Assalamu'alaikum Para Santri~
Depati Amir Bangka Belitung.
Pejuang Nusantara Pembela NKRI.
Selalu mendapatkan Pasokan senjata dari Ake Tjing Orang Cina.
ditulis oleh...doni hasan alfakir aldhoif albahlul
sumber...Bangka tribunnews.com
Depati Amir Bangka Belitung.
Pejuang Nusantara Pembela NKRI.
Selalu mendapatkan Pasokan senjata dari Ake Tjing Orang Cina.
Negeri Laskar Pelangi merupakan penamaan baru pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, provinsi yang baru berumur 14 tahun ini adalah provinsi kepualaun, yah karena provinsi ini terdiri dari 2 pulau besar yakni pulau Bangka dan pulau Belitung dan berbagai macam pulau-pulau kecil lainnya, provinsi ini resmi pada tanggal 9 februari 2001 yang pada saat itu pada pemerintahan Pak Gusdur.
Pulau Bangka dalam sejarah penjajahan Indonesia mengamali beberapak kali berganti-ganti menjadi daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan Inggris sebagai "Duke of Island". 20 Mei 1812 kekuasaan Inggris berakhir setelah konvensi London 13 Agustus 1824, terjadi peralihan kekuasaan daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH. Court (Inggris) dengan K. Hcyes (Belanda) di Muntok pada 10 Desember 1816. Kekuasaan Belanda mendapat perlawanan Depati Barin dan putranya Depati Amir yang di kenal sebagai perang Depati Amir (1849-1851). Kekalahan perang Depati Amir menyebabkan Depati Amir diasingkan ke Desa Air Mata Kupang NTT.
Depati Amir adalah seorang pejuang rakyat di tanah Bangka, ia merupakan seorang anak dari Depati Bahrin dan ia memiliki saudara kandung yakni Depati Hamzah yang sama-sama berjuang melawan penjajah Belanda ketika menguasai daerah Bangka. Gelar Depati ia dapatkan oleh Belanda yang ketika itu menjajah pulau Bangka akan tetapi jabatan itu dilepas oleh Amir dan melakukan perlawanan kepada Belanda.
Perlawanan Depati Amir terhadap Belanda berpusat di Bukit Maras, ia memimpin pasukan yang terdiri dari rakyat pribumi dan juga mendapat bantuan dari orang-orang china dalam mendapatkan suplai senjata. Dalam perlawanannya, Depati Amir melakukan siasat perang gerilya dengan membagi pasukan besar yang menyerang langsung dan pasukan kecil-pasukan kecil yang siap menyerbu titik vital pasukan Belanda.
Menghadapi pemberontakan ini, pada bulan April 1850 didatangkan dari Palembang Kompi ke-4, Batalion ke-1, dengan kekuatan 4 perwira dan 143 bintara dipimpin Kapten J.H. Doorschoot. Karena makin memburuknya keamanan selama pertengahan tahun 1850 maka dikirim komisaris H.J. Severijn Haesebroek untuk berunding dengan Amir. Namun perundingan gagal karena tidak dipenuhi persyaratan agar membawa anak, Ibu, saudara perempuan dan pengikut Amir yang ditawan. Bantuan kedua, didatangkan dalam bulan September 1850 dengan kapal uap Bromo dan Tjipanas dipimpin Kapten Buys. Bantuan ketiga yang dipimpin Kapten Blommenstein didatangkan lagi dan ditempatkan di sekitar Sungailiat, Pangkalpinang dan Belinyu, terutama untuk melindungi parit-parit timah.
Setelah dua tahun berjuang, Depati Amir mengalami berbagai kesulitan yang dimana pengikutnya sudah banyak yang pulang ke desanya masing-masing, berkurangnya pasokan bahan makanan, susahnya mendapatkan senjata karena pinggiran pantai dijaga ketat oleh tentara Belanda hingga ketika ia mengalami sakit dikediamannya, Depati Amir ditangkap oleh Belanda pada awal Januari 1851 dan dibawa ke markas militer Belanda di Bakam pada tanggal 7 Januari. Pada tanggal 16 Januari 1851 ia dan saudaranya Ake Tjing dibawa ke Belinyu kemudian ke Mentok dengan kapal Onrust. Pada tanggal 28 Februari 1851 Depati Amir dan Ake Tjing diberangkatkan ke Kupang - Pulau Timor. Bersamanya, ikut berangkat Ibunya Dakim, isterinya Janur, anaknya Baudin, saudaranya yang lain (Djidah, Ipah dan Senah), ibu tirinya Lindan, saudara tirinya Kapidin, iparnya Dandip dan pembantunya Mia.
Hingga sekarang Depati Amir menjadi kisah kepahlawanan rakyat Bangka dari turun temurun, karena beliau belum diakui sebagai Pahlawan Nasional akan tetapi paling tidak jasa beliau dikenang oleh masyarakat Bangka yang sekarang namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Provinsi Bangka Belitung, makamnya pun masih terdapat di daerah Kupang – Pulau Timor.
ditulis oleh...doni hasan alfakir aldhoif albahlul
sumber...Bangka tribunnews.com
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar