November 2016
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Do'a Ketika Ditraktir Sahabat


Assalamu'alaikum Para Santri~  Sebelum mengambil suapan, kita dianjurkan untuk membaca doa sebelum makan. Demikian pula setelah makan. Kita dianjurkan untuk membaca doa setelah makan sebagai tanda rasa syukur kepada Allah SWT. Tetapi ketika ditraktir makan, kita juga dianjurkan untuk berterima kasih kepada yang bersangkutan.

Selain berterima kasih, Rasulullah SAW juga mengajarkan ita untuk mendoakan orang yang mentraktir kita. Demikian ini doanya.


اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيمَا رَزَقَتْهُمْ وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ

Allâhumma bârik lahum fî mâ razaqtahum, waghfir lahum, warhamhum.

Artinya, “Tuhanku, berkatilah mereka (yang mentraktirku) pada nikmat yang Kau anugerahkan kepada mereka. Ampuni dan rahmatilah mereka.”

Doa ini dibaca oleh Rasulullah SAW ketika salah seorang sahabatnya memberinya makan. Hadits ini disebutkan Imam Nawawi dalam karyanya Al-Adzkar. (Alhafiz K)

Nah sudah tau kan doa ketika ditraktir sahabat,
sekarang tinggal nunggu siapa yg mau traktir saya....
ayo ditunggu traktirannya....hehehe

ditulis Ulang oleh Pak Rt
sumber http://www.nu.or.id/post/read/72775/doa-ketika-ditraktir-makan
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

KH. Abdul Karim, KH. Marzuqi Dahlan, KH. Mahrus Aly
Tiga Tokoh Lirboyo


Assalamu'alaikum Para Santri~  Lirboyo adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojoroto Kotamadya Kediri Jawa Timur. Di desa inilah telah berdiri hunian atau pondokan para santri yang dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Lirboyo. Berdiri pada tahun 1910 M. Diprakarsai oleh Kyai Sholeh, seorang yang Alim dari desa Banjarmelati dan dirintis oleh salah satu menantunya yang bernama KH. Abdul Karim, seorang yang Alim berasal dari Magelang Jawa Tengah.

**************
KH. Abdul Karim lahir tahun 1856 M di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, dari pasangan Kyai Abdur Rahim dan Nyai Salamah. Manab adalah nama kecil beliau dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Saat usia 14 tahun, mulailah beliau melalang dalam menimba ilmu agama dan saat itu beliau berangkat bersama sang kakak (Kiai Aliman).

Pesantren yang pertama beliau singgahi terletak di desa Babadan, Gurah, Kediri. Kemudian beliau meneruskan pengembaraan ke daerah Cepoko, 20 km arah selatan Nganjuk, di sini kurang lebih selama 6 Tahun. Setalah dirasa cukup beliau meneruskan ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk Jatim, disinilah beliau memperdalam pengkajian ilmu Al-Quran.

Lalu beliau melanjutkan pengembaraan ke Pesantren Sono, sebelah timur Sidoarjo, sebuah pesantren yang terkenal dengan ilmu Shorof-nya, 7 tahun lamanya beliau menuntut ilmu di Pesantren ini. Selanjutnya beliau nyantri di Pondok Pesantren Kedungdoro, Sepanjang, Surabaya. Hingga akhirnya, beliau kemudian meneruskan pengembaraan ilmu di salah satu pesantren besar di pulau Madura, asuhan Ulama’ Kharismatik; Syaikhona Kholil Bangkalan. Cukup lama beliau menuntut ilmu di Madura, sekitar 23 tahun.

Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim meneruskan pencarian ilmu di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jatim, yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH. Hasyim Asy’ari. Hingga pada akhirnya KH. Hasyim asy’ari menjodohkan KH. Abdul Karim dengan putri Kyai Sholeh dari Banjarmelati Kediri, pada tahun1328 H/1908 M.

KH. Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah Binti KH. Sholeh, yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh. Dua tahun kemudian KH. Abdul karim bersama istri tercinta hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo, tahun 1910 M. Disinilah titik awal tumbuhnya Pondok Pesantren Lirboyo.

Kemudian pada tahun 1913 M, KH. Abdul karim mendirikan sebuah Masjid di tengah-tengah komplek pondok, sebagai sarana ibadah dan sarana ta’lim wa ta’allum bagi santri. Secara garis besar KH. Abdul karim adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Beliau gemar melakukan Riyadhah; mengolah jiwa atau Tirakat, sehingga seakan hari-hari beliau hanya berisi pengajian dan tirakat. Pada tahun 1950-an, tatkala KH. Abdul Karim menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya -sebelumnya beliau melaksanakan ibadah haji pada tahun 1920-an kondisi kesehatan beliau sudah tidak memungkinkan, namun karena keteguhan hati akhirnya keluarga mengikhlaskan kepergiannya untuk menunaikan ibadah haji, dengan ditemani sahabat akrabnya KH. Hasyim Asy’ari dan seorang dermawan asal Madiun H. Khozin.

Sosok KH. Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi apapun dan keadaan bagaimanapun, hal ini terbukti tatkala beliau menderita sakit, beliau masih saja istiqomah untuk memberikan pengajian dan memimpin sholat berjamaah, meski harus dipapah oleh para santri. Akhirnya, pada tahun 1954, tepatnya hari Senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, KH. Abdul Karim berpulang ke rahmatullah, beliau dimakamkan di belakang masjid Lirboyo.

**************
KH. Marzuqi Dahlan lahir tahun 1906 M, di Desa Banjarmelati, sebuah desa di bantaran barat Sungai Brantas, Kota Kediri. Beliau putra bungsu dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Dahlan dan Nyai Artimah. Di bawah pengawasan langsung kakeknya (KH. Sholeh Banjarmelati) Gus Zuqi kecil menerima pengajaran dasar-dasar Islam seperti aqidah, tajwid, fiqh ubudiyah, dll. Pernah satu waktu, sang ayah (Kyai Dahlan) meminta agar Gus Zuqi kembali ke kampung halaman (Pondok Pesantren Jampes) guna menuntut ilmu langsung di bawah asuhan ayah kandung sendiri. Gus Zuqi bersedia, namun beberapa saat kemudian Gus Zuqi kembali ke Banjarmelati.

Ketika Gus Zuqi beranjak muda, beliau pindah menuntut ilmu Di Lirboyo, di bawah asuhan KH. Abdul Karim yang merupakan paman Gus Zuqi. Di sinilah kemampuan berpikir Gus Zuqi semakin terasah, sehingga dalam waktu yang singkat beliau dapat menyerap berbagai ilmu keagamaan. Usai dari di Lirboyo, Gus Zuqi meneruskan pengembaraan di pelbagai pondok pesantren diantaranya; Pondok Pesantren Tebu Ireng asuhan Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, Pondok Pesantren Mojosari Nganjuk, asuhan KH. Zainuddin, Pondok Pesantren Bendo Pare asuhan Kyai Khozin, cukup lama beliau mondok di Pare hingga berusia 20-an tahun. Selanjutnya beliau kembali ke kampung halaman untuk belajar langsung ke KH. Ihsan Al-Jampasy, sang kakak yang juga pengarang kitab Shirojut Tholibin. Sebuah kitab monumental dalam bidang tasawuf.

KH. Marzuqi Dahlan menikah dengan Nyai Maryam binti KH. Abdul Karim dan berdomisili di Lirboyo tahun 1936 M. Meski telah menikah, semangat beliau dalam mengaji tidak pernah luntur, hal ini merupakan salah satu amanat yang disampaikan KH. Abdul Karim kepada beliau, sesaat usai aqad nikah berlangsung, hingga himmah beliau untuk tetap mendidik santri terus terjaga dan sangat istiqomah.

Pada tahun 1961 M, Nyai Maryam berpulang ke Rahmatullah, meninggalkan beliau untuk selama-lamannya. Namun untuk menghapus kedukaan yang berlarut-larut, keluarga menikahkan KH. Marzuqi Dahlan dengan Nyai Qomariyah yang tak lain adalah adik bungsu Nyai Maryam. Sosok KH. Marzuqi Dahlan adalah sosok sederhana dan sangat bersahaja, hal ini terbukti dari penampilan beliau sehari-hari yang jauh dari kesan mewah dan perlente. Padahal saat itu beliau sudah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo. Ketika bepergian dan atau berziarah ke makam-makam Auila’ disekitar Kediri, KH Marzuqi Dahlan lebih sering bersepeda. Bukan hanya kendaraan, kediaman beliaupun terbilang sangat sederhana, yakni berdindingkan anyaman bambu, hingga pada tahun 1942 M barulah kediaman beliau berganti dengan tembok.

Pada Tahun 1973 M KH. Marzuqi Dahlan menunaikan Ibadah haji. Dua tahun setelah menunaikan ibadah haji, kondisi beliau mulai terganggu, sebab usia beliau memang sudah sepuh. Namun meski demikian, semangat beliau untuk memimipin Pesanten Lirboyo tetap terjaga, hingga pada bulan syawal pada tahun 1975, beliau jatuh sakit dan harus dirawat di RS. Bayangkara, Kediri. Dua minggu lamanya beliau dirawat. Karena tidak ada perubahan yang menggembirakan, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pulang KH. Marzuqi Dahlan ke kediaman beliau, hingga pada hari Senin Tanggal 18 Nopember 1975 M beliau dipanggil sang pencipta, dihadapan keluarga dan para santri yang sangat mencintainya.

**************
KH. Mahrus Aly lahir di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dari pasangan KH. Aly bin Abdul Aziz dan Hasinah binti Kyai Sa’id, tahun 1906 M. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Masa kecil beliau dikenal dengan nama Rusydi dan lebih banyak tinggal di tanah kelahiran. Sifat kepemimpinan beliau sudah nampak saat masih kecil. Sehari-hari beliau menuntut ilmu di surau pesantren milik keluarga. Beliau diasah oleh ayah sendiri, KH. Aly dan sang kakak Kandung, Kyai Afifi. Saat berusia 18 tahun, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke Pesantren Panggung, Tegal, Jawa Tengah, asuhan Kyai Mukhlas, kakak iparnya sendiri. Disinilah kegemaran belajar ilmu Nahwu KH. Mahrus Aly semakin teruji dan mumpuni. Selain itu KH. Mahrus Aly juga belajar silat pada Kyai Balya, ulama jawara pencak silat asal Tegal Gubug, Cirebon. Pada saat mondok di Tegal inilah KH. Mahrus Aly menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 M.

Di tahun 1929 M, KH. Mahrus Aly melanjutkan ke Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah asuhan KH. Kholil. Setelah 5 tahun menuntut ilmu di pesantren ini (sekitar tahun 1936 M) KH. Mahrus Aly berpindah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Karena sudah punya bekal ilmu yang mumpuni KH. Mahrus Aly berniat tabaruqan (mengharap barakah) di Pesantren Lirboyo. Namun beliau malah diangkat menjadi Pengurus Pondok dan ikut membantu mengajar. Selama nyantri di Lirboyo, beliau dikenal sebagai santri yang tak pernah letih mengaji. Jika waktu libur tiba maka akan beliau gunakan untuk tabarukan dan mengaji di Pesantren lain, seperti Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, asuhan KH. Hasyim Asy’ari. Pondok Pesantren Watu congol, Muntilan, Magelang, asuhan Kyai Dalhar dan juga pondok pesantren di daerah lainnya seperti; Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Sarang dan Lasem, Rembang.

KH. Mahrus Aly mondok di Lirboyo tidak lama, hanya sekitar tiga tahun. Namun karena alimnya kemudian KH. Abdul Karim menjodohkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Zaenab, tahun 1938 M. Pada tahun 1944 M, KH. Abdul karim mengutus KH. Mahrus Aly untuk membangun kediaman di sebelah timur Komplek Pondok. Sepeninggal KH. Abdul Karim, KH. Mahrus Aly bersama KH. Marzuqi Dahlan meneruskan tampuk kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Di bawah kepemimpinan mereka berdua, kemajuan pesat dicapai oleh Pondok Pesantren Lirboyo. Santri berduyun-duyun untuk menuntut ilmu dan mengharapkan barokah dari KH. Marzuqi dahlan dan KH. Mahrus Aly, bahkan ditangan KH. Mahrus Aly lah, pada tahun 1966 lahir sebuah perguruan tinggi yang bernama IAIT (Institut Agama Islam Tribakti).

KH. Mahrus Aly ikut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan ini nampak saat pengiriman 97 santri pilihan Pondok Pesantren Lirboyo, guna menumpas sekutu di Surabaya, peristiwa itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Hal ini juga yang menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya. Selain itu KH. Mahrus Aly juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri.

KH. Mahrus Aly mempunyai andil besar dalam perkembangan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bahkan beliau diangkat menjadi Rais Syuriyah Jawa trimur selama hampir 27 Tahun, hingga akhirnya diangkat menjadi anggota Mutasyar PBNU pada tahun 1985 M.

Senin, 04 Maret 1985 M, sang istri tercinta, Nyai Hj. Zaenab berpulang ke Rahmatullah karena sakit Tumor kandungan yang telah lama diderita. Sejak saat itulah kesehatan KH. Mahrus Aly mulai terganggu, bahkan banyak yang tidak tega melihat KH. Mahrus Aly terus menerus larut dalam kedukaan. Banyak yang menyarankan agar KH. Mahrus Aly menikah lagi supaya ada yang mengurus beliau, namun dengan sopan beliau menolaknya. Hingga puncaknya yakni pada sabtu sore pada tanggal 18 mei 1985 M, kesehatan beliau benar-benar terganggu, bahkan setelah opname selama 4 hari di RS Bayangkara Kediri, beliau dirujuk ke RS Dr. Soetomo, Surabaya. Delapan hari setelah dirawat di Surabaya dan tepatnya pada Hari Ahad malam Senin Tanggal 06 Ramadlan 1405 H/ 26 Mei 1985 M, KH. Mahrus Aly berpulang Ke Rahmatullah. Beliau wafat diusia 78 tahun.

Semoga jasa-jasa besar para pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo menjadi wasilah mendapat tempat terbaik di sisi Allah Swt. Allahumma ighfir lahum warhamhum, wa'afihim wa'fu 'anhum.


ditulis Ulang Oleh Pak Rt
sumber Om Rivqi Cokro Winangun
www.fiqhmenjawab.net/2015/01/tiga-tokoh-lirboyo.html
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Gelar Pahlawan Nasional Untuk KHR As’ad Syamsul Arifin 




Assalamu'alaikum Para Santri~ Bangsa Indonesia kembali mendapat hadiah dari Presiden Jokowi. Gelar pahlawan nasional resmi disandang oleh KHR As’ad Syamsul Arifin lewat Kepres Nomor 90 yang disahkan 3 November 2016.

Sosok Kyai As’ad sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Perjuangannya dalam melawan penjajah dilakukannya dengan penuh tulus ikhlas dan total. Tidak segan, Kiai As’ad mengeluarkan biaya besar dalam mengkonsolidasi pasukan Hizbullah-Sabilillah bersama TNI menumpas penjajah.

Siapakah sosok fenomenal KHR As’ad Syamsul Arifin itu? Ia bernama As’ad putra pertama dari KH Syamsul Arifin (Raden Ibrahim) yang menikah dengan Siti Maimunah. Kiai As’ad lahir pada tahun 1897 di perkampungan Syi’ib Ali Makkah dekat dengan Masjidil Haram. 

Garis kerurunannya berasal dari Sunan Ampel Raden Rahmat, yakni: Kiai As’ad bin Kiai Syamsul Arifin bin Kiai Ruhan (Kiai Abdurrahman) bin Bujuk Bagandan (Sidobulangan) bin Bujuk Cendana (Pakong Pamekasan) bin Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) bin Raden Rahmat (Sunan Ampel).

Perjuangannya dalam menegakkan agama Islam ahlussunnah wal jama’ah sungguh luar biasa. Termasuk Kyai As’ad dikenal sebagai figur yang gagah berani mengatakan kebenaran. Tidak salah jika kemampuan agamanya dipadukan dengan beladiri yang membuatnya dikenal sakti mandra guna.

Kiai As’ad menempuh pendidikan di Makkah sejak usia 16 tahun dan kembali ngaji di Jawa. Guru-gurunya di Makkah antara lain: Sayyid Abbas Al Maliki, Syaikh Hasan Al Yamani, Syaikh Bakir Al Jugjawi dan lain-lain.

Sepulangnya ke tanah Jawa, ia belajar di berbagai pesantren: Ponpes Sidogiri (KH Nawawi), Ponpes Siwalan Panji Sidoarjo (KH Khazin), Ponpes Kademangan Bangkalan (KH Kholil) dan Ponpes Tebuireng (KH Hasyim Asy’ari).

Wajar bila keilmuan agama Kiai As’ad sangat luar biasa. Dengan bekal ilmu itu, ia meneruskan perjuangan ayahandanya membesarkan Ponpes Salafiyyah Syafi’iyyah. Sejak 1938, Kyai  As’ad mulai fokus di dunia pendidikan. Lembaga pendidikan itupun dikembangkan dengan SD, SMP, SMA, Madrasah Qur’an dan Ma’had Aly dengan nama Al-Ibrahimy (sesuai nama asal ayahandanya).

Peran Kiai As’ad dalam pendirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU) sangat nampak sekali. Dimana ia merupakan santri kesayangan KH Kholil Bangkalan yang diutus menemui KH Hasyim Asy’ari memberi “tanda restu” pendirian NU.

Dua kali Kiai As’ad diminta sowan Mbah Hasyim. Yang pertama dijalani dengan jalan kaki dari Bangkalan Madura menuju Tebuireng. Adapun yang kedua dilakukan dengan naik mobil angkutan.

Dua “restu” KH Kholil pada Mbah Hasyim itu berupa tongkat dengan bacaan Surat Thaha ayat 17-23 dan tasbih dengan bacaan dzikir: Ya Jabbar Ya Qahhar. Ketika pertama menerima tongkat itu, Mbah Hasyim menangis. “Saya berhasil mau membentuk jam’iyyah ulama” tegas Mbah Hasyim di hadapan Kyai As’ad.

Atas jasa Kiai As’ad sebagai penyampai isyarat langit dari Syaikhana Kholil inilah, NU berdiri. Maka ada sebutan empat serangkai ilham berdirinya NU itu terdiri dari: KH Kholil, KH Hasyim Asy’ari dan KH As’ad Syamsul Arifin.

NU bagi Kiai As’ad bukan organisasi biasa, tapi organisasi para waliyullah. Maka harus dijaga dengan baik. Sebab dengan NU itu Indonesia akan dikawal waliyullah, ulama dan seluruh bangsa Indonesia.

“Saya ikut NU tidak sama dengan yang lain. Sebab saya menerima NU dari guru saya, lewat sejarah. Tidak lewat talqin atau ucapan. Kamu santri saya, jadi kamu harus ikut saya! Saya ini NU jadi kamu pun harus NU juga,” tegas Kiai As’ad.

Perjuangan Kiai As’ad dalam mengusir penjajah sangat nyata. Bahkan Pondok Pesantrennya pernah diserbu pasukan penjajah. Berkat kegigihannya, 10.000 orang yang ada disana sudah bisa terevakuasi dengan baik. Kemahiran Kyai As’ad dalam beladiri dan seni perang menjadikan pasukannya memenangkan pertempuran di Bantal Asembagus dimana Belanda sempat mengepung markas TNI.

Ketegasan Kiai As’ad dalam menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi NU sudah tidak diragukan lagi. Saat Pemerintah mewajibkan penggunaan Pancasila tahun 1982/1983, NU merespon cepat dengan menggelar Munas Alim Ulama di Ponpes milik Kiai As’ad.

Tanggal 21 Desember 1983, Munas memutuskan menerima Pancasila dan revitalisasi Khittah 1926. Pada bulan Desember 1984 dalam Muktamar NU XXVII diputuskan asas Pancasila dan Khittah NU. Dan NU menjadi Ormas pertama yang menerima Pancasila.

Gagasan besar KH Achmad Shiddiq dalam menerima Pancasila ini diiyakan oleh KH As’ad bersama KH Mahrus Ali, KH Masykur dan  KH Ali Ma’shum. Akibat dari menerima Pancasila itu, KH As’ad sering mendapatkan teror, surat kaleng dan ancaman mau dibunuh.

Itu semua ia lewati dengan penuh kebijaksanaan. Sehingga secara pelan-pelan Kiai NU dan para nahdliyyin bisa menerima dan memahami di balik makna NU berpancasila, semata-mata untuk keutuhan NKRI.

Di usianya ke 93, Allah Swt memanggil Kiai As’ad. KH As’ad Syamsul Arifin berpulang keharibaan-Nya pada 4 Agustus 1990 dan dimakamkan di komplek Ponpes Salafiyyah Syafi’iyyah. ***

Penulis adalah Dosen UIN Walisongo dan Sekretaris Lakpesdam NU Kota Semarang.

Ditulis  Oleh M. Rikza Chamami

sumber nu.or.id
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Abah Haji dan si Zaed


Assalamu'alaikum Para Santri~ sedikit cerita...
Murid Abah haji ribuan yg 60% cuma ngeramein doang, sisanya yg 30% rada beneran disaring lagi yang tinggal 10% agak apik disaring lagi yg Jadi belum ada"(Abuya KH.Uci Turtusi Cilongok).

"padahal ada satu aja yg bener" jadi sdh lebih dari cukup utk menyelamatkan Abah Haji". Kata Abuya kpd sizaed saat menanyakan ttg tingkatan seorang murid. karena sizaed merasa dia masih berbuat dosa terus,, selalu jatuh di lubang yg sama.

"Abah Haji juga nggak tau nantinya selamet apa nggak?". sizaed yg sombong merasa sholatnya sdh khusukpun tertunduk.

Abuya Uci selalu menangis saat mendengar azan saat jumatan, kepala beliau selalu tertunduk..saat mendengar pembacaan Quran,, kita mah malah merokok & ngobrol,,,

Saat wiridanpun beliau menundukkan kepala bahkan sampai ke tubuhnyapun menunduk,,,saat berjalan beliau terlihat begitu santai berwibawa tapi cepat,, sizaed selalu membuntutinya dari belakang & berusaha menginjaki bekas" tapak kaki beliau,, kalo dilihat org mungkin sangat lucu bahkan Abuyapun suatu ketika pernah menoleh kebelakang sambil tersenyum,,, Zaed dalam hatinya dia tdk bisa mengamalkan apa yg abuya sarankan minimal zaed bisa menapaki bekas" kaki Abuya Ucipun sdh senang banget.,,, Saat Zaed mau pindah kekota lain Beliau meminta kenang" dari Abuya berupa siwak yg dipakai bekas Abuya , Dgn harapan zaed bisa mendapatkan keberkahan bekas air liur Abuya,, 

anehnya stelah gak bertemu abuya Zaed malah bisa mengamalkan apa yg sebelumnya tidak pernah dia amalkan terutama masalah" batin,,saat sizaed bener" dalam keadaan mentok Abuya pasti hadir dalam mimpinya...ternyata Ridho Guru selalu bersama muridnya siapapun dimanapun.
semoga kisah ini menginspirasi dan memnambah keimanan kita terhadap Allah

n/b keterangan gambar
yg pake jubah hitam syekh abdul aziz california,,yg sebelah abah haji komglomerat H.agus salim temen baek Abuya & temen baek habib luthfi ,bahkan akrab banget dg ki zaenuddin mz

ditulis ulang oleh Pak Rt
sumber Zaed
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Setan Pembawa Lentera


Assalamu'alaikum Para Santri - LUANGKAN Waktu sejenak untuk membaca…Kisah yang sangat bagus..

Seorang pria bangun pagi-pagi untuk melaksanakanibadah shalat subuh. Setelah mengenakan pakaiannya,dia berangkat ke Masjid. Dalam perjalanannya keMasjid, pria tersebut terjatuh dan pakainnya menjadi kotor..Dia bangun, membersihkan diri, lalu kembali pulang. Sesampainya di rumah, dia mengganti pakaiannya, lalu berangkat kembali ke Masjid. Dalam perjalanannyake Masjid, pria tersebut terjatuh kembali di tempat yang sama! Lalu dia kembali bangun, membersihkan diri, dan pulang kembali. Sesampainya di rumah, Sekali lagi, dia mengganti pakaiannya, lalu berangkat kembali ke Masjid.

Dalam perjalanan ke Masjid, dia bertemu seorang pria yang memegang lampu. Dia bertanya pada pria tersebut dari mana dia dan pria itu menjawab “Aku melihatmu terjatuh dua kali dalam perjalananmu ke Masjid, jadi aku membawakan lampu untuk menerangi jalanmu.
Pria yang pertama tadi mengucapkan terima kasih banyak pada pria yang membawakannya lampu, dan keduanya berjalan bersama ke Masjid.

Setibanya di Masjid, pria yang pertama tadi mengajak pria yang membawa lampu untuk shalat berjamaah dengannya. Pria tersebut menolaknya. Pria pertama terus mengajaknya beberapa kali lagi, dan jawabannya tetap sama. Pria itu bertanya mengapa dia tidak mau shalat bersamanya. Pria dengan lampu itu menjawab, “Aku adalah setan”. Pria itu terkejut mendengar jawabannya. Setan kemudian melanjutkan, “Aku melihatmu menuju ke Masjid dan akulah yang membuatmu terjatuh. Ketika kau pulang, membersihkan diri dan berangkat kembali ke Masjid, Allah mengampuni semua dosamu. Aku menjatuhkanmu sekali lagi, tapi kau tidak tinggal di rumah, dan tetap berangkat kembali ke Masjid. Karena itu, Allah mengampuni semua dosa orang-orang di rumah tanggamu. Aku khawatir jika aku menjatuhkanmu lagi, Allah akan mengampuni dosa orang-orang di kampungmu, jadi aku memastikan kau sampai di Masjid tanpa terjatuh.

Subhaanallah....Janganlah kau membatalkan niat baik yang akan kau lakukan karena kau tidak pernah tahu ganjaran apa yang mungkin akan kau dapat dari beratnya rintangan yang kau hadapi ketika berusaha melaksanakannya. Karena kebaikanmu bisa menyelamatkan keluarga dan bangsamu"Mahasuci Allah dalam kemuliaannya.
Semoga bermanfaat.

ditulis ulang oleh Pak Rt
sumbers berbagai sumber
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI

Zaed dan Syiir Tanpo Waton



Assalamu'alaikum Para Santri~ Menjelang Haul KH.Abdurrohman Wahid GusDur.
Syiir Tanpo Waton Syair Hakekat, Saat kedua kali Zaed mengurut Abuya Uci Turtusi Cilongok itu adalah hari ke7 Gusdur Meninggal. Itupun atas permintaan si Zaed utk mengurut Abuya.
Selesai mengurut sekitar jam 12 malam & dia pamit pulang.Tapi malam itu tiba tiba dia pengen maen ke kobong Santri di sebelah masjid lama depan majelis.

malam itu Zaed mendapatkan rekaman mp3 Syiir Tanpo Waton GusDur dari seorang Santri.Zaed sangat senang mendengar Syiiran tsb. Sampai sampai tak terasa jam telah menunjukkan jam 2 malam. lalu zaed bergegas pulang dgn santai dia mengendarai motornya sambil mengingat" Syiiran tsb. Eh pas sampai dirumah Zaed terkaget jam menunjukkan angka jam 2,05 dihp nya padahal jarak tempuh selagi sepi begitu biasanya 20 menitan lebih.
dirumah kembali dia mendengar Syiiran tsb.Walaupun dia tdk mengerti Bahasa Jawa tapi Suara orang seikhlas Gusdur dapat meresap kehatinya yg kotor. Hampir tiap hari dia mendengar itu & dia berinisiatif mengartikannya. Lalu dia mencari orang Jawa buat mengartikannya.
Saat itu Syiiran ini belum sengetop sekarang. Saat selesai diterjemahkan lalu sizaed menyerahkan hasil terjemahannya tsb ke guru dikampungnya.Ternyata Sang Guru membenarkan terjemahan tsb bahkan Beliau memakai Syiiran tsb saat acara mauludan.

Setelah mendapat persetujuan sang Guru lalu Zaed melapor kpd Abuya betapa nikmatnya dia saat menyanyikan & mendengar Syiiran Hakekat tersebut. Abuya Uci memberitahu bahwa Syiiran tsb sangat bagus. Si Zaed lalu memperbanyak copian syiiran & terjemahaan tsb. Setiap org islam yg dia temui dia bagi"kan lembaran copian tsb. Suatu saat setelah sholat ashar dirumah dia membaca Syiiran tsb dalam hati sambil meresapi. Tahu tahu disebelah sizaed berdiri Abuya Dimyati Cilongok ,GusDur & Abuya Dimyati Cadasari.
Sizaed kaget terperanjat lalu mereka menghilang.

Saat itu hati sizaed selalu dalam keadaan adem karna sabar,tenang,pasrah walaupun tanpa pekerjaan & tanpa uang tapi semua kebutuhannya selalu saja ada yg memberi.saat dia & keluarganya bener" membutuhkan sampai sekarang.Allahu A'lam.



ditulis ulang oleh pak rt
sumber dr saudara jauh
Blog ini mengenai syiar ISLAM ala NUSANTARA, yang menjunjung adab ketimuran, sekaligus sebagai gambaran kecintaan terhadap kyai, habaib, dan NKRI


Assalamu'alaikum Para SantriMasihkah ingat sedulurtentang pepetah jawa 

"Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti" 
memiliki arti dan pengertian sebagai berikut:
"Semua bentuk angkara murka yang bertahta dalam diri manusia akan dapat dihilangkan dengan sifat sifat lemah lembut, kasih sayang dan kebaikan"

ternyata itu sesuai lo dengan di Al-quran dan Hadist...mari kita simak

Allah menjelaskan bahwa Nabi-Nya, Muhammad, sebagai orang yang memiliki akhlak yang agung. Allah Ta’ala berfirman.

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung” [Al-Qalam : 4]

Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang ramah dan lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran : 159]

Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang penyayang dan memiliki rasa belas kasih terhadap orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman.

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min” [At-Taubah : 128]

Rasulullah memerintahkan dan menganjurkan kita agar senantiasa berlaku lemah lembut. Beliau bersabda.

يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا
“Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa dengan lafaz.

بَشِّرُوا وَلاَ تُُنَفِّرُواوَيَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوا
“Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit”.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada kisah tentang seorang Arab Badui yang kencing di masjid.

دَعُوهُ وَهَرِيْقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءِ أَوْ ذَنُو بًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِشْتُمُ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَشُوا مُعَسِّرِيْنَ
“Biarkanlah dia ! Tuangkanlah saja setimba atau seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah bersabda.

يَاعَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593 dengan lafaz.

يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”
Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.

إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”
Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda.

مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ
“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”.
Allah pernah memerintahkan dua orang nabiNya yang mulia yaitu Musa dan Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut. Allah Ta’ala berfirman.

اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut” [Thaha : 43-44]
Allah juga menjelaskan bahwa para sahabat yang mulia senantiasa saling bekasih sayang. Allah Ta’ala berfirman.

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang selalu bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesame mereka” [Al-Fath : 29]


ditulis ulang Oleh Pak Rt
sumber [Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Penulis Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbad Al Badr, Edisi Indonesia Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penerbit : Titian Hidayah Ilahi Bandung, Cetakan Pertama Januari 2004]