Oktober 2019
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Membongkar Fakta Sejarah Hari Pahlawan 10 November dan Resolusi Jihad 22 Oktober yang Disembunyikan

KH. Agus Sunyoto
bedah buku "Fatwa dan Resolusi Jihad" di Pondok Lirboyo 3 November 2017 




Assalamu'alaikum wahai para sahabat~
Membongkar Fakta Sejarah Hari Pahlawan 10 November dan Resolusi Jihad 22 Oktober yang Disembunyikan

Banyak orang yang tidak paham fakta adanya fatwa resolusi jihad 22 Oktober 1945 karena tidak ditulis dalam buku sejarah di sekolah. Ada apa sebenarnya?

Sejarah pertempuran 10 November, awalnya tidak ada yang mau mengakui fatwa & resolusi jihad itu pernah ada. Tulisanya Prof. Ruslan Abdul Gani, yang ikut terlibat, resolusi jihad disebut tidak pernah ada.

Bung tomo yang pidato teriak-teriak, dalam bukunya juga tidak pernah menyebutkan bahwa fatwa & resolusi jihad pernah ada. Laporan tulisan mayor Jendral Sungkono juga tidak menyebut pernah ada fatwa & resolusi jihad.

Karena itu banyak orang menganggap fatwa & resolusi jihad itu hanya dongeng dan ceritanya orang NU saja. “Di antara elemen bangsa Indonesia yang tidak memiliki peran dan andil dalam usaha kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia itu hanya golongan pesantren hususnya NU”.

Itu kesimpulan seminar nasional di perguruan tinggi negeri besar di Jakarta tentang perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia pada tahun 2014. Bahkan dengan sinis salah seorang menyatakan, “Organisasi PKI, itu saja pernah berjasa. Karena pernah melakukan pemberontakan tahun 1926 melawan Belanda. NU tidak pernah”. Aneh.

Pandangan ini juga pernah dianut oleh tokoh-tokoh LIPI. Gus Dur juga mengkonfirmasi kalau sejarah ulama dan Kyai memang sudah lama ingin dilenyapkan. Tahun 1990 ada peringatan 45 tahun pertempuran 10 November. Yang jadi pahlawan besar dalam pertempuran 10 November diumumkan dari golongan itu.

Yakni orang terpelajar yang berpendidikan tinggi. Nama-nama mereka muncul tersebar di televisi, koran, dan majalah. “Itu ceritanya, 10 November yang berjasa itu harusnya Kyai Hasyim Asy'ari dan poro Kyai. Kok bisa yang jadi pahlawan itu wong-wong sosialis?”. Itu komentar Nyai Sholihah, ibu Gus Dur.

Dari situlah Gus Dur diminta untuk klarifikasi. Lalu Gus Dur klarifikasi, menemui tokoh-tokoh tua & senior di kalangan kelompok sosialis, mengenai 10 November. Sambil ketawa-ketawa mereka menjawab, “Yang namanya sejarah dari dulu kan selalu berulang, Gus. Bahwa sejarah sudah mencatat, orang bodoh itu makanannya orang pintar”.

“Yang berjasa orang bodoh, tapi yang jadi pahlawan wong pinter. Itu biasa, Gus”, katanya kepada Gus Dur. Gus dur marah betul dibegitukan. Sampai tahun 90-an NU masih dinganggap bodoh mereka. Tahun 91, Gus Dur melakukan kaderisasi besar-besaran anak muda NU.

Anak-anak santri dilatih mengenal analisis sosial (ansos) dan teori sosial, filsafat, sejarah, geopolitik, & geostrategi. Semua diajari. Supaya tidak lagi dianggap bodoh. Dan kemudian berkembang hingga kini. “Saya termasuk yang ikut pertama kali kaderisasi itu. karena itu agak faham”, kata KH. Agus Sunyoto.

Saat penulis sejarah Indonesia menyatakan fatwa dan resolusi jihad tidak ada, KH. Agus Sunyoto menemukan tulisan sejarawan Amerika, Frederik Anderson. Dalam tulisanya tentang penjajahan jepang di Indonesia thn 42 sampai 45, ia menulis begini:

22 Oktober 1945 pernah ada resolusi jihad yg dikeluarkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Surabaya. Tanggal 27 Oktober, Koran Kedaulatan Rakyat juga memuat lengkap resolusi jihad. Koran Suara Masyarakat di Jakarta, juga memuat resolusi jihad.

Peristiwa ini ada, sekalipun wong Indonesia tidak mau menulisnya, karena menganggap NU yang mengeluarkan fatwa sebagai golongan lapisan bawah. Sejarah dikebiri. Dokumen-dokumen lama yang sebagian besar berbahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jepang, dan sebagainya, dibongkar.

Patahlah semua anutan doktor sejarah yang menyatakan NU tidak punya peran apa-apa terhadap kemerdekaan.

Ketika Indonesia pertama kali merdeka 45, kita gak punya tentara.  Baru dua bulan kemudian ada tentara. Agustus, September, lalu pada 5 Oktober dibentuk tentara keamanan rakyat (TKR). Tanggal 10 Oktober diumumkanlah jumlah tentara TKR di Jawa saja. Ternyata, TKR di Jawa ada 10 divisi. 1 divisi isinya 10.000 prajurit.
Terdiri atas 3 resimen dan 15 batalyon.

Artinya TKR jumlahnya ada 100.000 pasukan. Itu TKR pertama. Yang nanti menjadi TNI. Dan komandan divisi pertama TKR itu bernama Kolonel KH. Sam’un, pengasuh pesantren di Banten. Komandan divisi ketiga masih Kyai, yakni kolonel KH. Arwiji Kartawinata (Tasikmalaya). Sampai tingkat resimen Kyai juga yang memimpin.

Fakta, resimen 17 dipimpin oleh Letnan Kolonel KH. Iskandar Idris. Resimen 8 dipimpin Letnan Kolonel KH. Yunus Anis. Di batalyon pun banyak komandan Kyai. Komandan batalyon TKR Malang misalnya, dipimpin Mayor KH. Iskandar
Sulaiman yang saat itu menjabat Rais Suriyah NU Kabupaten Malang. Ini dokumen arsip nasional, ada Sekretariat Negara dan TNI.

Tapi semua data itu tidak ada di buku bacaan anak SD/SMP/SMA. Seolah tidak ada peran Kyai. KH. Hasyim Asy'ari yang ditetapkan pahlawan oleh Bung Karno pun tidak ditulis. Jadi jasa para Kyai dan santri memang dulu disingkirkan betul dari sejarah berdirinya Republik Indonesia ini.

Waktu itu, Indonesia baru berdiri. Tidak ada duit untuk bayar tentara. Hanya paro Kyai dengan santri-santri yang menjadi tentara dan mau berjuang sebagai militer tanpa bayaran. Hanya paro Kyai, dengan tentara-tentara Hizbulloh yang mau korban nyawa tanpa dibayar. Sampai sekarang pun, NU masih punya tentara swasta namanya Banser, ya gak dibayar. Wkwkwk

Tentara itu baru menerima bayaran pada tahun 1950. Selama 45 sampai perjuangan di tahun 50-an itu, tidak ada tentara yang dibayar negara. Kalau mau mikir, 10 November Surabaya adalah peristiwa paling aneh dalam sejarah. Kenapa? Kok bisa ada pertempuran besar yg terjadi setelah perang dunia selesai 15 Agustus.

Sebelum pertempuran 10 November, ternyata ada perang 4 hari di Surabaya. Tanggal 26, 27, 28, 29 oktober 1945. Kok ‘ujug-ujug’ muncul perang 4 hari di ceritanya gimana? Jawabnya: Karena sebelum tanggal 26 Oktober, Surabaya bergolak,
setelah ada fatwa resolusi jihad PBNU pada tanggal 22 Oktober. Kini diperingati sbg Hari Santri.

Tentara Inggris sendiri aslinya tidak pernah berfikir akan perang dan bertempur dg penduduk Surabaya. Perang selesai kok. Begitu pikirnya. Tapi karena masarakat Surabaya terpengaruh fatwa dan resolusi jihad, mereka siap nyerang Inggris, yang waktu itu mendarat di Surabaya. Sejarah inilah yang selama ini ditutupi.

Jika resolusi jihad ditutupi, orang yang membaca sekilas peristiwa 10 November akan menyebut tentara Inggris ‘ora waras’. Ngapain Ngebomi kota Surabaya tanpa sebab? Tapi kalau melihat rangkaian ini dari resolusi jihad, baru masuk akal. “Oya, marah mereka karena jenderal dan pasukannya dibunuh arek-arek Bonek Suroboyo”.

Fatwa Jihad muncul krn Presiden Soekarno meminta fatwa kepada
PBNU: apa yg harus dilakukan warga Negara Indonesia kalau diserang musuh mengingat Belanda ingin kembali menguasai. Bung Karno juga menyatakan bagaimana cara agar Negara Indonesia diakui dunia. Sejak diproklamasikan 17 Agustus dan dibentuk 18 Agustus, tidak ada satupun negara di dunia yang mau mengakui.

Oleh dunia, Indonesia diberitakan sebagai Negara boneka bikinan Jepang. Bukan atas kehendak rakyat. Artinya, Indonesia disebut sebagai negara yang tidak dibela rakyat. Fatwa dan Resolusi Jihad lalu dimunculkan oleh PBNU. Gara-gara itu, Inggris yang mau datang 25 Oktober tidak diperbolehkan masuk Surabaya karena penduduk Surabaya sudah siap perang.

Ternyata sore hari, Gubernur Jawa Timur mempersilakan. “Silahkan Inggris masuk tapi di tempat yang secukupnya saja”. Ditunjukkanlah beberapa lokasi, kemudian mereka masuk. Tanggal 26 Oktober, ternyata Inggris malah membangun banyak pos-pos pertahanan dengan karung-karung pasir yang ditumpuk & diisi senapan mesin.

“Lho, ini apa maunya Inggris. Kan sudah tersiar kabar luas kalau
Belanda akan kembali menguasai Indonesia dengan membonceng tentara Inggris”, begitu kata arek-arek. Pada 26 Oktober sore hari, pos pertahanan itu diserang massa. Penduduk Surabaya dari kampung-kampung keluar ‘nawur’ pasukan inggris. “Ayo ‘tawur..tawuran..’!”.

Para pelaku mengatakan, itu bukan perang mas, tp tawuran. Kenapa? Gak ada komandanya, gak ada yg memimpin. “Pokoke wong krungu jihad..
jihad… Mbah hasyim.. Mbah hasyim…”. Berduyun-duyun, arek2 Suroboyo sudah, keluar rumah semua dan
langsung tawur sambil teriak ‘Allahu Akbar’ dan itu berlangsung 27 Oktober.

Mereka bergerak karena seruan jihad Mbah Hasyim itu disiarkan lewat
langgar-langgar, masjid-masjid, dan spiker-spiker. Pada 28 Oktober, tentara ikut arus arek2, ikut gelut dengan Inggris. Massa langsung dipimpin tentara. Dalam pertempuran 28 Oktober ini, 1000 lebih tentara Inggris mati dibunuh.

Tapi tentara tidak mau mengakui, karena Indonesia meski sudah merdeka, belum ada yang mengakui. Itu jadi urusan besar tingkat dunia jika ada kabar tentara Indonesia bunuh Inggris. Tentara tidak mau ikut campur. Negara belum ada yang mengakui kok sudah klaim bunuh tentara Inggris. Itu semua ikhtiyar arek-arek Suroboyo kabeh.

Pada 29 Oktober pertempuran itu masih terus terjadi. Inggris akhirnya mendatangkan presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta utk mendamaikan. 35. Pada 30 Oktober ditandatanganilah kesepakatan damai tidak saling tembak-menembak. Yang tanda tangan Gubernur Jatim juga. Sudah damai, tapi massa kampung tidak mau damai.

Pada 30 Oktober, akhirnya Brigadir Jenderal Mallaby digranat arek-arek Suroboyo. Mati mengenaskan di tangan pemuda Ansor. Ditembak, mobilnya digranat di Jembatan Merah. Sejarah kematian Mallaby ini tidak diakui oleh Inggris. Ada yang menyebut Mallaby mati dibunuh secara licik oleh Indonesia. Aneh, jenderal mati tp disembunyikan sebabnya karena malu.

Inggris marah betul. Masa negara kolonial kalah. Mereka malu & bingung. Perang sudah selesai, tapi pasukan Inggris kok diserang, jenderalnya dibunuh. Apa ini maksudnya? “Kalau sampai tanggal 9 Nopember jam 6 sore pembunuh Mallaby tidak diserahkan, dan tanggal itu orang-orang surabaya masih yang memegang bedil, meriam dst. tidak menyerahkan senjata kepada tentara Inggris, maka tanggal 10 Nopember jam 6 pagi Surabaya akan dibombardir lewat darat, laut, dan udara," begitu amuk jenderal tertinggi Inggris.

Datanglah tujuh kapal perang langsung ke Pelabuhan Tanjung Perak. Meriam Inggris sudah diarahkan ke Surabaya. Diturunkan pula meriam Howidser yang khusus untuk menghancurkan bangunan. Satu skuadron pesawat tempur dan pesawat pengebom juga siap dipakai. Surabaya kala itu memang mau dibakar habis karena Inggris marah kepada pembunuh Mallaby.

Pada 9 November jam setengah empat sore, Mbah Hasyim yang baru pulang usai Konferensi Masyumi di Jogja sebagai ketua, mendengar kabar arek-arek Suroboyo diancam Inggris. “Fardhu a'in bagi semua umat Islam yang berada dalam jarak 94 kilo dari Kota Surabaya untuk membela Kota Surabaya”. 94 kilo itu- jarak dibolehkannya solat qoshor.

Wilayah Sidoarjo, Tulungagung, Trenggalek,Kediri,n wilayah Mataraman, Mojokerto, Malang, Pasuruan, Jombang datang semua karena dalam jarak radius 94 kilo. Dari Kediri, Lirboyo ini datang dipimpin Kyai Mahrus. Seruan Mbah Hasyim langsung disambut luar biasa. Bahkan Cirebon yang lebih dari 500 kilo datang- ke Surabaya ikut seruan jihad PBNU.

Anak-anak kecil bahkan orang-orang dari lintas agama juga ikut perang. Orang Konghucu, Kristen, dan Budha semua ikut jihad. Selain Mallaby, pertempuran di Surabaya Brigadir jendral: Loder Saimen. Luar biasa pengorbanan arek-arek Surabaya, para Kyai, dan santri. 

ditulis ulang oleh ~ Pak Rt
sumber dutaislamcom
#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

PARIKESIT JUMÊNÊNG RATU
(Menyambut Pelantikan Presiden Jokowi)




Assalamu'alaikum wahai para sahabat~
Bayi kecil itu sampai tengah malam belum tertidur. Kepekaan yang 'lantip', cerdas terasah, bawaan trah ksatria, peringatkan ada sesuatu yang tidak biasa. Malam terlalu gelap dan dingin. Terlalu sepi. Bahkan jengkerik tak ber-suara. Burung hantu pun hanya diam tertegun, bertengger di dahan pohon . . .

Panah pusaka Pasopati milik Arjuna, ksatria Pandawa, yang dalam perang Baratayudha menebas leher Karna, Adipati Awangga panglima perang Astina, diletakkan di ranjang bayi, dekat kaki. Telanjang, tak dalam 'êndhong', wadah anak panah.

Sang bayi adalah Parikesit, putra Abimanyu, cucu Arjuna. Bocah yang sebelum lahir sudah menjadi yatim. Bapaknya, Raden Abimamyu, gugur dengan 'tatu arang kranjang', tubuh nyaris tak dikenal karena banyaknya luka akibat tusukan pedang, tombak, keris, bahkan pukulan gada. Dikeroyok ratusan 'wadya bala' Kurawa.

Ya. Hanya dengan mengeroyok rame2 mereka mampu kalahkan Abimanyu. Dua tiga bahkan sepuluh duapuluh, prajurit dan para pangeran Astina, tak akan bisa menandingi kesaktian ksatria kekasih para dewa ini . . .

❤❤❤

Di perbukitan tak jauh dari padang Kurusetra, Aswatama, putra Pendeta Istana Astina, Dorna, memandang dengan geram, arah arena perang itu. Senyap. Gelap. Bau bangkai para Prajurit gugur yang belum sempat dibawa, sebarkan aroma busuk sampai jauh. Bahkan di tempat tinggi dimana ia berdiri.

Kertawarma, sahabatnya, berdiri lesu di sisinya. Tak tahu berbuat apa. Memang benar Aswatama telah dilantik oleh Duryudana, raja Hastina, sebelum gugur, sebagai panglima perang 'terakhir', tapi sekarang mereka hanya bertiga, apa yang bisa dilakukan agar buat mereka berdaya ? Alih-alih berjaya . . .

Orang ketiga, Resi Krepa, terbilang paman Aswatama, duduk tepekur diatas akar pohon. Kosong pula pikirannya. Lama dia telah coba yakinkan pada Aswatama agar menyerah. Urungkan juga niat untuk tidak laku-licik. Berencana nanti akan diam2 menyerang menyergap dalam senyap membalaskan sakit hati dan dendam pada keluarga Pandawa yang sedang lelap tidur.

Bukankah bapakmu pendeta, kamu pun begitu juga. Apakah layak berlaku 'cidra', curang, dan nista. Resi Krepa bertutur pada Aswatama, yang bergeming membatu kaku . . .

😥😥😥

Aswatama menggali tanah berpasir batu, menembus jauh ke tengah taman Kadilêngên. Seputar taman itu memang terdapat kamar2 tidur keluarga Pandawa. Tak susah baginya untuk menggali dengan senyap. Kesaktiannya sebagai anak Durna bekal cukup untuk itu.

Dalam pewayangann Jawa, lakon ini disebut Aswatama 'ngLandak', karena dia menyerang licik dan ganas dengan cara buat terowongan dalam tanah, persis seperti landak . . .

😥😥😥

Korban pertama Pancawala, putra Raja Puntadewa, sulung Pandawa. Gugur dalam tidur. Disusul Drestajumena, pembunuh ayahnya. Lalu Banowati, istri Rajanya sendiri. Srikandi, Sembadra, Niken Larsati, Sulastri, para istri Arjuna pun tak ada yang luput.

Aswatama lanjut mengendap ke kamar tidur Parikesit, yang saat itu tidur dengan Drupadi, nenek-uwa-nya yang juga istri Puntadewa dan ibu-nya, Dewi Utari. Namun kali ini langkah nista Aswatama terhenti.

Saat lewat dekat Drupadi, Parikesit menangis menjerit. Seakan mengingatkan. Drupadi dan Utari terbangun, Aswatama pun meloncat undur, lebih memilih binasakan Parikesit. Bayi ini keturunan dan kesayangan Pandawa yang  digadang-gadang jadi raja Astina nanti.

Untung tak teraih, malang tak dapat ditolak, kaki Parikesit menendang, tak sengaja, panah pusaka kakek-nya, Pasopati, yang diletakkan dekat kaki untuk menjaganya. Panah terloncat, pucuk menusuk dada Aswatama. Terhuyung-huyung mundur bersimbah darah dia lalu cepat bergegas melarikan diri.

Seluruh prajurit jaga dan kerabat Pandawa tersadar serentak mengejarnya. Luka parah yang diderita sebabkan Aswatama jadi mudah terlacak dan tertangkap. Meski malam gelap dan terlindung rimbunnya pepohonan.

😥😥😥

Tak lama kemudian dia sudah jêmpalikan, jatuh bangun, dihajar Bima, ksatria bertubuh dan berkuatan raksasa, urutan kedua Pandawa. Namun tak segera menewaskan Aswatama.

Prabu Kresna, penasehat dan sepupu Pandawa saat tiba, Aswatama sudah kepayahan. Oleh titisan Wisnu ini Aswatama tidak dihukum mati, terlalu enak dan ringan bagi orang yang se-ganas dan se-licik dia. Apalagi Aswatama seorang pendeta setidaknya berdarah pendeta.

Diusir oleh Kresna dan setelah sebelumnya dikutuk keras sesuai dengan perbuatan-nya. Namun Kresna berkata itu bukan kutukan, tapi hukuman dari alam setimpal atas laku culas-nya.

Sri Kresna bersabda keluarkan kutukan-nya,
"Hai Aswatama ! Engkau akan mengembara 3000 tahun lamanya. Tanpa teman, tanpa kawan bicara. Kesepian di tengah ramai kerumunan. Tubuhmu keluarkan aroma busuk dari luka berdarah dan bernanah. Semua penyakit yang pernah menjangkiti segenap manusia, akan menimpamu pula. Karenanya, akan menjadikanmu malu. Bersembunyi dalam goa, dan rawa2 dalam hutan yang sepi. Pergi dari satu negeri ke negeri lain, mengelana mengembara tanpa henti . . ."

😥😥😥

Banyak orang Jawa yang menyamakan Jokowi, presiden RI sekarang dan yang akan dilantik untuk kedua kali tanggal 20 Oktober 2019, dengan Prabu Parikesit. Ndak tau kenapa.

Pada Parikesit menurun semua kedigdayaan dan perilaku para Pandawa. Dari Puntadewa ia peroleh kejujuran dan kesederhanaan. Bima kekuatan dan ke'makrifat'an. Arjuna, kakeknya, mewariskan kesaktian dan paras rupawan.

Nakula Sadewa, kakek-mudanya, keduanya amat paham segala ilmu pengetahuan dan tangkas berolah gerak. Bahkan dari 'abah'nya, Abimanyu, dia peroleh wahyu 'Cakraningrat'

Semenjak lahir bahkan sejak dalam kandungan dia telah peroleh segalanya . . .

❤❤❤

Jangka, 'ramalan', Jayabaya mengkhabarkan kelak di negeri ini akan muncul seorang Satria Pinandito. Ksatria berwatak pendeta.

Menurut Sri Aji Jayabaya, raja Kadiri, Satria itu akan muncul dari lereng sebelah timur Gunung Lawu, menghuni sisi timur bêngawan, sungai, berumah susun bak burung dara. Seperti halnya rumah Raden Gatutkaca.

Berperawakan seperti Kresna, kurus hitam. Berwatak prabu Baladewa. Lurus tegas dan pemberani. Tak pantas berpakaian apa saja sesuai 'derajat'-nya. Karena selalu ingin dan suka tampil sederhana . . .

❤❤❤

Tak ada yang tahu persis, kalimat2 itu punya arti harfiah atau sekedar perumpamaan. Orang Jawa selalu hidup dalam 'lambang-lambang'

Prabu Puntadewa, misal. Untuk lambangkan kesederhanaan dan kerakyatan-nya, dia digambarkan tak pakai mahkota. Hanya 'udêng', ikat kepala, dari rambutnya sendiri. Gelung Kêling . . .

Busananya pun 'ugalan'. Yang biasa dipakai rakyat kebanyakan. Kesederhanaan inilah yang tertularkan pada Prabu Parikesit. Tampil ber-mahkota memang, tapi rambut dibiarkan ter-urai. Ber-gaya dan bersifat terbuka dan santai saja . . .

❤❤❤

Parikesit menjadi raja dengan proses pelan2 merambat keatas. Meski secara bibit, bobot, bêbêt, dia telah paripurna. Wahyu pun ada dalam genggamannya . . .

Disiapkan dan dilatih oleh kakek-uwa-nya Prabu Baladewa. Hanya untuk memoles dan yakin-kan bahwa Parikesit mampu gunakan segala yang telah dia punya . . .

Ada sedikit 'kekisruhan' dalam pengakatan sebagai raja. Raden Pancawala, cucu Prabu Puntadewa merasa punya hak atas tahta Astinapura. Bikin gara2. Hasil hasutan cucu Sengkuni. Agaknya keculasan pun bisa juga menurun. Bukan kah Sengkuni sendiri tersohor bermulut penuh 'racun-bisa' dan berotak licik lebih dari serigala ?

😊😊😊

Dan jangan lupakan Aswatama. Seorang ber-Bapak pendeta, Dorna, ber-Ibu bidadari, Dewi Wilutama, mungkin saat ini masih hidup dan berkelana. Konon, jika Parikesit menurut para ahli tetua, lahir tahun 800 SM, berarti kutukan berlaku sampai tahun 2200. Kita sekarang mungkin masih bisa ketemu. Andai sekarang dia, Aswatama, ada di negeri ini . . .

Dikutuk hidup 3000 tahun. Bak 'highlander' yang tak lengkang oleh waktu. Menyebar 'bau' busuk kemana saja, sengaja atau pun tidak. Mirip 'gelandangan politik', istilah masa kini, yang suka sebarkan kalimat2 busuk kearah mana saja. Dalam diam pun dari mata dan raut muka terpancar kejahatan dan dendam.

😥😥😥

Cerita tentang Parikesit dan 'Jangka', ramalan, Jayabaya diatas mirip perwatakan dan kisah hidup Jokowi ? Aswatama yang masih hidup, teguh setia tebarkan 'bau' busuk di negeri ini ? Silakan saja sampeyan semua tafsir sendiri . . .

Yang jelas, Jokowi dengan gaya sederhana dan se-ada-nya, telah terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia untuk yang kedua kali . . .

Ndak suka dan bahkan benci bole2 saja. Tapi jaga Jempol, Mulut, dan Hati. Bedakan kritik dengan fitnah. Kritik itu ada data, fitnah cuma ber-modal 'katanya2' dan 'imajinasi' yang jahat, jorok dan goblok. Itu saja bedanya.

Hutang pemerintah naik, itu data. Jokowi larang adzan, itu fitnah. Ratusan kilometer jalan Tol dan Non-Tol terbangun, itu data. Jokowi disebut dzalim ndak ada buktinya. Seperti juga disebut sebagai 'kodok', itu jelas fitnah. Apalagi diolok sebagai 'Jokodok' . . .

Siapa yang dulu suka mengolok Presiden RI,  Jokowi sebagai Jokodok ? Eeemboh ! Jangan2 Aswatama memang ada. Tuh, ada buktinya. Suka mengembara . . .

😆😆😆

Pulogebang Permai, Jakarta Timur
Rabu Wage, 16 Oktober 2019

Note :
*) Emboh : ndak ngerti
*) Jumenengan : pelantikan
*) Bibit Bobot Bêbêt : keturunan, kualitas diri, penampilan.


#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Siapa yang mengatakan ITU...


Assalamu'alaikum wahai para sahabat~ saatnya guyooo.... biar gak strees lur

DI sebuah SMU di Amrik, saat kelas Sejarah, disitu ada seorang siswa baru dari Jepang yang bernama Suzuki Yamaguchi.

Ibu Guru : "Anak-anak, siapa yang terkenal dengan pernyataan 'Kebebasan atau Kematian'...?"

Suasana kelas hening 1 menit dan tiba-tiba Suzuki mengangkat tangannya : "Patrick Henry, tahun 1775 di Philadelphia..."

Ibu Guru :"Bagus sekali, Suzuki! Dan siapa yg mengatakan 'Negara ini dan Bangsa ini tidak akan pernah mati'...?"

Suasana hening lagi. Suzuki angkat tangan lagi : "Abraham Lincoln, tahun 1863 di Washington."

Ibu guru memandang murid-muridnya : "Kenapa kalian ini? Suzuki orang Jepang, tetapi tahu sejarah Amerika dari pada kalian."

Semua murid terdiam, tiba-tiba dari belakang ada yg teriak : "Pergi kamu, Jepang sialan!!"

Ibu Guru : "Hey...siapa yang mengatakan itu?"

Kembali Suzuki langsung mengangkat tangannya : "Jendral Mc Arthur, tahun 1942 di Guadalcanal..."

Suasana kelas semakin rame dan gaduh, tiba-tiba ada yang teriak : "Suzuki sialan, brengsek!"

Bu Guru : "Hey....siapa yang mengatakan itu?!"

Eeh...Suzuki malahan menjawab : "Valentino Rossi di Rio de Janeiro, Brazil, pada Motor Grand Prix tahun 2002..."

Ibu Guru semakin gusar dan berkata : "Sekali lagi kalian berbicara, akan ku gantung kau di Monas...!!"

Suzuki menjawab : "Anas Urbaningrum, tahun 2012, pada kasus Hambalang di Indonesia!"

Ibu guru mengelus dada sambil geleng-geleng : "Waduuhh... Saya prihatin..."

Suzuki berteriak : "SBY presiden Indonesia ke 6!"

Ibu Guru semakin stress, lalu tepok jidat: "Wis aku ra popo..."

Suzuki berdiri dan berteriak : "Jokowi,  Presiden Indonesia 2014 - 2019!!" dan dilanjut 2019 - 2024!!".

GUBRAK!! Bu Guru pingsan...

ditulis ulang oleh ~ PakRt

#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Waspada INTRIK KUDETA Gerakan Thalabun Nushrah Indonesia

Ilustrasi Waspada INTRIK KUDETA Gerakan Thalabun Nushrah Indonesia



Assalamu'alaikum wahai para sahabat~
Thalabun nushrah adalah kegiatan politik Hizbut Tahrir menyusup, merekrut, membina dan mengarahkan jenderal militer untuk mengambil alih kekuasaan kepala negara yang akan diserahkan kepada Amir Hizbut Tahrir.

Kegiatan thalabun nushrah dilakukan oleh satu grup kecil yang jumlahnya tidak lebih dari lima orang anggota Hizbut Tahrir yang memenuhi kriteria.

Grup ini sangat tersembunyi, sensitif, dan vital. Nyawa Hizbut Tahrir ada di tangan grup ini. Boleh dikatakan hidup matinya Hizbut Tahrir di suatu negara ditentukan oleh grup ini.

Apabila grup ini berhasil menunaikan misinya maka Amir Hizbut Tahrir akan menjadi Khalifah, sebaliknya kalau gagal, pengurus dan anggota Hizbut Tahrir menjadi pesakitan diburu aparat.

Seperti Biro Chusus PKI, grup ini mau  “bermain-main mata” dengan jenderal militer yang mempunyai pasukan dan senjata. Di Hizbut Tahrir Biro Chusus-nya disebut dengan nama Lajnah Thalabun Nushrah.

Oleh sebab itu, Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir di Indonesia (DPP HTI) melarang keras para anggota HTI membicarakan, membahas atau mendiskusikan thalabun nushrah.

Para anggota HTI cukup mendapat penjelasan secara global saja tentang thalabun nushrah dengan menekankan bahwa thalabun nushrah adalah metode baku yang dicontohi oleh Rasulullah saw untuk mendirikan khilafah .

Setelah itu mereka diperintahkan untuk menyibukkan diri dengan kewajiban-kewajiban mereka sebagai anggota HTI, halaqah, menyebarkan selebaran dan tugas-tugas dakwah lainnya.

Anggota HTI dilarang keras menanyakan thalabun nushrah dengan rinci misalnya siapa saja anggota grup kecil tersebut? Berapa orang jenderal yang sudah direkrut dan dibina? Siapa saja mereka?. Semua ini tidak ada yang tahu selain ketua Lajnah Thalabun Nushrah, ketua DPP HTI dan Amir Hizbut Tahrir.

Berbeda dengan PKI, HTI menggunakan justifikasi syar’i untuk membenarkan kegiatan kudetanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh anggota Hizbut Tahrir di Arab berikut ini:

Thalabun Nushrah ini bukan sekedar aktivitas politik yang lahir dari pemahaman yang mendalam terhadap sebuah hakekat, akan tetapi ia adalah hukum syariat yang ditunjukkan oleh nash-nash syariat.  Thalabun Nushrah adalah metode syar’iy untuk menegakkan Daulah Islamiyyah.   (Dr Mahmud A Karim Hasan, al-Taghyiir, hal. 53).

Amir Hizbut Tahrir yang kedua Abdul Qadim Zallum mengatakan: “Dan Hizb  melakukan thalab an nushrah untuk dua tujuan:   pertama, untuk tujuan perlindungan, sehingga beliau mampu untuk berjalan dalam mengemban dakwah dalam keadaan aman;   kedua, untuk mengantarkan menuju pemerintahan, untuk menegakkan khilafah serta mengembalikan hukum dengan apa yang Allah turunkan, di tengah-tengah kehidupan, negara dan masyarakat.”  (al allamah asy syeikh Abdul Qadim Zallum, Manhaj Hizb at- Tahrir fii at-Taghyir, hal 31).

Sedangkan anggota senior Hizbut Tahrir di Arab dalam bukunya Ad-Dakwah Ila al-Islam: “Adapun saat ini, sesungguhnya penguasa itu memiliki kekuatan dengan cara paksaan; dan mereka menanggalkan hak rakyat; dan apa yang dipandang sebagai bentuk visualiasi kebangsaan kebanyakan bukanlah hal yang sebenarnya. dan kita, bagi kita hendaknya kita melakukan apa yang dilakukan oleh Rasul SAW, bahwa sesungguhnya kita wajib untuk melakukan kontak dengan siapa saja yang memiliki pengaruh dan kedudukan di masyarakat untuk membuka pintu di depan orang yang ada di balik pintu serta mendapatkan jaminan kepemimpinan masyarakat; dan wajib atas kita untuk mencari nushrah  dari kalangan ahlul quwwah (pemilik kekuatan) seperti jendral tentara untuk mengantarkan menuju pemerintahan…. “   (Ahmad al Mahmud, Ad dakwah ila al-Islam,  96).

Sudah pasti HTI akan mendirikan khilafah di wilayah NKRI dengan cara-cara inkonstitusional tegasnya dengan cara kudeta militer. Pengurus dan anggota HTI selalu berkilah jika disebut demikian, alasannya belum ada bukti HTI melakukan kudeta.

Memang belum, akan tetapi HTI meyakini bahwa jalan satu-satunya untuk meraih kekuasaan politik tertinggi di suatu negara adalah dengan thalabun nushrah yang hakikatnya adalah kudeta.

HTI sudah menutup pintu, menutup mata, menutup telinga dan menutup hati dari menggunakan metode konstitusional melalui pemilihan kepala negara secara jujur dan terbuka.

Karena kudeta metode baku Hizbut Tahrir dalam meraih kekuasaan, di Indonesia, DPP HTI telah menentukan target jumlah rekrutmen perwira tinggi dan menengah TNI AD, AL, AU dan Polri yang tertera dalam dokumen Blue Print Dakwah HTI 2004. Baru enam tahun kemudian HTI mulai mengeksekusi target tersebut dengan membentuk Lajnah Thalabun Nushrah atas perintah Amir Hizbut Tahrir.

Di internal, DPP HTI melakukan sosialisasi kepada para anggota perihal thalabun nushrah. Selebaran resmi Hizbut Tahrir tentang thalabun nushrah dipelajari.

Siddiq Al Jawi anggota senior HTI mempublis tulisan tentang “Membentuk Suasana Nushrah” dan teknis thalabun nushrah yang dimuat majalah Al-Wa’ie edisi April/Mei 2011. Semenjak itu lajnah ini bergerak secara rahasia dengan arahan langsung dari Amir Hizbut Tahrir.

Dalam Silsilah Ajwibah di laman Facebook Amir Hizbut Tahrir yang sekarang Atha Abu Rusytah menegaskan: “Dan inilah yang dilakukan Hizb (Hizbu Tahrir) ketika memulai aktifitas thalabun nushrah pada tahun 60-an pada abad yang lalu.. dan terus menerus dilakukan (oleh Hizbut Tahrir); dan kita selalu memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memuliakan umat ini dengan para penolong; yang mereka mengulang sejarah sahabat anshar yang pertama; maka daulahpun ditegakkan, daulah khilafah rasyidah dan dikibarkan di puncakpuncak rayah al uqab, panji Rasulullah SAW; dan ketika itu orang orang mukmin bersuka cita dengan pertolongan Allah tersebut…” ( (Bagian Pertama)


Bandung, 14 Oktober 2019
Ditulis Oleh
Ayik Heriansyah
Pengurus LD PWNU Jabar
Ketua LTN NU Kota Bandung

ditulis ulang oleh ~ Pak Rt
sumber https://pecihitam.org/waspada-gerakan-thalabun-nushrah-indonesia-tni/
#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Assalamu'alaikum wahai para sahabat~


ditulis ulang oleh ~
sumber
#Islam
#BeritaIslami
#Sunnah
#Qur'anHadist
#Tuntunan
#Islamnusantara
#PIN
#BelaIslam
#Aqidah
#ASWAJA
#pejuangislamnusantara