Assalamu'alaikum Para Santri~
GUS MIEK Di sebuah Hotel di kawasan Surabaya, suasana kafe gaduh. Hentakan musik menggebrak setiap sudut ruangan. Kepulan asap rokok menyesakkan dada. Bau alkohol menusuk hidung. Seorang lelaki berwajah teduh duduk mengobrol di pojok kafe, tubuhnya sedang, rambutnya ikal.
Sebatang rokok terselip di antara jari-jarinya. Ia ditemani beberapa orang.Dari mulutnya meluncur kalimat-kalimat menyejukkan. Terkadang terdengar tawa segar. Lelaki itu adalah Gus Miek yang akrab mereka panggil dengan sebutan PAPI. Kata banyak orang lelaki itu sering menghabiskan waktunya di kafe tersebut. Bahkan tidak hanya di Kafe Elmi, di beberapa diskotik Surabaya pun namanya banyak dikenal.
Suatu ketika Gus Miek diderekaken Gus Farid (putra KH Ahmad Siddiq) yang dikenal sebagai muridnya, bertandang ke sebuah diskotek. Di sana, Gus Farid mencoba menutupi identitas Gus Miek agar tidak dilihat dan dikenali pengunjung diskotek itu.“Gus, apakah jama’ah sampeyan kurang banyak?""Apakah sampeyan kurang kaya?""Kok mau masuk tempat seperti ini?" Tanya Gus Farid kemudian. Gus Miek terlihat emosi mendengar pertanyaan orang terdekatnya, yang telah lama mengikutinya.“Biar nama saya cemar""Apalah arti sebuah nama. Paling mentok, nama Gus Miek hancur di mata umat.""Semua orang yang di tempat ini, di diskotik ini, juga menginginkan surga, bukan hanya kaum santri dan bersarung saja yang menginginkan surga. Tetapi, siapa yang berani masuk ke tempat seperti ini..?""Kyai mana yang mau masuk ke tempat-tempat seperti ini?!” Jawab Gus Miek.
Gus Farid terdiam. Tak lama setelah itu, Gus Miek pun kembali ceria seolah lupa dengan pertanyaan Gus Farid barusan. Itulah dunia Kiai Hamim Jazuli alias Gus Miek. Beliau adalah tokoh sentral pendiri Semaan Al-Quran JANTIKO, yang artinya JANTIKO adalah Jama'ah anti koler yang pengikutnya ribuan orang. Semaan adalah kegiatan membaca Al-Quran oleh para penghafal Al Qur'an atau hafidz secara bergantian, dan didengar atau disemak oleh banyak orang dalam sebuah majelis. Beliau dikenal sebagai Kiai yang mengayomi umat, terutama rakyat jelata. Kekhasan gayanya dalam menyebarkan kebenaran sangat unik. Tidak seperti ulama lainnya, lahan garapannya adalah orang-orang pinggiran yang sering disebut “Manusia Malam.”
Banyak cerita yang beredar tentang almarhum Gus Mik. Mulai dari kehidupan sehari-harinya sampai keanehan-keanehan yang sering di luar nalar. Beliau memang memiliki kelebihan yang unik. Hampir di sepanjang hayatnya Gus Miek dekat dengan kaum pinggiran atau yang terpinggirkan. Gus Miek ketika keluar lebih suka berpakaian trendi, seperti bercelana jeans memakai kaos dan tak lupa berkacamata hitam.
Pergaulannya sangat luas. “Saya merasa dituntut untuk menguasai bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati,” Katanya suatu ketika.Tentang dakwahnya di tempat tempat maksiat, Gus Miek berkata“Kalau saya masuk ke tempat-tempat seperti diskotik, karaoke, saya hanya tertawa. Saya sendiri senang. Tetapi saya lebih tertarik pada pendapat seorang ulama terdahulu, jika tidak salah namanya Imam Ahmad bin Hambal. Kalau masuk ke tempat hiburan yang diharamkan oleh Islam, justru Imam Ahmad bin Hambal berdoa, di pintu pertama ia berdoa: Ya Allah, seperti halnya Kau buat orang-orang ini berpesta-pora di tempat seperti ini, semoga berpesta poralah di akhirat nanti.
”Sewaktu Gus Miek masih sugeng, banyak orang memburunya, bahkan tidak sedikit yang merelakan waktunya berjam-jam, bahkan berhari-hari untuk dapat bertemu dengannya, walau hanya sekedar bersalaman. Tamunya berdatangan dari berbagai golongan, mulai dari tukang becak, santri, politikus, pejabat sampai jenderal. Dari yang muslim sampai yang non muslim. Mereka percaya bertemu dengan Gus Mik akan membawa berkah tersendiri. Mereka kebanyakan datang untuk minta nasihat tentang berbagai persoalan hidup.Meski dikenal sebagai seorang Kyai, Gus Miek sangat rendah hati. “Saya ini bukan kiai, bukan ulama. Saya adalah orang yang dipaksakan untuk dipanggil kiai. Saya cuma ingin benar dan tak ingin terlalu banyak salah,” katanya.
Gus Miek juga tak segan-segan membantu orang yang dalam kesusahan. Bisa dimaklumi jika tamunya berjubel. Beliau mengaku tak kuasa menolak tamu, yang minta doa untuk menyelesaikan berbagai masalah, mulai dari bisnis sampai soal perjodohan.Selain rendah hati, sesungguhnya Beliau adalah orang yang sangat sederhana.
Ketika berada di Surabaya Gus Miek lebih suka tidur beralaskan kertas koran di rumah Pak Syafii, kawasan Masjid Ampel, salah seorang sahabatnya. Kadang-kadang tidur di kursi plastik jebol ditemani sebuah teko kuningan berisi teh kental tak lupa sebuah asbak pebuh puntung rokok kretek. Karena Beliau memang perokok berat.
Disuatu kesempata Gus Mik dhawuh "Kita jangan sekali-kali sok suci atau super bersih. Sebab di bumi ini ada dua penampilan.""Pertama, penampilan sebagai manusia satu-satunya di bumi yang paling top, paling sukses, paling suci, paling bersih."
"Kedua, sebaliknya, sebagai manusia penghuni bumi yang bukan apa-apa. SAYA HANYALAH SAYA. Insyaallah kalau dalam jiwa kita sudah tertanam perasaan sebagai hamba Allah, akan tertanam pula rasa dosa, rasa salah, rasa kekurangan, sehingga keinginan untuk mohon pengampunan kepada Allah akan lebih besar dan meningkat, dan itu ternyata sulit."
"Termasuk saya sendiri, yang ngomong belum tentu bisa apa-apa,”
illaruhi kagem Gus Miek Biridlolillah Afatekhah....amin
ditulis Ulang oleh Pak Rt
sumber berbagai sumber
#Islam, #BeritaIslami, #Sunnah, #Qur'anHadist, #Tuntunan
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
#Islamnusantara, #PIN, #BelaIslam, #Aqidah, # ASWAJA
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar