, maka beliau berwasiat demikian.

Kisah Kelima

Setelah terjadinya "Bom Bali", Gus Dur sangat sedih dan bingung, yakni memikirkan kondisi "keamanan" kaum muslimin di sana, maka atas kecerdasan Ilahy nya Gus Dur mengangkat ketua Hindu Bali sebagai ketua dewan Syuro PKB yang tentu ini ditentang banyak orang termasuk dari kalangan NU, namun beliau tetap pada pendiriannya.

Faktanya, respon masyarakat Hindu kepada Islam tetap baik-baik saja, terutama kepada NU. Kemudian saat KH. Marzuki Mustamar datang ke Bali untuk berceramah, beliau cukup menunjukkan KARTANU (Kartu Anggota NU) kepada aparat kepolisian yang berjaga-jaga dan beliau pun aman dalam berdakwah.

Fakta kedua, dikabarkan bahwa ketua Hindu tersebut akhirnya masuk Islam dan jadi muslim yang taat sampai saat ini.

Kisah Keenam

Sepeninggal Gus Dur, banyak sekali diketemukan bangunan Masjid dan tanah wakaf yang berasal dari pemberian beliau, hingga luar pulau bahkan sampai negara Belanda, maka sebab hal-hal inilah beliau dekat dengan tokoh-tokoh non-muslim hanya demi melancarkan strategi dakwahnya, termasuk meloloskan izin pendirian sebuah Masjid di Belanda yang saat ini ketua ta'mirnya adalah putra ketua Korcab Banser se-Kabupaten Malang.

-----------------------------

Inti Mauidloh Hasanah KH. Marzuki Mustamar :

LEBIH BAIK DIANGGAP BURUK NAMUN KENYATAANNYA BAIK, DARI PADA DIANGGAP BAIK TAPI KENYATAANNYA BURUK.*

Ya Allah, ridloilah Gus Dur, tempatkanlah beliau di tempat terbaik di sisi-Mu, dan jadikanlah kami para pengikutnya senantiasa menetapi islam, iman dan ihsan sesuai haluan Ahlussunah wal Jama'ah, aamiin...

Dalam acara haul Mbah Ibrohim Asmoroqondi, Palang - Tuban.

Lahul Fatihah..

ditulis Ulang Oleh Pak Rt

#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Kisah Imam Ali bin Abi Thalib dengan seorang Badui Arab.

Kisah ini diceritakan oleh Syekh Bahai dalam salah satu karyanya, :


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Pada suatu hari, Imam Ali berada di masjid Kufah, Dan pada saat itu masjid kufah penuh sesak dengan para jamaah. Kemudian masuklah seorang Arab Badui melewati shaf-shaf yang full sehingga dia mampu berada di depan minbar imam Ali, melihat hal tersebut Imam Ali berkata: " Bertanyalah sesuka hatimu sebelum kau kehilanganku (wafat), tanyakanlah padaku jalan-jalan di langit, aku lebih tahu persis dari pada jalan-jalan didunia (menunjukkan keluarbiasaan beliau untuk menjawab seluruh pertanyaan).

Maka orang Arab badui tersebut bertanya, dan Imam mempersilahkan dia untuk melontarkan pertanyaan. Maka dia berkata:
Aku bermimpi melihat dengan mata kepalaku seorang anjing mensetubuhi domba betina, dan domba tersebut melahirkan anak dari persetubuhan tersebut. Pertanyaannya: gimana hukum anak tersebut, apakah diikutkan pada hukum domba yang halal dimakan atau diikutkan pada hukum anjing sehingga dia haram dimakan?

Imam menjawab: coba cek terlebih dahulu dalam mimpimu, apakah anak tersebut makan daging atau makanan ternak? Kalau makan daging berarti dia anjing, dan kalau makan makanan ternak dia berarti domba. Orang Arab Badui pun menjawab: saya melihat anak tersebut sesekali makan daging dan makanan ternak, wahai imam. Terus bagaimana?

Imam kemudian menjawab, "Kalau begitu lihat cara minumnya, kalau dia minum seperti anjing yaitu menjilat-jilat maka dia anjing, tetapi jika dia minum dengan cara domba dengan memasukkan mulutnya dalam wadah, maka anak tersebut adalah domba. Kemudian Orang Arab Badui menjawab: aku melihat anak tersebut sesekali minum seperti anjing dan sesekali seperti domba.

Imam Ali kemudian meneruskan jawabanya: kalau begitu, lihat bagaimana cara duduknya, apakah seperti anjing atau domba, kalau seperti anjing maka dia anjing, kalau seperti domba maka dia domba. Arab badui itu kemudian menjawab: aku melihatnya sesekali duduk seperti anjing, dan sesekali duduk seperti domba wahai Imam, lantas Bagaimana?

Imam kemudian menjawab, coba perhatikan disaat dia berjalan bersama hewan gembala lainnya, kalau dia terlambat datang dari kerumunannya maka dia anjing, namun jika dia tidak terlambat, bahkan mendahului kerumunan hewan ternak lainnya, maka dia domba. Arab Badui tersebut kemudian  menjawab: Aku melihatnya terkadang terlambat dan terkadang mendahului kerumunannya wahaai Imam, lantas bagaimana?

Imam Ali kemudian tertawa mendengar jawabanya ini sambil berkata: " Wahai Badui, engkau sengaja menyanggah seluruh jawabanku (agar imam Ali tidak mampu menjawab) , tapi ketahuilah bahwa Aku adalah Ali bin Abi Thalib, aku adalah kota ilmunya Nabi, aku adalah seseorang yang diberi nabi asupan pengetahuan dan ilmu yang luas sejak kecil.

Akan kujawab pertanyaanmu ini, maka Imam Ali menjawab: jika kau menyembelih anak tersebut dan engkau lihat dia memiliki usus dan tidak berlemak maka dia adalah anjing, namun jika engkau sembelih dan isi perutnya berlemak maka dia adalah domba.

Mendengar jawaban ini, Arab Badui tidak mampu lagi menyangga dan langsung terbelalak dengan keilmuan Imam Ali, sambil berkata, Rasulallah sangat benar mengatakan dirimulah wahai Ali sebagai pintu Ilmunya yang suci.   

Dinukil dari Kitab Saluni qoba antafqiduni.


ditulis oleh Habib Sholeh Muhammad


#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI
KENAPA HABIB LUTHFI BIN YAHYA FANATIK KEPADA NU? INI JAWABANNYA
Oleh: Maulana Habib Luthfi bin Yahya



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Dulu saya sering duduk di rumahnya Kyai Abdul Fattah, untuk mengaji. Di situ ada seorang wali, namanya Kyai Irfan Kertijayan. Kyai Irfan adalah sosok yang nampak hapal keseluruhan kitab Ihya Ulumiddin, karena kecintaannya yang mendalam pada kitab tersebut. Setiap kali ketemu saya beliau pasti memandangi dan lalu menangis. Di situ ada Kyai Abdul Fattah dan Kyai Abdul Adzim.

Lama-kelamaan akhirnya beliau bertanya, “Bib, saya mau bertanya. Cara dan gaya berpakaian Anda kok sukanya sarung putih, baju dan kopyah putih, persis guru saya.”
“Siapa Kyai?” jawabku.
“Habib Hasyim bin Umar,” Jawab Kyai Irfan.
Saya mau ngaku cucunya tapi kok masih seperti ini, belum menjadi orang yang baik, batinku dalam hati. Mau mengingkari/berbohong tapi kenyataannya memang benar saya adalah cucunya Habib Hasyim. Akhirnya Kyai Abdul Adzim dan Kyai Abdul Fattah yang menjawab, “Lha beliau itu cucunya.”

Lalu Kyai Irfan merangkul dan menciumiku sembari menangis hebat saking gembiranya. Kemudian beliau berkata, “Mumpung saya masih hidup, saya mau cerita Bib. Tolong ditulis.”
“Cerita apa Kyai?” jawabku.
“Begini,” kata Kyai Irfan mengawali ceritanya. Mbah Kyai Hasyim Asy’ari setelah beristikharah, bertanya kepada Kyai Kholil Bangkalan, bermula dengan mendirikan Nahdlatut Tujjar dan Nahdlah-nahdlah yang lainnya, beliau merasa kebingungan. Hingga akhirnya beliau ke Mekkah untuk beristikharah di Masjidil Haram. Di sana kemudian beliau mendapat penjelasan dari Kyai Mahfudz at-Turmusi dan Syaikh Ahmad Nahrawi, ulama Jawa yang sangat alim. Kitab-kitab di Mekkah kalau belum di-tahqiq atau ditandatangani oleh Kyai Ahmad Nahrawi maka kitab tersebut tidak akan berani dicetak. Itu pada masa Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, mufti Mekkah pada waktu itu.
Syaikh Mahfudz at-Turmusi dan Syaikh Ahmad Nahrawi dawuh kepada Kyai Hasyim Asy’ari, “Kamu pulang saja. Ini alamat/pertanda NU bisa berdiri hanya dengan dua orang. Pertama Habib Hasyim bin Umar Bin Yahya Pekalongan, dan kedua Kyai Ahmad Kholil Bangkalan (Madura).”

Maka Kyai Hasyim Asy’ari pun segera bergegas untuk pamit pulang kembali ke Indonesia. Beliau bersama Kyai Asnawi Kudus, Kyai Yasin dan kyai-kyai lainnya langsung menuju ke Simbang Pekalongan untuk bertemu Kyai Muhammad Amir dengan diantar oleh Kyai Irfan dan kemudian langsung diajak bersama menuju kediaman Habib Hasyim bin Umar.
Baru saja sampai di kediaman, Habib Hasyim langsung berkata, “Saya ridha. Segeralah buatkan wadah Ahlussunnah wal Jama’ah. Ya Kyai Hasyim, dirikan, namanya sesuai dengan apa yang diangan-angankan olehmu, Nahdlatul Ulama. Tapi tolong, namaku jangan ditulis.” Jawaban terakhir ini karena wujud ketawadhuan Habib Hasyim.

Kemudian Kyai Hasyim Asy’ari meminta balagh (penyampaian ilmu) kepada Habib Hasyim, “Bib, saya ikut ngaji bab hadits di sini. Sebab Panjenengan punya sanad-sanad yang luar biasa.” Makanya Kyai Hasyim Asy’ari tiap Kamis Wage pasti di Pekalongan bersama Hamengkubuwono ke sembelian yang waktu itu bernama Darojatun, mengaji bersama. Jadi Sultan Hamengkubowono IX itu bukan orang bodoh, beliau orang yang alim dan ahli thariqah.

Setelah dari Pekalongan Kyai Hasyim Asy’ari menuju ke Bangkalan Madura untuk bertemu Kyai Ahmad Kholil Bangkalan. Namun baru saja Kyai Hasyim Asy’ari tiba di halaman depan rumah Kyai Kholil sudah mencegatnya seraya dawuh, “Keputusanku sama seperti Habib Hasyim!” Lha ini dua orang kok bisa kontak-kontakan padahal Pekalongan-Madura dan waktu itu belum ada handphone. Inilah hebatnya.

Akhirnya berdirilah Nahdlatul Ulama. Dan Muktamar NU ke-5 ditempatkan di Pekalongan sebab hormat kepada Habib Hasyim bin Umar. Jadi jika dikatakan Habib Luthfi kenceng (fanatik) kepada NU, karena merasa punya tanggungjawab kepada Nahdlatul Ulama dan semua habaib. Dan ternyata cerita ini disaksikan bukan hanya oleh Kyai Irfan, tapi juga oleh Habib Abdullah Faqih Alattas, ulama yang sangat ahli ilmu fiqih.

Maka dari itu Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas dengan Habib Hasyim Bin Yahya tidak bisa terpisahkan. Kalau ada tamu ke Habib Hasyim, pasti disuruh sowan (menghadap) dulu kepada yang lebih sepuh yakni Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas. Dan jika tamu tersebut sampai ke Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib maka akan ditanya, “Kamu suka atau tidak kepada adikku Habib Hasyim bin Umar?” dengan maksud agar sowannya ke Habib Hasyim saja. Itulah ulama memberikan contoh kepada kita tidak perlunya saling berebut dan sikut, tapi selalu kompak dan rukun.

Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas wafat tahun 1347 Hijriyah bulan Rajab tanggal 14, dan haulnya dilaksanakan tanggal 14 Sya’ban. Tiga tahun setelahnya, tahun 1350 Hijriyah, Habib Hasyim bin Umar Bin Yahya wafat. Setahun kemudian (1351 H) adalah wafatnya Habib Abdullah bin Muhsin Alattas Bogor. Waktu itu banyak para ulama besar seperti Mbah Kyai Adam Krapyak dan Kyai Ubaidah, merupakan para wali Allah dan samudera keilmuan.


(Dokumentasi ceramah Habib Luthfi Bin Yahya pada Haul Pakisputih Kedungwuni. Editor: Syaroni As-Samfuriy).

ditulis ulang oleh Pak Rt
sumber https://youtu.be/7d_TsdSBVvE
#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI


Assalamu'alaikum Para Santri~

KH.Muhammad dimyati atau d kenal dngan sebutan abuya dimyati adalah sosok yang kharismatik,beliau d kenal sebagai pengamal tarekat syadziliyah dan melahirkan banyak santri berkelas ,mbah dim begitu orang jakarta memanggil'a.         

Muhammad dimyati bin syaikh muhammad amin,dikenal sebagai ulama yang sangat kharismatik,murid'a ribuan dan tersebar hingga macanegara, Abuya dimyati orang jakarta biasa menyapa,d kenal sebagai sosok ulama sederhana dan tidak menyerah,hampir seluruh kehidupan'a di dedikasihkan untuk ilmu dan dakwah, Menelusuri kehidupan ulama banten ini seperti melihat warna-warni dunia SUFISTIK,Perjalanan spiritualnya dngan beberapa guru sufi seperti kiai dalhar watucongol, Perjuanganya yang patut d taladani,  Bagi masarakat pandeglang provinsi banten mbah dim sosok sepupuh yang sulit tergantikan,lahir sekitar tahun 1919 d kenal pribadi bersahaja dan penganut tarekat yang d segani.

Abuya dimyati juga kesohor sebagai guru pesantren dan penganjur ajaran Ah'lusunah wal jama'ah ,pondoknya d cidahu pandeglang banten,tidak pernah sepi dari para tamu maupun para pencari ilmu,bahkan menjadi tempat rujukan santri,pejabat hingga kiai,semasa hidupnya abuya dimyati di kenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai, Masarakat banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah banten,abuya dimyati d kenal sosok ulama yang mumpuni,bukan saja mengajarkan ilmu syari'ah tetapai juga menjalankan kehidupan dngan pendekatan tasauf,abuya di kenal sebagai penganut TAREKAT NAQSABANDIYYAH QODIRIYYAH, 
Tidak salah klw sampai skrang telah mempunyai ribuan murid,mereka tersebar di seluruh penjuru tanah air bahkan luar negri,sewaktu masih hidup pesantrennya tidak pernah sepi dari kegiatan mengaji,bahkan mbah dim mempunyai majlis khusus yang namanya majlis seng,hal ini d ambil d juluki seperti ini karena tiap dinding dari tempat pengajiannya  sebagai besar terbuat dari seng d tempat ini pula abuya dimyati menerima tamu2 penting seperti pejabat pemerintah maupun para petinggi negri ,majlis seng ini lah yang kemudian di pakai'a untuk pengajian sehari2 semenjak kebakaran hingga samapai wafatnya.

Lahir dari pasangan H.AMIN DAN HJ.RUQOYAH sejak kecil memang sudah menampakan kecerdasan'a dan kesolehanya,beliaw belajar dari satu pesantren ke pesatren lain, seperti pesantren cadasari,kadupeseng pandeglang kemudian ke pesantren d plamunan hingga pleret cirebon, Abuya dimyati berguru pada ulama2 sepuh d tanah jawa,di antaran'a ABUYA ABDUL CHALIM,ABUYA MUQRI ABDUL CHAMID,MAMA ACHAMAD BAKRI(MAMA SEMPUR),MBAH DALHAR WATUCONGOL,MBAH NAWAWI JEJARAN JOGJA,MBAH KHOZIN BENDO PARE,MBAH BAIDLOWI LASEM,MBAH RUKYAK KALIWUNGU dan masi banyak lagi,ke semua guru2 beliaw bermuara pada SYECH NAWAWI AL BANTANI  Kata abuya dimyati,"para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna",d samping pula sebagai paku'a negara indonesia,setelah abuya berguru tak lama kemudian parakiai sepuh wafat.

Ketika mondok d watucongol,abuya sudah d minta untuk mengajar oleh mbah dalhar,   Satu kisah unik,ketika abuya dimyati datang pertama ke watucongol,mbah dalhar memberi kabar kepada santri2  besok akan datang "kitab banyak",dan hal ini terbukti mulai saat.masih mondok di watucongol sampai di tempat beliaw mondok lainya,hingga sampai abuya menetap,beliau banyak mengajar dan mengorek kitab2 di pondok bendopare,abuya lebih d kenal dengan sebutan"mbah dim banten",karena kewira'iannya di setiap pesantren yang d singgahinya selalu ada peningkatan santri mengaji,  Saking pentingnya ngaji dan belajar,satu hal yang sering di sampaikan dan di ingatkan mbah dim adalah,"jngan sampai ngaji di tinggalkan karena kesibukan lain atau karena umur",pesan ini sering di ulang2,seolah2 mbah dim ingin memberikan tekanan khusus, jngan sampai ngaji di tinggalkan meskipun dunia runtuh seribu kali !, 

Salah satu cerita karomah yang di ceritakan gus munir adalah,dimana ada seorang kiai dari jawa yang pergi ke maqom SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI di irak,ketika itu kiai tersebut merasa bangga karena banyak kiai di indonesia paling jauh mereka ziarah adalah maqom NABI MUHAMMAD SAW,akan tetapi dia dapat menjarahi sampai ke maqom SYEIKH ABDUL QODIL AL-JAELANI,ketika sampai di maqom tersebut,maka penjaga maqom bertanya padanya,"dari mana kamu(bahasa arab)",si kiai menjawab "dari indonesia", maka penjaganya langsung bilang"oh di sini ada setiap malam jum'at seorang ulama indonesia yang kalw datang ziarah dan duduk saja depan maqom,maka segenap penziarah akan diam dan menghormati beliaw,beliaw membaca al'quran maka penziarah lain akan meneruskan bacaan tersebut",maka kiai tadi kaget,dan berniat untuk menunggu sampai malam jum'at agar tahu siapa sebenarnya ulama tersebut,ternyata pada hari yang di tunggu2 ulama tersebut adalah abuya dimyati,maka kiai tersebut kagum,dan ketika pulang ke jawa,dia menceritakan bagai mana beliaw bertemu abuya dimyati di maqom SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI,(ketika itu abuya masih di pondok dan mengaji dengan santri2nya),

Di balik kemasyhuran nama abuya dimyati,beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja,kalaw melihat wajah beliau terasa ada perasaan adem dan tentram di hati orang yang melihatnya, Abuya dimyati menempuh jalan spiritual yang unik,beliau secara tegas menyeru: "Thariqah aing mah ngaji!",(jalan saya adalah ngaji),sebab tinggi rendahnya derajat ke ulamaan seseorang bisa di lihat dari bagai mana ia memberi penghargaan terhadap ilmu,sebagai mana yang termaktub dalam surat al-mujadilah ayat 11,"bahwa allah akan meninggikan orang2 yang beriman dan orang2 yang d beri ilmu pengetahuan",di pertegas lagi dalam hadist NABI MUHAMMAD SAW,"al-ulama'u waratsatul anbiya",para ulama adalah pewaris nabi,ngaji sebagai sarana pewarisan ilmu melalui ngaji,sunnah dan keteladanan nabi di ajarkan,melalui ngaji,tradisi para sahabat dan tabiin di wariskan,ahmad munir berpendapat bahwa ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusi unggul atas mahluk lainya guna menjalankan fungsi kekhalifahanya.

Alam spritual.di banding dengan ulama kebanyakan,abuya dimyati ini menempuh jalan spiritual yang unik,dalam setiap perjalanan menuntut ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain,selalu kegiatan abuya dimyati mengaji dan mengajar,hal ini pun di terapkan kepada parasantri,Abuya dimyati di kenal sebagai ulama yang komplet karena tidak hanya mampu mengajar kitab tetapi juga dalan ilmu seni kaligrafi atau khat,dalam seni kaligrafi ini,abuya mengajarkan semua jenis kaligrafi seperti khuf,tsulut,diwani,diwani jally,naskhy dan lain sebagainya,selain itu juga sangat mahir dalam ilmu membaca al-qur'an, Bagi abuya hidup adalah ibadah,tidak salah kalau KH,dimyati kaliwungu kendal jawa tengah pernah berucap bahwa belum pernah seseorang kiai yang ibadahnya luar biasa,menerutnya selama berada di kaliwungu tidak pernah menyia-nyiakan waktu,sejak pukul 6 pagi sudah mengajar hingga jam 11:30 Setelah istirahat sejenak selepas dzuhur langsung mengajar lagi hingga ashar,selesai solat ashar mengajar lagi hingga magrib,kemudian wirid hingga isya,sehabis itu mengaji lagi hingga pukul:24 malam,setelah itu melakukan aiyamul lail hingga subuh,

Di sisi lain ada sbuah kisah menarik,ketika bermaksud mengaji di kh.Baidlowi lasem,ketika bertemu denganya,abuya di suruh pulang,namun abuya justru smakin menggebu-gebu untuk menuntut ilmu,sampai akhirnya kia khasrtimatik itu menjawab,"saya tidak punya ilmu apa2",sampai pada satu kesempatan,abuya dimyati memohon di waris thariqoh,kh baidlowi pun menjawab,"mbah dim,dzikir itu sudah termaktub dalam kitab,begitu pula dengan shalawat,silahkan membuat sendiri saja,saya tidak bisa apa2,karena tarekat itu adalah sebuah wadzifah yang terdiri dari dzikir dan shalawat,"Jawab tersebut justru membuat abuya dimyati penasaran untuk ke sikian kalinya dirinya memohon kepada kh baidlowi,pada akhirnya kiai baidlowi menyuruh abuya untuk solat istikhoroh,setelah melaksanakan solat tersebut sebanyak tiga kali,akhirnya abuya mendatangi kh baidlowi yang kemudian di ijazahi thariqot asy syadziliyah,Abuya dimyati di penjara Abuya dimyati di kenal sebagai salah satu orang yang sangat teguh pendirianya,sampai2 karena keteguhanya ini pernah di penjara pada jaman orde baru,abuya sempet di fitnah dan di masukan ke dalam penjara,hal ini di sebabkan abuya sangat berbeda prinsip dengan pemerintah,ketika terjadi pemilu tersebut abuya di tuduh menghasut dan anti pemerintah,abuya pun di jatohi vonis selama enam bulan,namun empat bulan kemudian abuya keluar dari penjara,Abuya dimyati dan kiai dalhar Ada cerita2 menarik seputar abuya dan pertemaunya dengan para kiai besar,di sebutkan ketika bertemu dengan kiai dalhar watucongol abuya sempet kaget,hal ini di sebabkan selama 40 hari abuya tidak pernah di tanya bahkan di panggil oleh kiai dalhar,tempat pada hari ke 40 abuya di panggil mbah dalhar,"sampeyan mau apa jauh2 datang ke sini," di tanya begitu abuya pun menjawab,"saya mau mondok mbah",kemudian kiai dalhar pun berkata,"perlu sampean ke tahui,bahwa disini tidak ada ilmu,justru ilmu itu sudah ada pada diri sampean,dari pada sampean mondok di sini buang2 waktu,lebih baik sampeyan pulang lagi ke banten,amalkan ilmu yang sudah ada dan syarahi kitab2 mbah mu,karena kitab tersebut masih perlu di perjelaskan dan sangat sulit di pahami oleh orang2 awam",mendengar jawaban tersebut abuya dimyati,"tujuan saya ke sini adalah untuk mengaji,kok saya malah di suruh pulang? kalau saya di suruh mengajar kitab,kitab apa yang mampu saya karang?"kemudian kiai dalhar memberi saran,baiklah kalau sampeyan mau tetap di sini, saya mohon ajarkan lah ilmu sampeyan kepada santri2 yang ada di sini dan sampeyan jngan punya temen2",kemudian kiai dalhar memberi ijazah tareqat syadziliyqh kepada abuya,Ada beberapa kitab yang di karang oleh abuya dimyati,di antaranya adalah,MIN HAJUL ISHTHIFA,kitab ini isinya menguraikan tentang hizib nashr dan hizib ikhfa,di karang pada bulan rajab H 1379/1959 M,kemudian kitab ASHLUL QODR,yang di dalamnya khususiat sahabat saat perang badar,tercat pula kitab ROSHNUL QODR,isinya menguraikan tentang hizib nashr,ROCHBUL QOIR 1 dan 2 yang juga sama isinya yaitu menguraikan tentang hizib nashr,selanjutnya kitab BAHJATUL QOLAID,NADZAM TI JANUD DARORI,kemudian kitab tentang tarekat yang berjudul AL-HADIYYATUL JALALIYYAH,di dalamnya membahas tentang tarekat syadziliyah,Abuya dimyati meninggalkan kita semua,pada malam jum'at pahing,30 oktober 2003m/07 sya'ban 1424 H,sekitar pukul 03:00 wib,untuk umat muslim khususnya warga NU telah kehilangan salah seorang ulamanya,KH MUHAMMAD DIMYATI BIN KH MUHAMMAD AMIN AL-BANTANI,di cidahu,cadasari,pandeglang,banten dalam usia 78 th.#copas_kang_saridin_geseng

ditulis ulang oleh Pak Rt
sumber dari berbagai sumber
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Keturunan Nabi (HABAIB) yang tidak mengikuti ADAB dakwah & AKHLAQ datuknya akan menjadi fitnah akhir zaman.

ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦُ ﻋُﺜْﻤَﺎﻥَ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻟْﺤِﻤْﺼِﻲُّ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﺍﻟْﻤُﻐِﻴﺮَﺓِ ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦُ ﺳَﺎﻟِﻢٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﺍﻟْﻌَﻠَﺎﺀُ ﺑْﻦُ ﻋُﺘْﺒَﺔَ ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﻴْﺮِ ﺑْﻦِ ﻫَﺎﻧِﺊٍ ﺍﻟْﻌَﻨْﺴِﻲِّ ﻗَﺎﻝَ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦَ ﻋُﻤَﺮَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻛُﻨَّﺎ ﻗُﻌُﻮﺩًﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﺬَﻛَﺮَ ﺍﻟْﻔِﺘَﻦَ ﻓَﺄَﻛْﺜَﺮَ ﻓِﻲ ﺫِﻛْﺮِﻫَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﺫَﻛَﺮَ ﻓِﺘْﻨَﺔَ ﺍﻟْﺄَﺣْﻠَﺎﺱِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻗَﺎﺋِﻞٌ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﻓِﺘْﻨَﺔُ ﺍﻟْﺄَﺣْﻠَﺎﺱِ ﻗَﺎﻝَ ﻫِﻲَ ﻫَﺮَﺏٌ ﻭَﺣَﺮْﺏٌ ﺛُﻢَّ ﻓِﺘْﻨَﺔُ ﺍﻟﺴَّﺮَّﺍﺀِ ﺩَﺧَﻨُﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺗَﺤْﺖِ ﻗَﺪَﻣَﻲْ ﺭَﺟُﻞٍ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺑَﻴْﺘِﻲ ﻳَﺰْﻋُﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻣِﻨِّﻲ ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨِّﻲ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺋِﻲ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘُﻮﻥَ ﺛُﻢَّ ﻳَﺼْﻄَﻠِﺢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺟُﻞٍ ﻛَﻮَﺭِﻙٍ ﻋَﻠَﻰ ﺿِﻠَﻊٍ ﺛُﻢَّ ﻓِﺘْﻨَﺔُ ﺍﻟﺪُّﻫَﻴْﻤَﺎﺀِ ﻟَﺎ ﺗَﺪَﻉُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺄُﻣَّﺔِ ﺇِﻟَّﺎ ﻟَﻄَﻤَﺘْﻪُ ﻟَﻄْﻤَﺔً ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗِﻴﻞَ ﺍﻧْﻘَﻀَﺖْ ﺗَﻤَﺎﺩَﺕْ ﻳُﺼْﺒِﺢُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﻭَﻳُﻤْﺴِﻲ ﻛَﺎﻓِﺮًﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺼِﻴﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻟَﻰ ﻓُﺴْﻄَﺎﻃَﻴْﻦِ ﻓُﺴْﻄَﺎﻁِ ﺇِﻳﻤَﺎﻥٍ ﻟَﺎ ﻧِﻔَﺎﻕَ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﻓُﺴْﻄَﺎﻁِ ﻧِﻔَﺎﻕٍ ﻟَﺎ ﺇِﻳﻤَﺎﻥَ ﻓِﻴﻪِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺫَﺍﻛُﻢْ ﻓَﺎﻧْﺘَﻈِﺮُﻭﺍ ﺍﻟﺪَّﺟَّﺎﻝَ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻣِﻪِ ﺃَﻭْ ﻣِﻦْ ﻏَﺪِﻩِ
Abdullah bin Umar berkata, "Saat kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bercerita tentang fitnah, panjang lebar beliau bercerita seputar fitnah itu hingga beliau menyebutkan tentang fitnah Al Ahlas. Seorang laki-laki lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu fitnah Al Ahlas?" beliau menjawab: "Adanya permusuhan dan peperangan, kemudian fitnah sarra' yang asapnya muncul dari bawah kedua kaki seorang laki-laki Ahlu bait ku (keturunan Nabi) ia mengaku berasal dari keturunan ku padahal bukan (tdk diakui Nabi) Wali-wali ku adalah orang yang bertaqwa.
Kemudian orang-orang akan berdamai pada seorang laki-laki layaknya pangkal paha yang bertumpuk di tulang rusuk (kesepakatan yang semu). Kemudian akan muncul fitnah seorang yang buta (dengan kekuasaan), tidak seorang pun dari umat ini kecuali ia akan mendapat satu tamparan di mukanya (bencana kerusakan darinya). Ketika fitnah itu telah dianggap usai, namun fitnah tersebut justru berkelanjutan.
Seorang laki-laki yang paginya beriman menjadi kafir di waktu sore, sehingga manusia akan menjadi dua kelompok; sekelompok orang yang beriman dan tidak ada kemunafikan dalam keimanannya, dan sekelompok orang yang penuh kemunafikan dan tidak ada keimanan padanya.
Jika kondisi kalian sudah begitu, maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya (dekat kemunculannya)."
(Riwayat Abu Dawud No. 7304).
ditulis oleh
sumber
#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Di antara ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang wali adalah menjauhkan diri dari sifat yang namanya Hubbud-Dunya (cinta akan dunia) dan juga di dalam pribadinya itu terdapat ar-Rahmah bil-Muslimin (Kasih sayang/perhatian terhadap kaum Muslimin). Saya akan mencoba mencontohkan salah seorang Saadah Alawiyyin yang benar-benar dapat menjauhkan diri dari Hubbud-Dunya dan memiliki sifat dalam pribadinya ar-Rahmah bil-Muslimin seperti yang sudah saya katakan di atas. Tidak lain beliau adalah al-Habib Ali ibn Jakfar Alaydrus, Batu Pahat, Malaysia. Diceritakan bahwa al-Habib Ali ibn Jakfar ini kalau dititipi air (untuk di doakan) itu bisa sampai ratusan banyaknya, malah kadang-kadang beliau ini setiap malamnya tidak bisa tidur lantaran membaca ini, membaca itu. Bahkan juga dikatakan, terkadang beliau juga menyimpan air doa itu sampai berbulan-bulan. Kata beliau, "Mana itu orang, ini amanat dari dia, suruh kita bacain tapi tidak datang-datang lagi?" Hal yang seperti ini ditungguin oleh al-Habib Ali ibn Jakfar, MasyaAllah Tabarakallah!!

Itulah yang dinamakan "Rahmah Bil-Muslimin". Perlu diketahui, al-Habib Ali ibn Jakfar ini adalah seseorang yang tidak memiliki apa-apa. Tapi beliau ini banyak didatangi oleh tamu dan rata-rata tamunya ini membawa mobil yang mewah-mewah. Padahal rumahnya itu gedek, itu pun masih menyewa. Pintu yang ada dikamarnya memakai selambu, airnya mengambil dari tetangga. Pernah suatu ketika ada seorang yang mengatakan kepada al-Habib Ali ibn Jakfar, "Ya Habib, maukah ana bangunkan rumah yang bagus?" Kata al-Habib Ali, "Untuk siapa?" Orang itu pun berkata, "Untuk habib?!" Lalu tebak apa yang akan dikatakan oleh al-Habib Ali ibn Jakfar, beliau justru mengatakan: "Habib bentar lagi tempatnya dikuburan, bukan dirumah ini." MasyaAllah, keadaan beliau yang seperti itu dilakukan selama 40 tahun lamanya, hidup sendiri dan hanya dibantu oleh salah seorang daripada cucunya. Inilah contoh seseorang yang benar-benar dapat menjauhkan diri dari sifat "Hubbud-Dunya", subhanallah.

Memang al-Habib Ali ibn Jakfar Alaydrus adalah seorang yang bersih hatinya, tidak cinta dunia, serta memiliki perhatian terhadap kaum Muslimin. Diceritakan saat sebelum orang-orang meminta doa kepadanya, al-Habib Ali ibn Jakfar akan berkata terlebih dahulu: "Doakan saya, doakan saya." (Sebelum didoain beliau meminta didoakan terlebih dahulu). Jika ada tamu, biasanya beliau sendirilah yang melayani tamunya tersebut. Jika dikasih uang oleh tamu-tamunya, ditaruh, tamunya pergi lalu dibagi-bagikan langsung, beliau tidak pernah menyimpan uang-uang tersebut. Hatta, orang kaya pu dikasih juga oleh beliau?! Soal pakaiannya adalah pakaian yang dikenakan ketika itu dan pakaiannya yang sedang dicuci, hanya dua pasang. Allahu Akbar.(shaleh muhammad)

Kirim al-Fatihah untuk beliau, lahul-Faatihah.


ditulis Ulang Oleh Pak Rt
sumber dari cerbagai sumber

#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

KISAH SYEKH KHOLIL BANGKALAN KEDATANGAN SEORANG PENGEMIS DAN ANJINGNYA



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~

Suatu hari Almaghfullah Kyai Syaichona Kholil (Bangkalan - Madura) sedang menemui tamu tamunya di ruangan depan. Mbah Kholil yang juga Ulama besar dan salah satu guru dari KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU / kakek Gus Dur) duduk dengan salah satu lutut tertekuk di depan perut beliau sambil bercengkerama dengan para tamu tamunya di temani secangkir kopi yang ada di hadapan masing2.

Ketika sedang asyik mengobrol itu tiba2 datang seorang "gembel" dengan pakaian lusuh sambil menuntun seekor anjing masuk ke ruangan,

kontan saja semua tamu pada heran bercampur geram apalagi tanpa salam tanpa bicara dan tanpa ijin tiba2 si pengemis ini menyeruput kopi milik mBah Kholil,

terlihat juga ingus yang keluar dari hidung pengemis tak di undang ini.

Marah kah mbah Kholil??

Tidak! Mbah Kholil tampak merubah posisi duduknya seperti orang posisi duduk orang sedang sholat,telapak tangannya menyatu di atas paha, kepalanya menunduk tanpa berani menatap muka si pengemis.

Justru beberapa tamu bangkit bermaksud mengusir orang aneh ini, tapi segera di cegah oleh mBah cholil dengan isyarat tangannya.

Beberapa saat suasana hening,

 mBah cholil tetap menunduk, tamu yang ada di ruangan itu tak satupun ada yang berani bersuara sampai kemudian si pengemis berlalu tanpa sepatah katapun.

Selepas gelandangan itu pergi mBah Kholil membuka suara : "siapa yang mau meminum kopi bekas tamuku tadi"?

Tentu saja tak seorangpun yang mau, karena kopi itu bekas di minum seorang pengemis dengan ingus menempel di bawah idung! Ngeri!

"Baiklah, kalau begitu biar saya yang menghabiskan".kata mBah kholil sambil meminum sisa kopi di cangkir.

Semua tamu semakin terheran heran, belum habis rasa penasaran para tamu kemudian mBah Kholil menyambung kata lagi :

" taukah sampyan semua siapa tamu tadi,, dia Nabi Khidir, beliau habis mengunjungi sahabatnya seorang wali di Yaman dan Sudan, kemudian melanjutkan perjalanan kesini untuk menemui sahabat2nya,para Waliyullah di tanah jawa."

Kontan kemudian para tamu berebut sisa kopi yang tinggal cangkirnya itu, bahkan ada yang berebut untuk mencuci cangkirnya sekedar untuk "ngalab berkah" dari kesalehan Nabi Khidir Alaihissalam.

MBaH Kholil terkekeh dengan tingkah para tamunya ini, yah.. kebanyakan kita hanya melihat kulit, tanpa bisa melihat hati, karena mata kita sudah tertutup oleh gemerlap dunia.

" Semoga kita terjaga dlm menilai sesama hanya krn Dhohirnya semata ..,"

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim..

Ditulis ulang oleh Pak Rt
sumber https://m.facebook.com/groups/1762149757330128?view=permalink&id=2176800655865034

#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~
“Manaqib ini (Manaqib Kyai Utsman) dikumpulkan dari pengakuan dan pernyataan para habaib serta para ulama yang mengenal Hadratus Syaikh baik secara lahir maupun secara batin.

Diantaranya pengakuan dan pernyataan tersebut berasal dari al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang Jakarta, al-Habib Ali bin Husain bin Muhammad al-Atthas Bungur Besar Jakarta, al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih Malang, al-Habib Abdullah al-Haddad, al-Habib Zain al-Jufri, Kyai Hamid Karang Binangun Lamongan, Kyai Abdul Hamid Pasuruan, Nyai Khadijah dan lain lain. Juga dari Hadhratus Syaikh Muhammad Utsman sendiri sebagai Tahadduts bi an-Ni’mah berdasar firman Allah Swt.: واما بنعمة ربك فحدث . Juga untuk menjaga jangan sampai ada orang yang mengingkari atau menentangnya atau mencelanya. Juga terhadap masyayikh yang lain, menyebut manaqib sendiri semacam ini pernah dilakukan oleh ulama terdahulu untuk memperkenalkan hal ihwal mereka kepada orang lain agar ditiru, seperti Syaikh Abdul Ghafir al-Farisi, Syaikh al-Asfahaniy, Syaikh Yaqut al-Hamawy, Syaikh Abu ar-Rabi’ al-Maliki, Syaikh Shafiyuddin al-Manshur serta Syaikh Jalaluddin as-Suyuthiy.Imam as-Suyuthiy umpamanya telah menyebutkan manaqibnya sendiri dalam kitab-kitab thabaqat yaitu Thabaqat al-Fuqaha’, Thabaqat al-Muhadditsin, Thabaqat al-Mufassirin, Thabaqat an-Nuhat, Thabaqat ash-Shufiyah dan Thabaqat al-Muqrin.Imam as-Suyuthiy mengatakan: “Saya menyebutkan manaqibku sendiri hanyalah mengikuti perbuatan orang-orang salaf yang shaleh, dan untuk memperkenalkan hal ihwal saya dalam bidang ilmu agar orang lain menirunya, juga untuk Tahadduts bi an-Ni’mah.

”Adapun manaqib Hadhratus Syaikh yang terperinci dan mendetail ada di dalam kitab “Syifa’ al-Qulub li Qaul al-Mahbub” yang disusun oleh KH. Abdullah Faqih Suci Gresik. Dan kemudian disusun kembali ke dalam bahasa Arab secara sistematis dan praktis dalam kitab “Al-Lu’lu’ wa al-Marjan fi Maniqib asy-Syaikh Muhammad Utsman Ra.”Nasab dan Kelahiran Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Utsman al-IshaqiMenurut nasab yang sudah tersusun rapi di dalam keluarga.

Hadhratus Syaikh KH. Utsman al-Ishaqi adalah seorang sayyid dan seorang habib. Sebab beliau dari jalur ibu adalah keturunan Maulana Muhammad Ainul Yaqin atau yang biasa disebut sebagai Sunan Giri bin Maulana Ishaq al-Husaini. Sedangkan ayah beliau adalah keturunan Sunan Gunung Jati yang juga bermarga al-Husaini. Dengan demikian Hadhratus Syaikh KH. M. Utsman al-Ishaqi adalah anak cucu Rasulullah Saw. dengan urutan yang ke-37.Nasab beliau adalah Muhammad Utsman – Surati – Abdullah – Mbah Deso – Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan Bagus – Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo – Fadhlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim al-Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam – Jamaluddin al-Akbar al-Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri – Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi – Muhammad Shohib Mirbath – Ali Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah – Ahmad al-Muhajir – Isa an-Naqib ar-Rumi – Muhammad an-Naqib – Ali al-Uraidli – Ja’far ash-Shadiq – Muhammad al-Baqir – Ali Zainal Abidin – Husain – Ali bin Abi Thalib/Fathimah binti Rasulullah Saw.

Hadhratus Syaikh KH. M. Utsman al-Ishaqi dilahirkan di Jatipurwo Surabaya pada hari Rabu bulan Jumadil Akhir tahun 1334 H. setelah beliau bertapa dalam rahim sang ibunda selama 16 bulan. Dan selama di dalam rahim ibunya beliau sering bersin, dalam bahasa Arab disebut al-Atthas.Keistimewaannya Nampak Sejak KecilSemenjak kecil keistimewaan dan kekeramatan beliau sudah nampak tatkala Utsman kecil sudah bisa berjalan. Beliau selalu tidak ada di rumah setelah Maghrib, dan baru pulang setelah jam 11 malam dengan badan yang penuh berlumuran lumpur. Kejadian itu menjadi pertanyaan sendiri oleh keluarga. Setelah diselidiki, ternyata beliau berada di sungai didekap oleh seekor Buaya Putih.Setiap malamnya Utsman kecil selalu tidur di surau (langgar) bersama sang kakek, Kyai Abdullah. Selain kakeknya, tak ada seorangpun yang berani mendampingi Utsman kecil tidur. Karena dari kedua mata Utsman memancarkan sinar yang terang seakan menembus Iangit bagaikan lampu sorot.Sejak beliau berumur 4 tahun setiap pagi pada jam 3.00 waktu Istiwa’, beliau keluar rumah menuju Masjid Jami’ Ampel Surabaya dengan diantar oleh kakak perempuan beliau yang bernama Nyai Khadijah untuk membaca Tarhim (panggilan shalat Fajar) sampai datang waktu Shubuh di menara Masjid.
“Setiap kali beliau sampai di pintu gerbang Ampel, beliau selalu disambut banyak anak-anak kecil yang memakai kopyah berwarna putih-putih. Sesampainya di masjid anak-anak kecil tersebut hilang entah ke mana dan baru muncul kembali sewaktu beliau hendak pulang dari masjid pada jam 7.00 pagi untuk mengantarkan beliau ke pintu gerbang. Dan setelah itu mereka menghilang kembali.” Ungkap Nyai Khadijah dan Kyai Anwar.

Ketika beliau berumur 6 atau 7 tahun, pada suatu malam nampak sang rembulan atau bintang-gemintang turun dari langit seraya memancarkan sinarnya menuju Utsman kecil, dan mengitari beliau dari segala arah.Di umur 7 tahun, beliau sudah mengkhatamkan al-Quran sebanyak 3 kali di bawah asuhan sang kakek, Kyai Abdullah. Kemudian di suia itu beliau dikhitan (sunat). Setelah itu barulah beliau berpindah mengaji kepada Kyai Adro’i Nyamplungan.Semenjak mengaji kepada Kyai Adro’i, setiap beliau pulang dari Ampel, diteruskan menuju ke Nyamplungan untuk mengaji al-Quran. Setelah itu beliau menuju ke Madrasah Tashwirul Afkar di Gubbah untuk mengaji ilmu agama. Dan baru pulang setelah jam 10.00 pagi. Seharinya beliau hanya mendapatkan sangu (uang saku) sebesar 5 Sen yang berlobang tengahnya yang beliau tempelkan di kancing baju.Pernah selama 4 tahun, Utsman kecil tidak memakan makanan kecuali hanya daun-daunan dan buah-buahan. Pada waktu itu beliau menentukan untuk kebutuhan belanjanya hanya 1/2 Sen perhari. Beliau mengatakan:

“Pada waktu saya masih kecil, suatu hari saya bernafsu sekali ingin makan. Maka sayapun makan sekenyang-kenyangnya. Tetapi sebagai dendanya saya harus mengkhatamkan al-Quran sekali duduk.”Dan beliau juga menceritakan: “Pada suatu hari saya menangisi diri saya sendiri, karena ketika saya shalat teringat layang-layang, padahal saya sudah berumur 12 tahun. Berarti 3 tahun lagi saya sudah baligh dan mukallaf, bagaimana kalau saya masih ingat pada layang-layang pada waktu sholat?!”Menginjak Usia Dewasa Dilaluinya dengan Mengembara Mendalami Ilmu AgamaAhmad Asrori, putra sekaligus pengganti KH. Utsman sepeninggalnya, mengatakan bahwa ayah beliau pernah mengatakan: “Ketika saya menginjak umur 13 tahun, mata saya melihat Ka’bah di Makkah secara sadar dan nyata. Maka mata sayapun saya usap berkali-kali, tetapi tetap saja yang nampak hanyalah Ka’bah di Makkah. Kemudian saya berpikir, mungkin mata saya sudah rusak. Saya pun akhirnya minta dibelikan kaca mata khusus untuk melihat. Akan tetapi hasilnya tetap sama, Ka’bah di Makkah tetap nampak di pelupuk mata saya.
“Itulah awal kasyaf yang dialami oleh Hadhratus Syaikh, dan sejak itu kata Hadhratus Syaikh: “Saya melihat orang dengan segala kepribadiannya, ada yang menyerupai srigala, ada yang seperti truwelu, ada yang seperti babi, seperti ayam, kucing dan lain sebagainya menurut pembawaan nafsunya masing-masing. Tetapi saya tidak berani berkata terus terang, sebab itu adalah rahasia seseorang.” Ujar KH. Ahmad Asrori bin Utsman al-Ishaqi.Pada suatu hari Hadhratus Syaikh sampai larut malam tidak pulang dari madrasah seperti biasanya pada jam 10.00 pagi, sehingga orang-orang tua mengkhawatirkan keadaannya. Maka imam Raudhah Kyai Nur, atas izin orang tua beliau, berangkat mencari Kyai Utsman, dan oleh karena diberitakan bahwa Hadhratus Syaikh berada di pondok Kyai Khozin Panji, maka Kyai Nur pun berangkat ke sana. Tetapi sesampai Kyai Nur di Siwalan Panji, Hadhratus Syaikh sudah pindah ke pondok Kyai Munir Jambu Madura. Setelah orang tua beliau mendengar kabar yang demikian itu, beliau mengatakan: “Tidak usah mencari Utsman, yang penting dia sehat.”Setelah beberapa lama tinggal di pondok, beliau sakit keras, maka terpaksa beliau pulang ke rumah. Setelah berobat beliau akhirnya sembuh kembali. Kemudian Hadhratus Syaikh dipondokkan ke Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari di Tebu Ireng.Selanjutnya beliau dipondokkan ke Kyai Romli Peterongan Jombang. Pada waktu itu Hadhratus Syaikh benar-benar terikat, beliau mengatakan:
“Sewaktu saya dikirim oleh orang tua saya ke pondok, sarung saya hanya satu lembar. Apabila najis maka saya memakai tikar sebagai gantinya untuk shalat. Dan selama saya di pondok, saya tidak pernah pulang ke rumah kecuali badan saya sudah kurus benar. Sebab apabila saya pulang dan badan saya gemuk, saya dimarahi oleh orang tua dan nenek. Pernah pada suatu hari saya pulang badan saya gemuk, spontan nenek saya mengatakan: “Kalau kamu tinggal di pondok hanya untuk makan dan minum, lebih baik tinggal di rumah saja!”Suatu hari saat kepulangan Hadhratus Syaikh dari pondok, beliau menyaksikan adanya hubungan-hubungan khusus yang diselenggarakan oleh tujuh orang pemuda dan tujuh orang pemudi setiap hari di samping musholla depan rumah beliau.Melihat hal yang tidak senonoh itu, akhirnya beliau adukan kepada Kyai Romli dengan mengatakan:

“Kyai, saya melihat ada mutiara di dalam air yang keruh dan najis, apakah saya harus mengentasnya (menyelamatkanya)?”Kyai Romli menjawab: “Entaslah wahai Utsman! Dengan syarat hatimu tidak berpaling kepadanya. Kalau hatimu berpaling kepadanya, maka kamu tidak akan berjumpa denganku besok di Mahsyar.”Maka beliaupun mengumpulkan pemuda dan pemudi yang berjumlah 14 orang itu di rumah beliau setiap malam. Beliau ikuti pembicaraan-pembicaraan mereka yang intim itu sambil beliau masuki urusan keagamaan mereka. Dan beliau peringatkan kepada mereka akan siksa Allah Swt. Sampai akhirnya mereka pun bertaubat dengan taubat nasuha..Kyai Utsman pernah diadukan oleh seorang ulama kepada Kyai Romli karena beliau diketahui telah mengadu ayam. Mendengar pengaduan itu Kyai Romli menjawab: “Saya tidak berani melarangnya dan Kyai tidak usah menirunya mengadu ayam.”Awal Mula Diangkat Sebagai Mursyid ThariqatKawan dekat Hadhratus Syaikh yang bernama KH. Hasyim Bawean pernah bercerita: “Hadhratus Syaikh dibaiat oleh Kyai Romli pada hari Rabu tanggal 16 Sya’ban tahun 1361 H/1941 M. Setelah beliau dibaiat selama satu minggu beliau menyusun silsilah Thariqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah atas perintah Kyai Romli yang diberi nama Tsamrat al-Fikriyyah.”Hadhratus Syaikh mengatakan: “Saya dibaiat oleh Kyai Romli atas permintaan Kyai Romli sendiri. Pada waktu itu saya dimasukkan ke kamar Kyai dan didudukkan di atas Burdah yang putih bersih di atas tempat tidur Kyai dan dipinjami Tasbih. Padahal waktu itu kaki saya berlumpur karena hujan. Karena sudah menjadi tradisi, setiap kali saya masuk ke rumah Kyai, kaki saya pasti telanjang tanpa alas kaki. Dengan demikian sebelum saya jadi Murid saya adalah Murad dan sebelum saya menjadi Thalib saya adalah Mathlub.

”Dalam kesempatan lain Hadhratus Syaikh mengatakan akan menghadiri majelis khusus atau wirid khataman selama 4 tahun. “Saya terus menerus berjalan kaki memakai klompen dari Surabaya ke Paterongan. Barulah kadang-kadang saya naik kendaraan setelah ketahuan Kyai Hasyim Asy’ari di Mojoagung dan beliau mengatakan: “Jangan jalan kaki terus-menerus Utsman!”Selanjutnya Kyai Hasyim Bawean mengatakan:
 “Sewaktu terjadi Perang Dunia II tahun 1942 M Hadhratus Syaikh sekeluarga pindah sementara ke Peterongan. Kalau siang hari berada di dalam pondok. Pada suatu hari, yakni hari Selasa, beliau disuruh menghadap Kyai Romli pada jam 2.00 malam untuk diangkat menjadi mursyid Thariqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Hadhratus Syaikh waktu itu mengatakan: “Tidak kuat Kyai.” Tetapi Kyai Romli tetap melaksanakan perintah Allah, kemudian mengusapkan tangannya di atas kepala Kyai Utsman. Seketika itu pula Hadhratus Syaikh jatuh pingsan tak sadarkan diri dan langsung jadzab.”Selama satu minggu Hadhratus Syaikh mengalami jadzab, beliau tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak buang air besar maupun kecil dan tidak shalat. Wajah beliau cantik sekali bagaikan bulan purnama. Tak seorang pun yang berani melihat wajah beliau yang cantik itu.Setelah Hadhratus Syaikh mengalami jadzab satu minggu, beliau berkata kepada Kyai Hasyim Bawean: “Nanti malam akan datang tamu-tamu banyak sekali tidak perlu suguhan makanan atau minuman.” Maka pada jam 8.00 kurang sepuluh menit malam Hadhratus Syaikh sudah siap menerima para tamu di kamar, dan menghadap ke pintu. Tidak lama kemudian beliau mengucapkan: “Wa’alaikumussalam, Wa’alaikumussalam”, selama kurang lebih lima menit dan nampak seakan-akan Hadhratus Syaikh menjabat tangan orang-orang sambil menundukkan kepala.Kemudian beliau mengatakan: “Mulai hari ini saya ditetapkan sebagai mursyid langsung oleh Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra. dan Nabiyullah Khidhir As. serta oleh sejumlah masyayikh Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Dan sejak sekarang saya diizinkan untuk membaiat”, sambil menyerahkan sepucuk kertas kepada Kyai Hasyim Bawean. Kemudian Hadhratus Syaikh menghadap ke barat sekali lagi dan mengucapkan: “Na’am, na’am.” Tepat pada jam 8.00 lebih 5 menit malam itu, Hadhratus Syaikh berdiri menuju ke pintu. Setelah diam sejenak, beliau mengucapkan: “Wa’alaikumussalam, wa’alaikumussalam.”Kemudian oleh Kyai Hasyim, Hadhratus Syaikh disuruh mandi setelah satu minggu tidak mandi.

Dan ketika itulah Kyai Hasyim cepat-cepat pergi ke Kyai Romli untuk mengantarkan sepucuk kertas tadi. Setelah menerima kertas itu, Kyai Romli spontan menemuinya di luar rumah seraya mengatakan: “Ada apa? Ada apa? Ada apa?”Ketika Kyai Romli membaca sepucuk kertas itu spontan Kyai mengatakan dengan bahasa Madura yang maksudnya: “Alhamdulillah sekarang saya punya anak yang bisa menggantikan saya (sampai 3 kali).”Orang tua Kyai Utsman juga pernah menyatakan kepada salah seorang habib bahwa Hadhratus Syaikh telah mendapatkan ijazah dari Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra., untuk berdakwah dan diangkat sebagai khalifahnya tanpa perantara. Pernyataan ini disampaikan pada tahun 1947 M.Takluknya Sang Pengadu Ayam Kawa’an di Hadapan Kyai UtsmanPada waktu Kyai Utsman tinggal di Rejoso, ada seorang tukang adu ayam kawa’an yang sangat populer di Jombang bernama Wak Sud.
Dia memiliki jago-jago yang khusus untuk diadu. Hadhratus Syaikh tertarik untuk menundukkan orang ini melalui adu ayam. Maka beliau membawa ayam ke Wak Sud dengan maksud untuk mengajak bertanding adu ayam.Atas ajakan Kyai Utsman itu Wak Sud menjawab: “Apabila jagomu menang melawan jagoku maka semua kekayaanku adalah milikmu. Sebaliknya apabila jagomu kalah saya tidak menuntut apa-apa darimu.”Maka Hadhratus Syaikh menjawab: “Apabila jagomu menang kemudian kau ambil kekayaanku, memang saya tidak mempunyai sesuatu yang patut disebut. Dan apabila sebaliknya jagoku yang menang maka saya sama sekali tidak butuh kepada kekayaanmu. Pokoknya begini, apabila jagoku menang kamu harus tunduk dan patuh di bawah perintahku.” Akhirnya Wak Sud menyetujui tawaran itu.Dengan kuasaan Allah Swt., menanglah Hadhratus Syaikh dalam pertandingan itu sekalipun jago miliknya kurus kecil dan lemah sekali. Berbeda jauh dengan jago kepunyaan Wak Sud yang kekar dan gagah itu. Alhasil Wak Sud pun harus menerima kesepakatan bersama setelah kekalahannya. Kini ia tunduk dan patuh pada Hadhratus Syaikh KH. Utsman.Maka saat Kyai Romli melihat Wak Sud melakukan shalat, Kyai Romli memegang pundak Kyai Utsman dari belakang seraya mengatakan dengan nada heran: “Apa yang kamu lakukan terhadap Wak Sud wahai Utsman, sehingga dia mendatangi shalat Jum’at. Padahal saya tidak mampu menundukkannya?”Pindahnya dari Jombang ke Ngawi dan Berpulang ke SurabayaDi Peterongan, Hadhratus Syaikh tinggal di Desa Ngelunggih tidak jauh dari Rejoso atas saran Kyai Romli dengan maksud agar beliau menjadi imam di Ngelunggih. Akibatnya murid-murid Kyai Romli banyak yang pindah ke Ngelunggih untuk mendapatkan barokah dari Kyai Utsman serta ilmu dari beliau. Akhirnya Hadhratus Syaikh disuruh pindah oleh Kyai Romli ke salah satu desa dekat Gunung Lawu di Ngawi.Ketika Hadhratus Syaikh sampai di lereng Gunung Lawu, sangu (bekal) beliau tinggal Rp. 1.70 (satu rupiah tujuh puluh sen) tidak cukup untuk membeli beras 1 liter sekalipun. Maka untuk mendapatkan rizki, beliau setiap harinya mengunjungi pesarean (ziarah kubur) yang paling dikenal oleh orang di desa itu. Karena beliau cinta dan hobi melakukan ziarah kubur, akhirnya atas kemurahan Allah Swt. beliau sekeluarga mendapatkan rizki yang tidak diduga-duga sebelumnya.

Diantara orang kampung ada yang mengundang beliau untuk mengikuti tahlilan, adapula yang minta barokah doa, ada yang meminta fatwa, sampai akhirnya Hadhratus Syaikh menjadi populer di desa itu dan kemudian menjadi imam di desa itu.Di desa barunya itu, suatu hari beliau bermimpi berjumpa dengan gurunya, Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari Tebu Ireng, berpamitan kepada beliau dengan mengatakan: “Saya duluan Utsman.” Mimpinya tersebut ternyata sebuah isyarat akan berpulangnya sang guru ke rahmatullah. Karena esok harinya beliau mendengar berita bahwa Kyai Hasyim Asy’ari meninggal dunia.Menjelang meletusnya Madiun Effer (peristiwa Madiun pada tahun 1948 M) Kyai Utsman berkali-kali menerima surat serta saran agar beliau pulang saja ke Surabaya karena situasi yang tidak aman lagi di daerah itu.Mendengar kabar pulangnya Hadhratus Syaikh KH. Utsman ini, sebagian besar penduduk di lereng Gunung Lawu itu keberatan ditinggalkan oleh beliau. Karena mereka masih amat memerlukan doa, ilmu serta barokah dari beliau.

Bahkan ada warga yang berjanji memberikan 20 hektar kebun kepada Hadhratus Syaikh agar beliau sudi tetap tinggal di desa itu. Tetapi setelah beliau melakukan istikharah akhirnya beliau menetapkan kembali ke Surabaya.Hubungan Erat Guru dan MuridKetika Hadhratus Syaikh menjadi santri di pondok Rejoso, beliau masih muda belia. Masa itu beliau sering dijumpai oleh Nabi Khidhir As. sehingga beliau laporkan kepada Kyai Romly dan dijawab oleh Kyai: “Mengapa tidak kau minta
datang kemari wahai Utsman.”Hadhratus Syaikh sejak kecil sampai akan pulang ke rahmatullah selalu istiqamah dalam segala perilaku, perbuatan serta ucapan yang beliau tiru dari Rasulullah Saw. Tak pernah terlihat beliau hadats dan semua menyaksikan bahwa keseluruhan waktunya hanyalah untuk mnemgabdi kepada Allah Swt. Maka pantaslah kalau beliau dipilih oleh Kyai Romly sebagai Khalifahnya. Dalam hubungan ini Kyai Romly pernah bermimpi bahwa di Surabaya terdapat sebuah pabrik besar yang terus menerus berproduksi di bawah pimpinan Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Utsman. Itulah Thariqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang beliau asuh.Sebelumnya Kyai Romly sering menampakkan dan melahirkan ridhanya kepada Kyai Utsman, sampai beliau mengatakan: “Alangkah besar ridha saya kepadamu wahai Utsman.” Dan Hadhratus Syaikh meminta pendapat tentang Khalifah Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra. Kyai Romly tersenyum-senyum sambil melihat dan menunjuk pada Kyai Utsmn. Sebaliknya Kyai Utsman kepada Kyai Romly juga fanatik dan sering merindukannya apabila berpisah agak lama.

Pada suatu hari putra beliau yang bernama Abu Luqmanul Hakim sewaktu masih kecil jatuh dan terbentur pada tepi meja di rumahnya sehingga dari kepalanya mengalir darah yang banyak sekali yang cukup mengkhawatirkan keluarga beliau. Maka oleh keluarga beliau supaya beliau mengantarkan putranya ke rumah sakit Karang Tembok dan kalau tidak berhasil terus ke Simpang. Padahal Hadhratus Syaikh ketika itu akan pergi ke Rejoso karena sangat rindu kepada Kyai Romly, maka beliau berkata dalam hatinya: “Saya harus pergi ke Rejoso. Tentang nasib anak saya, saya pasrahkan kepada Allah.”Ketika beliau berjumpa dengan Kyai Romly di Rejoso, sang guru mengatakan: “Anakmu tidak apa-apa.” Dan benar kata Kyai Romly bahwa anaknya, Abu Luqmanul Hakim, dalam keadaan sehat wal afiyat, bahkan sedang memakan nasi goreng sekembalinya Kyai Utsman dari Rejoso berkat ketaatan serta kecintaan beliau kepada gurunya, Kyai Romly Tamim.Juga pada suatu hari ketika akan menyelenggarakan walimah di rumah setelah Maghrib, beliau terlebih dahulu meminta izin kepada Kyai Romly. Sesampainya di Rejoso tepat pada waktu shalat Dzuhur, sesudah shalat berjamaah di masjid, Kyai Romly mengatakan kepadanya: “Sekiranya kamu tinggal di pondok seperti yang lalu, maka malam ini saya ajak memenuhi undangan Manaqiban di Jombang.”Maka Kyai Utsman menjadi bimbang, antara mendampingi gurunya memenuhi undangan Manaqiban di Jombang dan pulang ke rumah untuk mengharapkan tamu-tamu yang beliau undang ke rumah beliau pada malam itu juga. Akhirnya beliau memantapkan pendiriannya memilih mendampingi sang guru seraya berkata dalam hati: “Saya pasrah kepada Allah. Toh nasi-nasi yang telah masak di rumah ada orang-orang yang memakannya, sedangkan menyertai guru adalah lebih utama.”Ketika Kyai Romly mengetahui beliau masih ada di masjid setelah shalat Ashar, berkatalah beliau kepadanya: “Murid yang terdekat kepada gurunya adalah murid yang tahu akan rahasia-rahasia gurunya.”Penggagas Majelis ManaqibKegemaran Hadhratus Syaikh adalah berziarah kepada wali-wali Allah baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dan beliau mengenal mereka secara dekat.

Bukan hanya nama-nama mereka bahkan nasab mereka dan hubungan mereka satu sama lain. Sampai-sampai beliau hidup-hidupkan dan beliau semarakkan peringatan hari wafat mereka, terutama wafatnya Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra. Sehingga hampir tiada hari yang lewat di kota maupun desa terutama di Jawa Timur, kecuali di situ terdapat majelis manaqib.Dalam hal ini Hadhratus Syaikh mentafsirkan qalbun salim dalam ayat: يوم لاينفع مال ولابنون الا من اتى الله بقلب سليم, sebagai hati yang selamat dari penyakit batin dan penuh rasa cinta kepada Allah, RasulNya, dan para wali-waliNya. Sebab, kata beliau, tanpa wali-wali kita tidak mungkin dapat mengabdi kepada Allah Swt. dengan benar. Maka banyak-banyaklah tawassul kepada Auliya’, insya Allah hati kita akan menjadi khusu’.Yang mula pertama kali menyelenggarakan manaqiban adalah Hadhratus Syaikh dan kemudian direstui oleh Kyai Romly dengan menyatakan: “Baik Man, teruskan Man!”Mula-mula yang hadir pada majelis manaqiban di Jatipurwo selama 4 tahun hanyalah 7 orang, 3 orang diantaranya pada musim panas udzur (tidak mampu hadir) karena mengidap penyakit paru-paru.Pada suatu hari di tengah-tengah Hadhratus Syaikh memimpin istighatsah, datanglah orang yang tidak dikenal secara tiba-tiba dan langsung menelantangkan beliau dan melingkarkan pedangnya pada leher beliau yang terlentang di bawah itu. Peristiwa yang tragis ini diceritakan kepada Kyai Romly, dan beliau hanya menjawab: “Teruskan apa yang telah kamu amalkan, orang tersebut tidak berani menancapkan pedangnya pada lehermu, bahkan dalam waktu dekat ini tidak akan berpisah denganmu sejengkalpun.
” Dan kenyataannya seperti apa yang dinyatakan oleh Kyai Romly.Tentang keutamaan menaqiban ini, Hadhratus Syaikh mengatakan: “Tidak ada ibadah kepada Allah di muka bumi ini yang lebih utama daripada mencintai wali-wali Allah.”Beliau juga mengatakan:
“Mencintai para wali termasuk ketaatan yang terbesar. Dan mereka yang menghadiri majelis manaqib adalah orang-orang yang cinta kepada mereka dan mencintai mereka adalah bukti akan adanya rasa cinta kepada Allah Swt.”Hidupnya Dilimpahi Kecintaan kepada Auliya’ (Wali-wali Allah)Berkah cintanya kepada para Auliya’ maka beliau pun sangat dicintai oleh para habaib dan para ulama, diantaranya adalah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang, al-Habib Ali bin Husain bin Muhammad al-Atthas Bungur, al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Hadhratus Syaikh sering berziarah kepada mereka dan menghadiri haul mereka.Pada suatu hari Hadhratus Syaikh bermaksud untuk sowan kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf di Gresik. Beliau berjalan kaki dari Surabaya ke Gresik di tengah-tengah hujan lebat ditambah suara petir dan guruh yang saling sambar menyambar di tengah malam yang gelap gulita ditambah angin kencang yang dapat menerbangkan atap rumah. Sehingga sesampainya di Gresik waktu sudah larut malam dan dalam keadaan basah kuyup.
Dengan mata batin al-Habib Abu Bakar yang tajam sehingga tahu akan ada kunjungan dari Kyai Utsman, nampak pintu rumahnya masih terbuka lebar-lebar dan penjaga pintu masih berdiri.Ketika Hadhratus Syaikh melewati pintu pagar, penjaga pintu mengatakan bahwa sejak tadi sore Habib menunggu kedatangan Kyai Utsman dengan penuh kegelisahan dan kekhawatiran. Ketika beliau menghadap al-Habib Abu Bakar Assegaf, semua jamaahnya yang mengelilingi habib semua ta’dzim kepada beliau dan mengelu-elukan kehadiran beliau.Akhirnya al-Habib Abu Bakar bertanya tentang apa yang beliau minta kepada Allah dengan perantara Habib, yang kemudian dijawab oleh Hadhratus Syaikh KH.

Muhammad Utsman Nadil al-Ishaqi: “Minta husnul khatimah.” Al-Habib Abu Bakar termenung lama memikirkan betapa luhurnya permohonan Kyai Utsman.Sebelumnya, Hadhratus Syaikh sudah mempunyai hubungan khusus dengan al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang Jakarta, seperti pernyataan Habib Hasyim bin Sholeh bin Abdurrahman al-Habsyi bahwa: “Hadhratus Syaikh Muhammad Utsman telah mendapatkan futuh melalui al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pada suatu hari Kamis tahun 1964.”Dan pernyataan Kyai Hasyim Bawean bahwa dia pernah mengantarkan Hadhratus Syaikh KH. Utsman ke al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di Jakarta. Al-Habib Ali menjabat tangan Hadhratus Syaikh seraya mengatakan: “Kunci Quthb saya serahkan kepadamu wahai Syaikh Utsman.”Dan pernyataan putra al-Habib Ali sendiri yaitu al-Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pada waktu memberikan sambutan atas wafatnya Hadhratus Syaikh yang ke-40 hari: “Setiap kali Hadhratus Syaikh menemui kesulitan apa saja beliau selalu pergi ke Jakarta untuk menjumpai al-Habib Ali al-Habsyi untuk kemudian dapat herhubungan dengan Rasulullah Saw. Akan tetapi karena jarak Jakarta-Surabaya begitu jauh maka akhirnya al-Hahib Ali al-Habsyi menyuruh menjumpai al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf di Gresik saja, yang sama-sama Wali Quthb.

”Selanjutnya al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi menyatakan dalam sambutannya bahwa Hadhratus Syaikh akhirnya berhubungan langsung sendiri dengan Rasulullah Saw. tanpa perantara sewaktu mengalami kesulitan.Ketinggian Derajatnya Dinyatakan oleh Para WaliHadhratus Syaikh juga sangat dekat dengan al-Habib Ali bin Husain bin Muhammad al-Atthas Bungur Besar Jakarta. Sehingga sewaktu al-Habib Ali al-Atthas membaca Khushushiyyah Wakalimatul Akha’ Syaikh Utsman yang disusun oleh al-Habib Hasan al-Jufri Bangil, beliau menangis terisak-isak, kemudian beliau gantungkan di atas pintu rumah seraya mengatan: “Saya letakkan nadzaman ini di sini agar saya dapat melihat Syaikh Utsman setiap saat.”Kemudian beliau mendoakan Hadhratus Syaikh semoga panjang umur, “kalau tidak (kata habib Ali al-Atthas) siapakah yang menggantikan kedudukannya?”

Demikian pernyataan menantu Hadhratus Syaikh, Abu Lu’lu’, sekembalinya dari Jakarta.Dan al-Habib Ali bin Husain bin Muhammad al-Atthas pernah menyatakan: “Sesungguhnya Syaikh Utsman tiada duanya pada masa sekarang.”Dan pada waktu Hadhratus Syaikh berziarah ke sana, di hadapan para hadirin al-habib Ali al-Atthas menyatakan: “Wahai Syaikh Utsman engkau dari keluarga Nabi. Kekhalifahan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani di tanganmu wahai Utsman.”Dan dalam kesempatan lain beliau menyatakan: “Saya mendengar dengan kedua telinga saya, paman saya Ali bin Abdurrahman al-Habsyi mengatakan: “Sungguh Utsman di Mahsyar nanti sangat dekat dengan Nabi Muhammad Saw.”Al-Habib Ali al-Habsyi, al-Habib Ahmad bin Khalid al-Hamid, al-Habib Umar al-Aydrus dan lain-lainnya, menyatakan bahwa Hadhratus Syaikh KH. Utsman al-Ishaqi adalah tergolong Ahlul Bait Rasulullah Saw.Habib Ahmad bin Hamid al-Habsyi pernah bertanya pada al-Habib Salim bin Jindan: “Apa yang menyebabkan para habaib senang pada Kyai Utsman?”Al-Habib Salim bin Jindan menjawab: “Syaikh Utsman termasuk keluarga Rasulullah Saw. Darahnya adalah darah saya ini, maka ciumlah tangannya apabila kau bertemu dengannya. Walaupun banyak orang mendengkinya, toh dia tidak pernah susah akibat didengki orang. Mereka yang mendengkinya hanyalah rumput-rumput, sedangkan Syaikh Utsman adalah pohon besar yang rindang.”Ketika KH. Ahmad Asrori, salah satu putra Syaikh Utsman, masih kecil, pernah diajak oleh pengasuhnya yang bernama Abdul Hakim Bawean untuk berkunjung ke al-Habib Ali bin Muhummad bin Alwi ash-Shadiq al-Habsyi cucunya al-Habib Syaikh Bafaqih Boto Putih Surabaya bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Dalam kesempatan itu al-Habib Ali mengatakan kepadanya: “Jangan kau risaukan haliyah (keadaan) orang tuamu. Beliau bagaikan matahari, apabila sangat dekat dengan kita manusia banyak yang tidak tahan karena saking panasnya. Tetapi ketika jauh dari kita sinarnya akan membahagiakan kita semua. Demikianlah keadaan orang tuammu Syaikh Utsman Ra. Seorang Kyai belum dinamakan Kyai sempurna sebelum ia diingkari oleh orang-orang yang dekat kepadanya dan sebaliknya dia dicintai oleh orang-orang yang jauh dari padanya.”Tentang hubungan Kyai Utsman dengan Kyai Hamid Pasuruan, Hadhratus Syaikh pernah bercerita setelah walimatul haul al-Habib Syaikh Bafagih Boto Putih Surabaya: “Saya keluar ke teras cungkup didampingi oleh Kyai Abdul Hamid Pasuruan duduk di tangga cungkup. Pada waktu itu Kyai Abdul Hamid bercerita: “Tadi sebelum ke sini saya tidur di rumah salah seorang teman di Surabaya. Ketika saya bangun, di hadapan saya terlihat foto Hadhratus Syaikh Muhammad Utsman. Oleh karena saya tahu bahwa yang meletakkan adalah Agus Mas’ud Kedung Cangkring Sidoarjo, maka saya bertanya kepadanya tentang maksudnya. Jawabannya hanya Wallahu A’lam.”Lanjut Kyai Utsman berkata: “Saya pun diam mendengar cerita itu karera menyangkut masalah maqam (martabat).” Tiba-tiba Kyai Hamid menjawab sendiri: “Untuk kepentingan hubungan di Mahsyar nanti.”Itulah sebabnya, maka dalam suatu walimah Kyai Abdul Hamid Pasuruan mengharap kepada Hadhratus Syaikh agar ada hubungan yang dekat antara keduanya di Mahsyar nanti. Dan Hadhratus Syaikh menjawab: “Kyai nanti bersama kami di sisi Allah Yang Maha Kuasa.”Dan pada walimah yang lalu ada orang meminta barokah doa kepada Kyai Hamid, sedangkan di sisi beliau adalah Hadhratus Syaikh KH.Utsman. Akhirnya Kyai Hamid memegang lutut Hadhratus Syaikh Utsman dengan tangan kiri dan berdoa untuk orang yang meminta doa tadi dengan tangan kanan.Kyai Asfahani putra Kyai Abdullah Faqih yang mengaji di pondok Kyai Hamid Pasuruan mengatakan pada suatu ketika: “Kami duduk bersama-sama Kyai Hamid di ruang tamu, tiba-tiba Kyai Hamid mengatakan kepada kami: “Di Pasuruan ini hanya ada kayu gaharu, alangkah nikmatnya kalau ada pohonnya Asfahani!” Tiba-tiba Hadhratus Syaikh Muhammad Utsman datang bertamu ke ruang tamu dan spontan Kyai Hamid merangkulnya dan mergatakan: “Apa ini pohon gaharunya!”Inilah sebagian kecil yang nampak tentang kedudukan Hadhratus Syaikh Utsman Nadil Ishaqi Ra.Ketika Haul Akbar Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra. tahun 1389 H, dalam sambutannya al-Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman al-Habsyi menceritakan tentang perjalanan orang tuanya ke tanah suci dan bertemu dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Ra. yang menyatakan pada al-Habib Ali: “Khalifah saya adalah Utsman Surabaya.

”Beberapa Karamah Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Utsman al-IshaqmiDiantara kekeramatan Hadhratus Syaikh Utsman yang lain adalah kisah yang diceritakan oleh Kyai Muhammad Faqih Langitan yang berkata bahwa Kyai Maimoen Sarang diceritakan oleh ayahnya, Kyai Zubair, Bahwa al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih bermimpi jumpa dengan Rasulullah Saw. yang sedang menemui 2 orang lelaki. Dan Rasulullah menyatakan kepadanya: “Keluargaku banyak tersebar di tanah Jawa. Diantaranya adalah dua orang ini yaitu Romly dan Utsman.”Kyai Faqih Amin Praban Surabaya, seorang ulama yang pernah menjadi guru sekaligus kawan Kyai Utsman, beliau mengatakan: “Pada suatu hari saya berkunjung kepada Kyai Utsman, dan dia meminta saya untuk menjadi muridnya di bawah naungan Thariqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah setelah bertukar pikiran tentang thariqat sampai jam 2 malam. Saya kalah dan mau menyerah kepada ajakannya dengan syarat tiga burung perkutut yang di dalam sangkar masing-masing berkicau secara berturut-turut dengan komandonya. Setelah dikomandoinya, tiba-tiba tiga ekor burung itu berkicau berturut-turut dengan izin Allah. Maka terasalah dalam diri saya akan kebesaran Hadhratus Syaikh, dan sejak itu saya memakai bahasa Jawa halus (kromo) sebagai ganti bahasa Jawa kasar (ngoko).

Tiga bulan kemudian saya minta dibaiat.”Diantara kekeramatan beliau yang lain adalah tatkala salah satu muridnya hendak menghadap Hadhratus Syaikh, muridnya itu berkata dalam hati: “Mengapa jauh-jauh kulangkahkan kakiku ke pondok anu. Kemudian ke perguruan tinggi anu, sampai akhirnya ke luar negeri untuk mencari kebenaran dan keyakinan. Padahal di Surabaya sini terdapat seorang mursyid yang membimbing saya menempuh jalan akhirat dengan selamat.”Maka ketika santri itu duduk di ruang tamu, keluarlah Hadhratus Syaikh dari dalam sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada muridnya tersebut seraya mengatakan: “Diantara guru saya juga ada yang bukan dari jam’iyyah kita. Tetapi Alhamdulillah saya belum pernah mengingkarinya sama sekali.” Maka sang murid itu pun merasa malu seraya menundukkan kepalanya.Pada tanggal 11 Syawal tahun 1392 H, Hadhratus Syaikh menjamu para tamu yang menghadiri majelis manaqib di pondok Jatipurwo. Beliau mengatakan kepada salah satu santrinya: “Wahai Abdul Ghoffar, ketika kau tinggal di Mesir apakah kau pernah ketemu dengan Syaikh Hasan Ridhwan seorang wali di Mesir yang dimintai barokah oleh orang Islam Mesir?”“Ya, kami pernah menjumpainya pada suatu hari dalam rangka kuliah umum tasawuf oleh Ir. Abdul Halim Mahmud yang dihadiri oleh para sufi di balai pertemuan al-Azhar.” Jawab muridnya tersebut.Kemudian Hadhratus Syaikh berkata kepada para hadirin:

“Ketika salah seorang Habib Ampel berkunjung ke Mesir, dia menjumpai Syaikh Hasan Ridhwan. Dia ditanya tentang negerinya. Ketika ia menjawab dari Ampel Indonesia, maka Syaikh Hasan Ridhwan mengatakan: “Jadi rumahmu dekat dengan Syaikh Utsman al-Ishaqi?” Habib menjawab: “Ya.” Lalu Syaikh Hasan Ridhwan mengatakan kepadanya: “Apabila kamu sampai di rumah, berkunjunglah ke Syaikh Utsman, dan sampaikanlah salamku kepadanya. Ketahuilah bahwa saya sering berkunjung ke rumahnya.”Diantara kekeramatan beliau yang lain, pada suatu hari di bulan Maulud, Hadhratus Syaikh pergi ke Jakarta naik kereta api untuk menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad Saw. dan haulnya al-Habib Ali al-Habsyi di Kwitang Jakarta. Ketika kereta api berada di antara Cirebon-Jakarta, karcis Kyai Utsman diperiksa oleh Polisi KA dengan ketat sekali, termasuk kartu tanda pengenal beliau yang akhirnya polisi memaksanya untuk menemuinya di restorasi. Haln itu sampai menimbulkan kemarahan beliau, maka seketika itu pula datanglah hal beliau dan mengatakan: “Perbuatan ini menunda sampainya kereta api di Jakarta!”Spontan kereta api itu berhenti tanpa sebab yang nyata. Anehnya semua hubungan interlokal maupun bukan interlokal terputus sama sekali dengan stasiun. Saat itu di belakang gerbong Kyai Utsman terdapat al-Habib Abdul Hadi bin Abdullah al-Haddar dari Banyuwangi. Maka setelah kereta api macet selama 1 jam, dia mengirim utusan ke Hadhratus Syaikh seraya mengatakan: “Jam berapa sekarang! Pergilah ke Kyai Utsman, dan mintalah barokah Fatihah kepadanya agar kita tidak terlambat.”Akhirnya setelah beliau membaca al-Fatihah barulah beliau sadar akan diri beliau, dan spontan kereta api berjalan kembali seusai pembacaan al-Fatihah, demikian pula hubungan yang menyangkut perkerataapian sambung kembali.Kyai Masduri Ngroto pernah menceritakan tentang sejarah masuknya Thariqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Ngroto dan sekitarnya sebagai berikut:

“Sejak tahun 1936/1937 M banyak guru-guru thariqat yang berusaha memasukkan thariqat ke Ngroto. Bahkan ada kyai yang sampai kawin di Ngroto kemudian terpaksa firaq (pisah) karena tidak berhasil memasukkan Thariqat. Pada bulan Muharram tahun 1964 M Hadhratus Syaikh Utsman datang ke Ngroto bersama Kyai Muslih bertepatan dengan Haulnya Kyai Sirojuddin. Itulah mula pertama beliau datang ke Ngroto. Kemudian untuk kedua kalinya beliau datang pada tahun 1966 M. Saya dipanggil ke rumah paman, dan Hadhratus Syaikh menangis dan saya dirangkul seraya mengatakan: “Sabarlah!” Sejak sekarang Masduri menjadi Kyai di desa sini maka doakanlah semoga panjang umur.Sepulangnya Hadhratus Syaikh Utsman, selang 15 hari kemudian paman saya meninggal, dan atas saran beliau saya kirim surat kepada beliau tentang wafatnya sang paman. Dan saya mendapatkan balasan agar saya datang ke Surabaya. Di Surabaya saya dibaiat dan diberi ijazah manaqib secara muthlaq. Setelah itu banyak para ikhwan yang menjadi murid Hadhratus Syaikh, maka smenjak itu tersebarlah thariqat di Ngroto.Pada suatu hari di bulan Muharram Hadhratus Syaikh pergi ke Ngroto menghadiri acara haul, tetapi kendaraan beliau terhalang lumpur di Kemiri 4 km dari Ngroto. Kalau mobil beliau diarahkan ke Ngroto mogok, tapi kalau diarahkan ke Surabaya mobil beliau bisa berjalan. Maka Hadhratus Syaikh menetapkan untuk kembali ke Surabaya. Yang menolong mengentas mobil beliau dari lumpur adalah masyarakat Kemiri, maka Hadhratus Syaikh mengatakan: “Saya tidak dapat membalas sama sekali. Hanya saya doakan mudah-mudahan masyarakat di sini selamat semua.”Maka barokah doa beliau setiap kampung dari Kemiri sampai Ngroto pasti ada manaqiban dan ada murid-murid beliau, diantaranya desa Tembelingan yang asalnya tidak ada yang shalat bahkan tidak ada masjid dan mushalla. Tetapi berkat dilewati oleh Hadhratus Syaikh, Islam tersebar di Tembelingan dan sekitarnya. Masjid, mushalla serta pemuka-pemuka agama mulai bermunculan serta sebagian kaum musimin di situ sudah menjadi murid beliau, sehingga Kyai Muslih Mranggen mengatakan: “Masuknya Hadhratus Syaikh ke Ngroto sudah pas karena masyarakat Ngroto adalah masyarakat Madura, cocok dengan kata-kata Syaikh Utsman: “Ngroto adalah bau Madura.” Dan Hadhratus Syaikh pernah mengatakan: “Saya bermimpi di sebelah timur Semarang ada cahaya. Apakah ada waliyyullah di sana?” Ternyata benar itulah Kyai Sirojuddin.

”Selanjutnya Kyai Masduri mengatakan: “Sekembalinya saya dari Surabaya, pada suatu hari saya sakit mata. Walaupun sudah berobat tetap tidak sembuh kecuali di hari Kamis dan Jum’at saja. Maka pada suatu malam Jum’at saya membaca al-Fatihah kemudian membaca silsilah, maka malam itu juga saya bermimpi berjumpa dengan Hadhratus Syaikh, beliau menanyakan kepada saya: “Apakah matamu sakit? Apakah yang sakit sebelah kanan?” Maka mataku diobati oleh Hadhratus Syaikh dengan jari-jemarinya dan ternyata Alhamdulillah sembuh betul-betul. Maka esok harinya hari Sabtu saya pergi ke Surabaya untuk menjumpai beliau. Beliau bertanya: “Apakah matamu sudah sembuh?” Saya menjawab: “Ya.” Kemudian beliau menyatakan: “Ya saya obati dari sini.”Selanjutnya Kyai Masduri menceritakan lagi: “Pada suatu hari sewaktu saya berkunjung ke Hadhratus Syaikh saya disuruh ke Ampel seraya mengatakan: “Pergilah ke Ampel, saya rindu Agus Mas’ud.” Sesampai saya di Lawang Agung saya bertemu dengan Agus Mas’ud, cepat-cepat turun dan minta gendong saya.Pernah Hadhratus Syaikh bercerita kepada Kyai Masduri: “Pada suatu hari Jum’at ada orang hendak menunaikan shalat Jum’at di masjid Ampel. Kemudian saya panggil, saya ajak shalat Jum’at di Baitul Ma’mur. Setelah kita melangkah tiga langkah kita sudah sampai di Baitul Ma’mur. Ini boleh kau ceritakan setelah saya meninggal.”Kyai Masduri melanjutkan ceritanya: “Saya bermimpi shalat di mushalla yang penuh dengan orang-orang yang sedang shalat. Karena mereka shalat semuanya, maka saya mengingkarinya dan Hadhratus Syaikh yang iktu menjadi makmum tidak tahu siapa yang menjadi imam. Beliau mengatakan kepada saya: “Mereka adalah wali-wali Allah.

” Dan saya bermimpi berjumpa dengan Nabi Khidir As. Beliau mengajak saya ke tepi sungai. Di sana ada mushalla yang bersinar terang, tahu-tahu di situ ada Hadhratus Syaikh dan kita bertiga menjadi makmum tetapi saya tidak tahu siapa imamnya.”Al-Habib Abdullah bin Umar al-Haddar pernah mengatakan kepada Kyai Abdul Ghoffar: “Pada suatu hari Kamis di bulan Syawal al-Habib Abdul Hadi bin Abdullah al-Haddar ingin berjumpa dengan Hadhratus Syaikh Utsman sesudah masuk waktu shalat Ashar. Tetapi sesampai di pondok Jatipurwo beliau tidak menjumpai Hadhratus Syaikh. Setelah lama menunggu di pondok dan waktu sudah menjelang Maghrib maka al-Habib Abdul Hadi pun cepat-cepat meninggalkan pondok untuk menuju ke Ketapang karena setelah shalat Maghrib ada acara pembacaan Burdah di Ketapang.Ketika sampai di Karang Tembok becak beliau berpapasan dengan mobil Hadhratus Syaikh, maka beliau pun kembali lagi ke pondok Jatipurwo untuk menemui Hadhratus Syaikh. Sesampai di pondok, Hadhratus Syaikh sedang mengimami shalat Ashar dalam waktu Ashar yang paling akhir. Namun setelah Ashar sempat membaca semua wirid seperti biasanya sampai tuntas, kemudian Hadhratus Syaikh menjumpai al-Habib Abdul Hadi bersama saya di ruang tamu. Di ruang tamu al-Habib Abdul Hadi membaca “Allahu Hu Iiy. Allahu Hu liy Fani’mal Wali”.Setelah dijamu secukupnya al-Habib Abdul Hadi mohon pamit kepada Hadhratus Syaikh untuk pergi ke Ketapang. Dalam hatinya berkata bahwa waktu telah berlalu untuk mengikuti pembacaan Burdah di Ketapang, tetapi kenyataannya tidak demikian. Kami sampai di Ketapang orang-orang masih melakukan shalat Maghrib.

”Sopir pribadi Hadhratus Syaikh pernah bercerita: “Pada suatu hari sepulangnya Hadhratus Syaikh dari Rejoso, mobil diistirahatkan di Jombang agar kami makan minum dulu. Sedangkan Hadhratus Syaikh menunggu di salah satu rumah dekat warung tersebut. Seusai makan minum kami menyatakan kepada Hadhratus Syaikh bahwa bensin telah habis. Beliaupun terkejut dan menanyakan mengapa tidak bilang dari tadi sebelum semua uang yang ada di tangan beliau diserahkan ke pondok Rejoso dan beliau menanyakan sisa uang kami. Kami menjawab hanya tinggal beberapa puluh rupiah saja. Secara spontan beliau menegaskan:
“Kalau memang demikian baiklah isilah tangki mobil itu dengan air teh tanpa gula semampu uang yang ada padamu!”Kami pun percaya sepenuhnya kepada beliau dan membeli teh tawar beberapa ceret dari warung dan langsung kami isikan ke tangki mobil. Setelah itu kami melapor untuk pulang ke Surabaya. Beliau bertanya: “Sudah kau isi bensin?” Kami menjawab bahwa mobil sudah diisi sesuai dengan perintah Hadhratus Syaikh. Selanjutnya beliau mengatakan: “Baiklah, mari pulang ke Surabaya. Teh-teh juga bisa menjadi bensin.” Akhirnya betul, mobil berjalan terus sampai ke Surabaya memakai bahan bakar teh.”Sopir Hadhratus Syaikh yang terakhir yaitu Abdus Syakur juga mengalami peristiwa serupa yaitu dalam perjalanan antara Pasuruan-Probolinggo. Mobil Hadhratus Syaikh kehabisan bensin di tengah malam dan dia disuruh mencari warung untuk mendapatkan teh satu gelas. Setelah didapatkan, teh itu didoakan oleh Hadhratus Syaikh dan mengatakan: “Sudahlah isilah dengan teh, sama saja.

” Akhirnya bensin teh tadi habis pas saat mobil sampai di Probolinggo persis di garasi mobil.Cerita semacam ini terjadi pula pada waktu Hadhratus Syaikh pulang dari Ngroto Semarang, di tengah perjalanan yang jauh dari keramaian. Pir mobil putus, tinggal satu pir saja. Dan oli mobil juga habis kering sama sekali. Ini terjadi di sekitar Caruban menuju Surabaya. Dan Hadhratus Syaikh menyuruh supirnya mencari teh untuk menggantikan oli yang sudah habis. Setelah diisi dengan teh mobilpun dapat distater dengan hanya satu pir saja, dapat berjalan terus sampai di Surabaya dengan selamat biidznillah.Hadhratus Syaikh pernah menceritakan pengalaman beliau sewaktu ke Singapura. Melihat banyaknya orang-orang yang menjemput beliau di Airport, ketua security yang seorang wanita berusaha ingin menyelamatkan beliau dari intervio para inteljen yang lain.

Maka dia pura-pura mengaku sebagai orang tuanya yang ada di Pontianak. Dan langsung digandeng dari Airport menuju mobil dan diantar sekalian menuju ke tempat tujuan.Besoknya dia kembali lagi membawa 2 handuk mandi Hadhratus Syaikh, tetapi setelah satu hari dipakai mandi dia minta kembali. Demikian pula handuk yang satu lagi dan menyatakan bahwa handuk itu untuk dia pakai mandi sehari-hari. Sedang yang satu lagi untuk dia pakai kain kafan sewaktu ia meninggal nanti. Dan seketika itu dia minta dibaiat oleh Hadhratus Syaikh sebagai murid Thariqat Qodriyah wa Naqsyabandiyah. Sejak itu Hadhratus Syaikh selalu dikawal oleh ketua security perempuan itu pulang pergi ke Singapura. Beliau mengatakan: “Inilah berkat saya tidak pernah menyakitkan hati ibu saya selama hidup beliau.”Silsilah Thariqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah

Berikut ini adalah silsilah Thariqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Romo KH. Utsman al-Ishaqi:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Muhammad Utsman bin Nadiy al-Ishaqi bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abi Ishamuddin Muhammad Romliy at-Tamimiy bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Kholil Rejoso bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Hasbullaah Madura bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Ahmad Khothib as-Sambasi bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Syamsuddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Murod bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abdul Fattah bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Kamaluddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Utsman bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abdurrahim bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abu Bakar bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Yahya bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Chisamuddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Waliyuddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Nuruddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Zainuddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Syarofuddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Syamsuddin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Muhammad al-Hataki bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abdul Aziz bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abdul Qodir al-Jailani bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abu Sa’id al-Mubarrok bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abu Hasan Ali al-Hakari bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abul Faraj ath-Thurthusiy bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abdul Wahid at-Tamimi bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abu Bakar as-Sibliy bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Abul Qosim Junaid al-Baghdadi bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Sari as-Siqthi bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Hadhratus Syaikh Ma’ruf al-Karkhi bertalqin dan berbai’at dari :Al-‘Arif Billaah Imam Abul Hasan Ali Ridha bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Imam Musa al-Kadzim bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Imam Ja’far ash-Shodiq bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Imam Muhammad al-Baqir bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Imam Ali Zainal Abidin bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Sayyidina Husain Ra. bertalqin dan berbai’at dari:Al-‘Arif Billaah Sayyidina Ali Kw. bertalqin dan berbai’at dari:Sayyidil Mursalin wa Habibi Robbil ‘Alamin, Rasul Alloh kepada sekalian makhluk, Sayyidina Muhammad Saw.bertalqin dan berbai’at dari:Sayyidina Jibril As. bertalqin dan berbai’at dari:Alloh Swt.Wallohu A’lam

ditulis ulang oleh Pak Rt


Manaqib kyai Utsman

#Islam 
#BeritaIslami 
#Sunnah 
#Qur'anHadist 
#Tuntunan